Cerita Hari Ini

722 90 2
                                    

Harsa menggeliat pelan saat tak sengaja mendengar keributan yang ia yakini pasti ulah saudaranya. Terlebih hari ini hari sabtu, dan sudah pasti orang-orang dirumah akan berkumpul karena tak memiliki jadwal diluar. Harsa mendudukkan dirinya kemudian mengucek matanya sebentar guna memperjelas pandangannya pada jam dinding dikamarnya.

Jam 07.00 pagi, jamnya mas Redeya mode garang.
Harsa meraih ponselnya yang tergeletak pada meja kecil sebelah ranjangnya. Ponselnya tak mati, karena semalam ia sengaja tak mematikan. Menggulir tombol kunci, ia segera mencari kontak Helena. Tak berniat untuk mengirim pesan, hanya sekedar melihat.

Semenjak dirinya melihat Helena bersama Sinan senin kemarin, ia tak pernah bertemu Helena. Katakanlah dirinya bimbang, atau dengan kata lain plin-plan. Harsa tahu Helena sering mencarinya dikelas, entah saat istirahat atau jam pulang. Bahkan menelfonnya sampai berkali-kali. Harsa merasa ia perlu waktu untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan ke depannya.

Dan sekarang ia dalam fase sangat merindukan Helenanya.
Pantas tidak dirinya mengatakan Helenanya?
Bukannya Helena hanya milik orang tua dan Tuhannya?
Harsa melirik status milik sang gadis yang diupload kemarin siang namun sengaja tak ia lihat.

Pantas tidak dirinya mengatakan Helenanya? Bukannya Helena hanya milik orang tua dan Tuhannya?Harsa melirik status milik sang gadis yang diupload kemarin siang namun sengaja tak ia lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Boleh tidak jika Harsa menganggap bahwa yang dimaksud Helena itu dirinya?
Harsa seperti disiksa jika seperti ini, ia juga sangat merindukan Helena. Jika ia bisa tebak, mungkin Helena sudah beberapa menangis karena dirinya.

Tanpa basa basi, Harsa menekan tombol berbentuk telephone.
Berdering sekali, tak dijawab. Berdering ke dua kali terjawab. Namun tak ada suara.
Harsa tersenyum pelan, ia benar-benar pantas dikatakan tidak tahu diri. Bagaimana bisa ia mempermainkan hati wanita seperti ini. Jika dilihat-lihat, ia lebih pantas dikatakan playboy ketimbang Jerro sang abang.

"Helena?"

"Hiks hikss"

Hanya ada suara tangis yang Harsa dengar.

"Maaf."

"Kamu jahat Harsa."

"Iya, aku jahat. Maaf ya?"

"Kamu kenapa menghindar?"

"Ada banyak hal yang belum kamu tau. Maaf ya kalo menghindarnya aku bikin kamu menderita."
"Mau ketemuan gak hari ini?"

"Hikss"

"Helena? Jangan nangis please."

"MAUUU."

"Oke, nanti siang aku jemput ya?"

"Hikss, iya."

"Jangan nangis sekarang, nanti sekalian nangisnya pas udah ketemu aku."
"Kamu juga bebas mau pukul aku, mau maki-maki aku, mau marahin aku."

"Janji hari ini pergi bareng? Kamu gak menghindar lagi kan? Waktu ini kamu bilang mau ketemu aku, tapi setelah aku cari malah kamu gak ada."

AKHIR (END) ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang