Pagi ini pagi pertama Klara berada dirumah ini. Sejak pukul 04.30 pagi ia sudah sibuk dengan alat masak didapur. Selesai memasak sarapan, ia segera mandi karena dirumah ini hanya ada dua kamar mandi, ia memilih mandi lebih awal. Jaga-jaga adik adiknya berebut kamar mandi. Mengingat adik adiknya harus menjalani aktivitas diluar rumah juga.
Redeya atau mas Rey bekerja. Ia menjadi salah satu tulang punggung selain sang mama. Mas Re bekerja diperkantoran, menjadi seorang Auditor. Pagi hari ia akan sibuk karena harus tiba dikantor tepat waktu mengingat ia menggunakan mobil jadi takut terlambat.
Abang Jerro, salah satu adik tampan Klara. Yang Harsa akui kalau ketampanannya memang tidak bisa ditandingi oleh dirinya. Jerro baru memasuki semester 4 jurusan Ekonomi. Kata Harsa sih abangnya ini cuma ikut-ikutan teman.
"Bang, kalo kuliah itu pilih jurusan yang bener. Lagak lo masuk ekonomi, lo aja masih doyan mengelapkan uang belanja mama ke mang Jaka."
Oh ya, Harsa tentu saja tahu kelakuan salah satu abangnya ini. Terutama si abang yang suka membelanjakan sisa kembalian.Abang Harsa. Adik yang kata Klara agak ajaib ini masih duduk di bangku SMA kelas XII jurusan IPS. Ia masuk IPS katanya ingin seperti Mas Re. Ke sekolah juga sering bareng Navan menggunakan motor. Selain karena satu sekolah, mereka hanya punya satu motor yang menganggur. Itu juga motor milik Alm sang papa.
"Gua tuh ambil IPS bukan sekedar doang. Pengen kayak mas Re aja gitu cakep ke kantor."Navan, atau Adek Na. Navan kini barada dibangku SMA kelas XI jurusan IPA, dan satu sekolah dengan Harsa. Kalau disekolah Navan tidak suka dipanggil adek. Kata Harsa sih Navan malu sama gadis-gadis yang naksir dia.
"Alibi doang mah si adek, segala gamau dipanggil adek lagi. Bilang aja malu kan sama cewek-cewek disekolah?"
Dan semenjak itu Navan tidak dipanggil dengan sebutan adek lagi.Sang mama kini menemani Klara di dapur, namun Klara tak tega sang mama ikut serta mengingat ada dirinya yang bisa menyelesaikan pekerjaan didapur sendiri.
"Ma, mama bangunkan Aurel aja ya. Ini sudah jam 06.00. Biar Klara urus sisanya. Ini tinggal buat susu aja kok."
Sang mama mengangguk.
"Iya deh, mama ke Aurel dulu ya"Selepas sang mama pergi, Navan terlihat baru bangun dengan wajah bengkaknya. Bukannya langsung mandi, Navan lebih memilih duduk di anak tangga paling akhir dengan menyenderkan kepalanya ke dinding. Klara yang melihat itu segera beranjak menuju tempat Navan.
"Hey, adik kakak ini bukannya mandi malah tidur lagi. Ayo mandi dulu nanti telat ke sekolah"
Navan menggeleng
"Kamar mandi atas dipakai bang Jerro kak. Tuh kamar mandi bawah ada orangnya juga."Iya kamar mandi bawah dihuni oleh mas Redeya kesayangan. Berani gedor, sudah dipastikan mendapat cuitan manis beserta gayung kosong.
Padahal Jerro biasa menggunakan kamar mandi dibawah karena Jerro dan Redeya sekamar, jadi lebih sering menggunakan kamar mandi bawah. Sementara Harsa dan Navan sering menggunakan kamar mandi atas karena kamar mereka diatas. Kalau kata Navan sih aura magernya Harsa yang membuat dia selalu malas terlebih mereka sekamar.
Klara mengusap pelan rambut Navan
"Ya sudah kamu naik dulu tunggu bang Jerro selesai."Navan mengangguk pelan, ia kembali menaiki anak tangga. Melihat Navan yang sudah bergegas mandi, Klara melanjutkan kegiatannya kembali didapur.
"Bunda"
Klara menoleh dan mendapati Aurel tengah digendong Harsa."Loh kok digendong, anak bunda belum mandi?"
Aurel bukan menjawab malah menelusupkan wajahnya diceruk leher Harsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR (END) ✔
Fanfiction"Abang itu kuat. Kalau abang tidak dapat apa yang abang inginkan jangan marah. Kalau kehilangan sesuatu, jangan terlalu larut dalam kesedihan, cobalah mengikhlaskan. Dan jika abang merasa apa yang abang lakukan tidak berguna bagi orang lain, maka co...