"Mas, gua berangkat ya?" Dengan langkah perlahan, Harsa menjauhkan diri dari kamar Redeya. Hari ini ia berniat untuk bertemu wintari. Dan hari ini adalah tepat sebulan dirinya telah melakoni pekerjaan. Niatnya bertemu Wintari adalah untuk mengambil upahnya, padahal Harsa sudah mengatakan upahnya bisa diberikan saat ia bekerja dihari berikutnya, namun Wintari bersikukuh agar Harsa menemuinya hari ini.
"Jadi gini ya rasanya degdegan dapet gaji pertama." Gumamnya.
Dirinya kini telah berdiri tepat disebuah kedai tak jauh dari mini market. Cukup ramai mengingat hari ini hari sabtu yang mana sebagian orang tak bersekolah dan tak bekerja. Harsa mengedarkan pandangannya kemudian dengan cepat menemukan Wintari tengah duduk sendiri.
"Kak." Ucap Harsa saat tiba dimeja Wintari.
"Oh Harsa kamu sudah sampai, ayo duduk."
"Maaf ya maksa kamu buat ketemu sekarang."
"Iya gak apa kak, kebetulan juga libur sekolah."
Tanpa basa basi Wintari mengeluarkan amplop putih yang sudah Harsa pastikan berisi sejumlah uang.
"Ini untuk gaji kamu."
"Dan ini." Kembali Wintari memberikan Harsa satu amplop
"Ini untuk kamu, dan sodara kamu.""Kak gak usah."
"Bawa aja ya, pakai nambahin kebutuhan dirumah."
"Sekali lagi makasih ya kak."
Wintari hanya mengangguk sebagai jawaban."Oh ya, senin sampai jumat depan aku beneran boleh ijin?"
"Iya Harsa. Pokoknya kamu fokus persiapan ujian dulu. Kalo urusan ujian sudah selesai kamu boleh kerja lagi."
.
.
.Tak butuh waktu lama, setelah Harsa keluar, Redeya dengan cepat mengambil kunci motor Jerro. Syukurnya si pemilik motor masih tertidur mengingat semalam ia pulang larut karena banyak tamu. Redeya hanya harus memutar otak sedikit lebih keras untuk membuat alasan agar Navan percaya.
Katakanlah Redeya salah, namun ia benar-benar ingin menemui seseorang sekarang setelah apa yang ia, dan Harsa semalam ributkan.Flashback
"Gua mau masuk jurusan arsitek mas."
"Oh bagus dong."
"Mas ngijinin?"
"Kalo kamu emang udah yakin, gua gak larang. Asal lo tekun Har. Gua gak mau lo main-main karena bayaran kuliah gak kecil."
"Oke siap."
"Di Kampus mana rencananya?"
"Di Bali"
Redeya jelas kaget. Ia tak tahu bahwa adiknya berpikir untuk kuliah diluar Jakarta. Bukan apa, banyak hal yang harus dipertimbangkan termasuk masalah keuangan.
"Lo gak bercanda kan? Ikut SBMPTN disini aja. Gua gak ijinin lo kalo mau kuliah diluar."
"Mas, gak ada salahnya gua merantau. Gua disana menimba ilmu, kalo semisal nanti......"
"Alasan yang akurat apa?"
"Maksud mas?"
"Gua tau bukan itu alasan utama lo mau kuliah di Bali."
"Gak ada mas...."
"Helena kan?"
"Dia orang Bali, gak menutup kemungkinan dia akan pulang ke Bali. Apa itu alasan lo mau kuliah disana?"
"Harsa, apa yang ada diotak lo cuma Helena? Apa lo cuma mikir cinta, dan perasaan lo ke dia doang?"
"Gua pengen bilang kalo lo udah gila Har. Lo dibutakan cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR (END) ✔
Fanfiction"Abang itu kuat. Kalau abang tidak dapat apa yang abang inginkan jangan marah. Kalau kehilangan sesuatu, jangan terlalu larut dalam kesedihan, cobalah mengikhlaskan. Dan jika abang merasa apa yang abang lakukan tidak berguna bagi orang lain, maka co...