CHAPTER 04 : Project in Indonesia

413 52 2
                                    

Enjoy! hasn't anyone slept yet?



Aktivitas di pusat penerbangan nomor satu di Korea menurun drastis, tak lain dan tak bukan lantaran cuaca tak memungkinkan untuk dilakukannya ekspedisi seperti biasanya. Hanya beberapa maskapai penerbangan yang mau melayani, itupun di jam-jam tertentu, dan seringkali terjadi delay.

Meskipun situasi bandara tidak ramai, mereka tetap mengambil jalur khusus yang sudah disediakan. Tidak banyak staff SM yang ikut, hanya dua orang bodyguard dan satu penata rias. Untuk kru syuting sudah prepare jauh-jauh hari di Indonesia.

Pagi-pagi sekali jam setengah empat Ersa menjemput Jaemin dan Jeno. Kala itu mereka masih mengantuk, tapi barang-barang seperti ransel telah siap dibelakang pintu. Hingga tiba di bandara, Ersa mampir di coffee shop yang buka 24 jam.

Kisaran jam empat lewat satu menit, pesawat take off, menyusuri landasan pacu sebelum lepas landas, merangkak naik ke udara. Bergabung oleh ribuan awan, kabut.

Seperempat jam berlalu, saatnya Ersa melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Bertayamum, memakai mukena, dan sholat bersama-sama dengan aiyla. Penata rias yang berasal dari Turki. Aiyla belum berhijab, dia masih dalam tahap memperbaiki dirinya. Ersa tersenyum, tidak apa-apa, itu lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Ersa sangat memahami, karena dirinya pernah berada di fase itu dulunya.

Jeno dan Jaemin persis duduk didepan kursi pesawat Ersa dan Aiyla. Jeno berbalik, hendak meminjam charge ponsel Ersa namun urung ketika melihatnya khusyuk beribadah. Sementara Jaemin di sebelahnya tertidur pulas, Jeno tak enak hati membangunkannya.

Jeno tidak tahu menahu mengenai agama Ersa, ibadah ataupun kewajibannya. Dia hanya tahu, satu yang sama dari semua tujuan umat manusia, yaitu melakukan kebaikan. Tidak peduli kau beragama ataupun tidak,——ateisme seperti kebanyakan orang korea, yang terpenting adalah bagaimana kau menebar kebaikan ke semua umat manusia.

"Noona, pinjem charger."

"Kau tidak membawanya? Jaemin?" tanya Ersa sembari melipat mukena.

Menggeleng, "Jaemin tertidur pulas."

Aiyla yang tasnya berada di pangkuan, mengeluarkan benda yang dimaksud Jeno, menyodorkannya. Ia memiliki satu tas terpisah yang khusus menyimpan barang-barang krusial.

lama perjalanan Seoul-Jakarta kurang lebih 7 jam dengan kecepatan pesawat kisaran 600km/jam. dan mereka mengambil penerbangan nonstop. Jakarta dua jam lebih lambat dari Korea Selatan, perhitungan mereka sampai yaitu tepat jam 9 pagi, bila tidak termakan kendala.

Panorama hamparan putih mendominasi dari jendela bundar pesawat. Sorot kuning khas mentari pagi menyapa hangat. Agaknya badan pesawat telah memasuki kepulauan Indonesia.

Betul saja, selang beberapa menit, bentangan hijau tampak menyejukkan mata dibawah sana, luas sekali. Adalah pulau Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi.

Teringat, menjelang tahun akhir masa putih abu-abu, sekolah Ersa menyelenggarakan darmawisata, dan pulau Kalimantan-lah yang terseleksi guna menjadi objek pengamatan eksistensi budaya lokal di era revolusi. Melalui sistem pembagian tim, Ersa bertempat di Banjarmasin. Tepatnya wisata pasar terapung, pasar yang merupakan refleksi budaya orang banjar sejak 400 tahun yang lalu.

Pengumuman pesawat akan landing, menyentakkan Ersa. Pendaratan sempurna. Ucapan selamat datang 'welcome to Indonesia' menguar di langit-langit pesawat. Rombongan Ersa turun paling akhir, lantaran menunggu pilot pesawat untuk melewati jalur khusus lagi. Mobil berjenis lexus dengan kapasitas hingga tujuh orang, langsung menyambut mereka di bibir pintu keluar. Tancap gas, segera meluncur ke hotel.

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang