Pagi ini rumah sudah gaduh. Redeya didapur tengah memasak dengan Klara, dan Navan yang terlihat menjahili sang kakak laki-laki.
"Na, duduk gak? Gua siram minyak goreng lo ya?"
Navan yang dibegitukan akhirnya menjauh dari Rededa. Takut-tajut masnya itu benar menyiramnya dengan minyak goreng panas.
"Gak ada habisnya lo, pengen banget diomelin emang ya?" Sergah Jerro yang tengah memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci.
"Ayah, baju Aurel jangan dirusakin ya?"
Jerro mengangguk, ya beberapa hari lalu Jerro tak sengaja memasukkan baju Aurel yang Jerro tak paham itu kain apa saking tipisnya. Dan berakhir baju Aurel robek."Iya sayang."
"Aurel tasnya mana?" Teriak Harsa
Aurel yang mendengar itu berlari menuju kamarnya.Semua sudah duduk dirapi dan tengah fokus menyantap sarapan dihadapan mereka.
"Kak, nanti pulangnya jam berapa?" Tanya Jerro"Jam 9 ya, kan sekarang pulang kantornya cepet jadi langsung ke mini market."
Setelah berdebat, akhirnya mereka semua mengijinkan Klara bekerja dimini market dengan syarat dalam seminggu setidak bekerja selama 5 hari. Mereka juga takut Klara lelah karena terlalu memforsir diri.
"Nanti abang yang jemput ya." Ucap Jerro dan dihadiahi anggukkan oleh Klara.
.
.
.Klara melambaikan tangan saat Jerro menancapkan gas motornya. Hari ini ia bekerja sampai jam 3. Kaki jenjangnya mulai menyusuri area kantor. Sungguh sebenarnya Klara ingin sekali istirahat, badannya terasa berat ditambah semalam Aurel yang manja dan ia baru bisa tidur jam 1 dini hari.
"Klara."
Klara yang merasa dipanggil segera menoleh.
"Ngagetin banget sih."Lawan bicaranya hanya terkekeh pelan. Klara kembali fokus ke meja kantornya, merapikan beberapa berkas yang siap ia kerjakan.
"Nih, titip buat Aurel sama adik-adik lo."
Klara kaget, kenapa temannya ini memberinya amplop.
"Apaan deh ini?"Ia membuka amplop yang tak direkat itu pelan.
"Heh, ngapain ngasih uang?"Klara jelas kaget, karena diamplop itu ada beberapa lembar uang merah yang Klara yakini tidak sedikit.
"Buat Aurel sama adik-adik lo. Bawa ya jangan ditolak, lo sering banget nolak pemberian gua."
"Tapi ini buat apa win? Banyak banget loh ini."
Pemilik nama Wintari sekaligus teman kantornya itu hanya tersenyum kecil.
"Gapapa, please jangan ditolak ya atau gua marah.""Harusnya lo gak usah repot gini."
"Gak repot kok. Gua seneng aja, biar ada uang jajan lebih buat mereka. Kalo adek lo yang gedean kagak mau gak kenapa. Dia juga udah berpenghasilan kan. Eh siapa sih namanya?" Kekehnya pelan.
"Redeya namanya." Jawab Klara
"Nah iya, gua lupa. Ingetnya Navan, Harsa, sama yang ganteng itu si Jerro."
Klara menggeleng pelan."Aurel sekolah?"
"Dia lagi ada wisata sama Taman Kanak-kanaknya sekarang. Lagi diantar sama Harsa sih kebetulan hari ini sekolahnya lagi libur karena ada rapat."
Wintari mengangguk."Pokoknya tetep semangat ya Kla? Lo punya gua buat jadi temen cerita kalo lo emang butuh tempat curhat. Kalo lo perlu sesuatu bilang sama gua, sebisa mungkin gua bantu. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR (END) ✔
Fanfiction"Abang itu kuat. Kalau abang tidak dapat apa yang abang inginkan jangan marah. Kalau kehilangan sesuatu, jangan terlalu larut dalam kesedihan, cobalah mengikhlaskan. Dan jika abang merasa apa yang abang lakukan tidak berguna bagi orang lain, maka co...