15

3.2K 450 193
                                    

'Klimaks'

Dari judulnya aja ambigu awokawoka
















































Law tengah berdiri dengan kedua lutut dan menunduk. Sedangkan Sanji duduk di atas kasur meremas sprei. Wajahnya memerah dengan desahan pelan keluar dari mulut. Keringatnya menetes tanpa izin terkesan erotis bagi yang melihat. Terutama Zoro yang sudah berulang kali meneguk ludah dengan rasa kesal. Dari celah tersebut tak terlihat jelas apa yang di lakukan oleh si pria bertato.

Tapi melihat hal di depan, tentu saja pikiran keempat pria di balik pintu menuju pada hal negatif.

Luffy meremas ujung kemeja bajunya. Sabo yang sadar akan hal tersebut menatap kearah adiknya prihatin. Remaja di mabuk cinta memang sangat sensitif bukan.

"Gak kelihatan jelas!" Ace berujar kesal dengan suara pelan. Zoro yang tak tahan lagi berjalan masuk ke depan membuat Sabo dan pria berbintik tersebut jatuh mencium lantai.

Brak!

"Oi!" Ujar Zoro berat dengan mengintimidasi. Luffy berjalan di belakang si surai hijau, penasaran.

"Marimo!?" Sanji menoleh kearahnya terkejut. Ia menoleh ke arah pria suram di bawah. "Law kenapa lu gak ngunci pintu!"

"Kalian ngapain?" Sabo yang berhasil bangkit setelah menimpa Ace kini berujar jelas. Sedangkan sang korban baru berjalan mendekat. "Pasti abis ngen-" Mulut bau jigong tersebut berhasil di tutup tangan suci Sabo.

"Hah?" Sanji memiringkan kepalanya bingung.

"Sanji-ya, udah gue bilang jangan desah."

"Tapi sakit bego! Lu sih makanya pelan-pelan."

Law dan Sanji berdebat melempar kesalahan. Keempat pria lain mendekat. Terlihat Law tengah memegang kaki Sanji yang memar. Zoro menatap koki mesum tersebut sedikit khawatir. "Lu kenapa?"

"Dih, kepo!"

"Sanji-ya jatuh dari pohon." Jelas Law berhasil mendapatkan pukulan kasih sayang dari pria penggila wanita.

"Pffft-kok bisa?" Ace bertanya menahan tawa.

"Kepo!"

"Dia mau benerin sarang burung yang hampir jatuh." Sekali lagi Sanji berhasil menggeplak kepala Law hingga topi putihnya jatuh.

"Uuh baiknya~" Goda Sabo, ia mendudukkan diri di samping Sanji.

"Jadi tadi Law gendong Sanji karena Sanji luka?" Luffy bertanya membuat atensi mengalih padanya. "Law gendong Sanji?" Tanya Ace dan Sabo terkejut bersamaan.

"Lu-lu liat!?" Sanji bertanya kaget bercampur malu. Wajahnya kembali memerah padam terlihat jelas. "Iya, Zoro juga lihat." Luffy menjawab polos. Pria pirang dengan poni menutupi sebelah mata semakin memerah malu.

Law akhirnya selesai mengurut dan mengobati bengkak di kaki Sanji. Ia berdiri lalu membungkuk mensejajarkan diri dengan pemilik marga Vismoker. "Miringin leher lu." Perintah Law di patuhi Sanji. Seketika rasa dingin menjalar pada lehernya. Law mengompres leher pria itu dengan es batu di dalam plastik.

"Kena ulat bulu." Ujar Law seolah paham dengan tatapan tanya keempat pria lainnya.

"Di-dingin, udah dulu dingin." Sanji bergerak gelisah tak tahan dengan rasa dingin yang menjalar.

"Belum ada 30 detik."

"Tapi dingin, dongok!!" Kesal Sanji mendorong tangan Law menjauh. Ia hampir menggaruk area leher. Beruntung calon dokter di depan berhasil menahannya. "Jangan di garuk!" Ujar Law geram.

Rectangular [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang