Kenyataan yang Sebenarnya

958 100 19
                                    

Harsa kini tengah duduk diteras rumah. Ia diberi tahu Jerro bahwa hari ini Redeya pulang diantar Disandra sang kekasih. Jujur saja, Harsa benar-benar merasa bersalah pada Redeya. Netranya yang awalnya fokus menatap langit, kini teralihkan pada mobil yang baru saja berhenti dikediamannya.

"Harsa." Sapa Disandra setelah pagar dibuka oleh Redeya.

Disinilah mereka sekarang, berkumpul diruang tamu. Redeya sejak tiba langsung masuk ke kamar dan tidak keluar dengan dalih ada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Padahal semua tau kalau Redeya masih belum bisa mengontrol emosinya saat bertemu Harsa.

"Na, ngalah heh sama Aurel. Lo udah gede ya jangan kayak bocil gitu." Tegur Jerro

"Kan ini gua yang punya bang, gua yang ambil duluan."

"Aaaaaa itu punya Aurel."

"No, ini punya ayah Na."

"Bundaaaaa."

Harsa menggeleng pelan, sungguh ia tak paham pada Navan yang bisa-bisanya berebut jelly pemberian dari Disandra.

"Na ngalah atuh, besok gua beliin." Ucap Jerro

"Kagak mau, ini punya gua pokoknya."

"Punya Aurel!"

"Punya ayah!!!"

Tak mau pusing dengan pergelutan itu, Harsa memilih mendengar Klara berbincang dengan Disandra. Setidaknya itu lebih baik.

"Harsa, nanti coba ngobrol sama mas ya?"
"Dia udah gak marah sama kamu. Cuma gitu gengsi aja."

"Iya, makasih ya kak Dis."

"Oh ya, aku balik ya kak? Besok ada kerja juga jadi gak bisa lama-lama."

"Sekali lagi makasih Dis, kakak banyak ngerepotin kamu." Ucap Klara

"Gak ngerepotin sama sekali kak. Ya udah aku pamit ya."

Selepas Disandra pamit, Redeya kembali masuk kamar. Namun secepat kilat, Harsa ikut masuk dan itu sukses membuat Redeya berdecak kesal. Ia kaget karena ulah Harsa.

"Tidur sana." Ucap Redeya acuh

"Maaf ya mas?"

Tak ada jawaban dari Redeya.

"Mas kalo gak jawab dimarah mama loh."

"Iya." Jawab Redeya cepat.

Harsa segera memeluk Redeya. Walaupun Redeya mencoba berusaha untuk melepas namun Harsa tetap memeluknya erat. Ia benar-benar rindu masnya yang galak ini.

"Lepas Harsa gua kagak bisa nafas."

"GAK MAU."

"Lepas atau uang jajan lo gua potong."

"Mainnya ngancem mulu, gak asik ah." Sergah Harsa dan melepas pelukannya pada Redeya.

"Emang siapa yang bilang gua asik?"

"Kok bisa gitu kak Dis mau jadi cewek lo ya?"

"Dia ngeliat kebaikan gua, kagak kayak lo liatnya yang buruk-buruknya doang."

"Iya-iya, kena sindir mulu gua."

Selepas itu, Redeya memilih merapikan meja kerjanya yang ia tinggal selama 2 hari ini. Harsa tak melepaskan pandangannya pada Redeya. Laki-laki yang benar-benar bekerja keras untuk keluarga. Membiayai dan memenuhi semua kebutuhan dirumah ini. Redeya oantas mendapat gelar terbaik dari yang terbaik perihal bertanggung jawab.

"Har, gua serius sama ucapan gua tempo hari."

"Mas..."

"Gua gak minta lo musuhan sama Helena, gak minta lo berhenti temenan sama dia. Cuma gua pengen lo jangan menaruh rasa lebih ke dia. Rasa yang sekarang, lo harus coba hilangkan pelan-pelan. Jangan ditambah lagi. Ya?"

AKHIR (END) ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang