Acebo

4.4K 318 48
                                    

Baiklah agar tak mengecewakan pembaca. Saya akan membuat chap khusus ship aceboK. Jangan terlalu banyak berharap okek.

Sanji baru datang setelah keluar membeli beberapa barang. Ia meletakkan belanjaan di atas meja makan. Kemudian naik ke lantai atas untuk berganti pakaian. Di ruang tamu terdapat tiga orang yang bermalas malasan. Luffy duduk di atas sofa dengan Snack di tangan. Ace rebahan santuy di karpet dan Zoro tidur di sofa singgel. Beberapa saat setelah kedatangan Sanji. Law dari pintu depan juga datang dengan belanjaan.

"Luffy-ya!" Panggil pemuda tersebut menempelkan es krim ke pipi kekasihnya. "Waaa!" Teriak Luffy terkejut merasakan dingin yang menjalar. "Torao!" Kesalnya membuat Law tertawa kecil. Ia memberikan es krim tersebut pada Luffy dan menaruh belanja di atas meja. "Ambil aja kalo mau." Ujar Law, segera di lakukan Ace dengan cepat. Ia mengambil es krim semangka dari sana dan langsung mengigitnya. Rasa dingin dan ngilu bersamaan membuat wajah pria tersebut mengekerut jelek.

Zoro masih tak berkutik sibuk menjelajahi alam mimpi. Sabo dan Sanji turun dari lantai atas. "Astaga, Minggu gini bukannya beresin rumah malah rebahan." Sabo menimpuk kepala Zoro membangunkan empunya. "Daripada gabut mending ngegame yok." Ucap Sanji di dengarkan antusias.

"Game apa?" Tanya Luffy setelah menjilat habis stik es krim di tangan. "Hide and seek." Jawab Ace bangga seolah hidungnya memanjang seperti milik Ussop.

"Ha?" Tanya Zoro yang baru bangun dan Luffy. "Petak umpet." Jelas Law singkat di angguki dua orang bodoh tersebut.

"Sok Inggris banget lu. Tapi boleh juga deh main petak umpet." Saran Ace di setuju Sanji. Mereka mulai melakukan hompimpa dan Luffy yang mendapat giliran jaga. "Ciiiih~" Ujar pria yang paling muda tersebut mulai berbalik menutup mata dengan tubuh menghadap tembok. Luffy mulai menghitung dari 1 sampai 30. Lima pria lainnya segera mencari tempat bersembunyi terburu-buru. Sanji bersembunyi di bawah kasurnya. Zoro tersesat dan bersembunyi di dalam WC lantai bawah. Law menyembunyikan diri di balik pintu masuk. Kemudian ada Sabo di dalam lemari baju kamarnya.

Ace masih kebingungan mencari tempat. Ketika hitungan Luffy sudah hampir habis. Ia segera bersembunyi di tempat paling dekat.

'Bak!'

Pria dengan bintik di wajah itu ternyata memasuki lemari yang sama dengan Sabo. Mereka menatap jengah pada yang lain. "Kenapa lu disini?" Bisik Sabo kesal. "Abisnya sisa di sini doang." Jawab Ace tak kalah kesal karena tubuh mereka terjepit dan sesak. Hal itu membuatnya naik pitam. "Minggir lu, keluar." Sabo mendorong Ace pelan. "Diem atau kita bakal ketahuan."

Sabo tak peduli ia terus mengumpat mendorong pria di depan. "Diem ga lu atau gue cium." Pria bersuarai hitam berujar agak panik mendengar pintu kamar mereka terbuka. Itu tandanya Luffy sedang masuk kesana. Sabo yang belum sadar masih mengoceh kesal."Keluar sek—hmmph....anh!" Bibir Ace menjamah mulutnya. Tentu saja Sabo terkejut mendorong pria itu kuat hingga keduanya jatuh bersamaan keluar dari lemari.

Brak!

"Ace Sabo ketemu!" Seru Luffy melihat kedua saudaranya menampakkan diri.

__________________________________________________

Permainan berakhir dan mereka kembali melakukan hompimpa. Kini saatnya Zoro yang menjaga. Ketika si kepala lumut mulai menghitung. Ace sempat mampir ke dapur mengambil minuman dari belanjaan Sanji. Karena merasa haus setelah berdebat dengan preman pipi rucika. "Apaan nih?" Ujarnya sembari berlari mencari tempat. Tanpa berpikir panjang di teguknya air dari botol itu dan bersembunyi di dalam gudang.

Sabo masih kebingungan mencari tempat. Ia mengacak-acak rambut frustasi. "Aargh gue harus kemana!?" Geramnya. Tiba-tiba sebuah tangan besar menarik Sabo masuk kedalam ruangan. Cahaya di dalam remang-remang. Belum sempat Sabo memahami situasi. Bibirnya di raup oleh pelaku penarikan. Pria ikal itu mendorong orang di depan kuat.

"Breng—eeh, Ace!?" Ujar Sabo terkejut. Saudaranya itu nampak aneh dengan keringat bercucuran dan terengah-engah. "Lu kenapa Ace?" Sabo mengecek suhu tubuh pria itu.

Ace memojokkannya ke tembok. Ia kembali menjamahi bibir Sabo brutal. Gigitan kecil berhasil di berikan hingga mulut si pirang terbuka lebar. Kesempatan itu di ambil Ace untuk menjelajah masuk kedalam. "Mmnh—Aac...nggh lepas!" Sabo mendorongnya kuat. "Lu..." Matanya mencoba memahami keadaan. "...lu sange? Abis minum obat perangsang ya lu?"

"Uugh—Bo tolongin gue. Gue ga sengaja minum botol dari belanja Sanji tadi." Jelas Ace memegangi buah dada si pirang dan meremasnya pelan. "Aaakh, bentar kita keluar aja." Sabo menahan pundak pria tersebut menahan pergerakan.

"Jangan, ntar di suruh bayar denda kalo ketemu duluan." Cegah Ace karena tadi mereka sempat memberikan peraturan tambahan. Yaita denda 50 ribu untuk yang pertama ketemu. Bagi mereka uang segitu cukup untuk makan seminggu, pakai mie.  "Iya juga sih, mana gue lagi bokek."

"Makanya bantuin gue." Ace memelas sudah tak tahan. Merasa tak ada jalan lain Sabo pun mengiyakan. "Duduk, biar gue anuin punya lu." Ace patuh duduk di atas tumpukan barang. Sabo berdiri dengan lutut di antara kedua paha pria di depan. Ia membuka celana Ace dan menjilati penisnya perlahan. "Eenghh—lagi bo."

Sabo mulai mengulum penis tersebut dan bergerak maju mundur cepat. "Uumch...annhm~" Gerakan mulut dan lidah Sabo membuat saudaranya mabuk kepayang. "Aah...lebih cepat mmnh~" Ace menjambak rambut pirang di bawah membantu pergerakannya. Di rasa sudah hampir keluar. Sabo berniat menjauh tapi jemari Ace malah menariknya makin dalam. Tubuh pria itu melengkung mengeluarkan cairan bening di dalam mulut si pirang.

"Uhuk....eekh! Sakit anjir." Ujar Sabo kesal dengan pelan. Ace cengengesan menanggapinya. Tiba-tiba kejantanan pria itu kembali menegang. Sabo menatapnya heran. "Apa reaksi obatnya belum berhenti?"

"Belum tuh liat." Sabi berdiri dengan kesal dan Ace berada di belakang

"Bo, rapetin kaki lu." Tanpa banyak bertanya karena sudah lelah, Sabo hanya patuh. Ace menyelipkan penisnya di antara paha Sabo. Lalu menggerakkannya pelan. "Ace!" Seru Sabo terkejut. Wajahnya memerah padam menyadari aksi mesum tersebut. "Pinjemnnh—paha bentar nggh!" Sabo masih berbalut celana ia dapat merasakan sesak di bagian bawah. Gerakan Ace semakin cepat dengan nikmat ia mendesah pelan.

Ace menggenggam kedua tangan Sabo dan menariknya kebelakang. Gerakan pada pinggulnya masih belum berakhir. "Nnghh......mmnh aaah~ rapatkan lagi, bo." Sabo menahan desahannya ketika penis Ace juga menyentuh miliknya. Semakin lama gesekan putra Roger itu membuat Sabo menengang. Di rasa akan segera keluar Ace membiarkan penisnya berada di sana dan melengkungkan badan. Cairan bening kental kembali ia keluarkan. Sabo juga mengeluarkan cairan tersebut dan terduduk lemas. Celananya basah karena sperma.

Pria pirang ikal itu menutupi mulutnya dengan tangan. Ia tak menyangka akan melakukan ini dengan Ace. Sungguh memalukan. "Hei, lu gapapa?" Tanya Ace memakai kembali celananya dan merapikan baju. Sabo menoleh kesal pada pria itu. Bisa-bisanya dia santai di keadaan seperti ini. Sabo memukul surai hitam itu kesal.

Setelah keluar dari gudang Sabo segera pergi ke kamar mandi membersihkan diri. Ia mendecak kesal memukul udara.

"ACENG BRENGSHAKE!"

Beruntung ternyata mereka berdua pemenangnya. Jadi pengorbanan Sabo tidak sia-sia. Si ikal itu menatap Sanji kesal. Koki mesum yang tak tau akar permasalahannya hanya bisa meneguk ludah kesusahan. "Gue salah apa ya?"

.
.
.
.
.
.
.

"Eh, kok botol itu ilang." Ujar Sanji mencari sebuah barang. Padahal niatnya obat perangsang yang tak sengaja di minum Ace akan ia gunakan untuk menjebak Zoro. Lalu membuat si kepala lumut itu bertekuk lutut. Kemudian Sanji akan mendominasi. Tapi sialnya malah hilang padahal ia sudah bersusah payah menahan malu saat membeli barang tersebut.

Maaf kalo gaje, soalnya pas gue buat ga dapet feel AcexSabo

Gomen~~

Dah tamat ini beneran dah Cape, bye

Rectangular [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang