CHAPTER 19 : ToD

93 13 0
                                    

Sebelum matahari menyingsing dan langit bersemu biru Elsa duluan bangun karena pagi ini ada ujian komprehensif lalu hendak masak juga. Dua puluh menit pertama konsentrasi mengulang materi, kemudian mandi dan turun memakai celemek.

Tak muluk muluk amat atau pada dasarnya Elsa maunya yang simpel-simpel saja. Egg roll, gimbap, sosis telur goreng, lalu kimchi dari Mama Jeno ia panaskan buat menu pagi itu.

Eeeey tapi Elsa nggak makan itu, ia punya menu berbeda. Strawberry yoghurt yang dicampur granola juga madu dan jus tomat. Belakangan ini paha dan lengannya menuai banyak perhatian. Karena Elsa tipe orang yang sensitif kritik berujung overthinking maka memutuskan diet. Untung pipi tidak ikut chubby, susah untuk hilangin lemak di area itu.

Usai bersiap Ia menyambar kunci mobilnya, masih punya banyak waktu sih, biarlah ia buang di kampus sambil belajar lagi.

Cahaya matahari menyoroti kamar Jeno, mengintip melalui celah-celah gorden. Sang empunya menggeliat kecil, namun mata enggan terbuka sekalipun suara mobil keluar dari pekarangan rumah mengusik. Betah dibalut selimut dua tiga jam lanjut tidur.

Barulah saat matahari tepat diatas kepala Jeno beranjak meraih kruk yang akan setia menemaninya tiga sampai empat Minggu kedepan, alasan bertukar kamar sebab tak memungkinkan naik turun tangga. Baju dan selimut, dua benda itu saja yang pindah, dalihnya ingin mempertahankan kamar atas yang luas ada kamar mandi dalam.

"Makanan udah aku siapin, kalau dingin panasin di microwave. Sore aku pulang paling cepat siang sih. Oh iya jangan lupa kasih makan bongsik."

By Elsa cantik nan jelita :)

Dicabutnya sticky note itu dari kulkas lalu menyambar botol minum, meneguk habis dari tempatnya langsung. Usai urusan dahaga kelar selanjutnya urusan perut.

Dengan tidak semangat dilahapnya lauk di meja. Dari segi bentuk memang tidak menarik tapi rasanya pas, gak asin gak hambar. Cuman sosis goreng yang menonjol. Kemudian kimchi buatan mama, lama sekali sejak terakhir kali Ia cicipi.

Beralih ke sofa menyalakan televisi, kebetulan yang sedang tampil adalah grupnya. Bohong jika jeno tidak kecewa. Bohong jika dia bahagia sekarang. Yang harusnya berada disana, menari, bukan duduk tidak berdaya.

Memandangi gips yang membalut tulang keringnya, tak yakin apakah setelah ini semuanya bakal baik-baik saja. Apa ia masih bisa meneruskan mimpinya? Berbagai kemungkinan buruk menyerang kepalanya.

"Stop overthinking. Nggak bakal ngubah apapun. Yang kau pikirkan belum tentu terjadi, dan bagaimana bila hasilnya justru lebih indah? Percaya deh, Tuhan selalu beri yang terbaik. Have nice day."

By sijeuni

Jeno tertawa kecut melirik sticky note yang tertempel di vas bunga atas meja. Suntikan motivasi rasanya gak mempan kalau pikirannya terus mensugesti racauan negatif yang buat tubuh lemas. Apa dia benar-benar putus asa?

Belakangan ini Elsa banyak mengurus Jeno. Berdiri paling depan, bertanggung jawab, melindungi, dan membela, terutama dari haters dan trigger yang bikin dia down. Sekalipun Jeno suka hilang kendali akibat tekanan emosional. But, seperti yang sudah-sudah dia bakal selalu meminta maaf.

Pernah suatu ketika Jeno nanya alasan gadis itu memperlakukannya dengan baik.

Jawabannya simpel, "agar kau cepat pulih dan nggak bikin khawatir dreamies, terutama Renjun dan Jaemin oppa."

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang