10

3.5K 438 58
                                    

'Sake'

Zoro yang terpisah dari yang lain akibat nyasar. Kini berdiri di belakang kedai takoyaki. Seingatnya hari ini si alis keriting bekerja di kedai tersebut. Segera Zoro masuk lewat pintu belakang dan menemukan Sanji yang sibuk memasak.

"Sanji, 3 pesanan lagi!" Teriak Usopp keras.

"Yaa! Chopper berikan takoyakinya pada lady itu dulu." Koki pirang menunjuk wanita cantik berbalut dress merah. "Tapi pria di sana udah pesen duluan." Tunjuk pria imut pada pelanggan yang di maksud.

"Dari jaman dinosaurus, lady harus di utamakan dari pria." Akhirnya Chopper mengangguk pasrah.

Zoro menepuk pundak Sanji mengagetkan. Kaki jenjang si pirang terarah menendang kepalanya. Beruntung Zoro sigap menangkis serangan.

"Asu!" Ucap keduanya bersamaan.

"Lu ngapain ke sini?" Tanya Sanji menghela nafas berat. Ia kembali berkutik pada takoyaki.

"Laper." Jawab Zoro jujur tak punya tenaga lagi untuk berbohong. Sanji kembali menghela nafas berat. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Lu tunggu di bawah pohon. 10 menit lagi gue ke sana. Bisa?" Tunjuk si pirang pada kursi di bawah pohon sakura. Zoro mengangguk paham ia berjalan menuju sana hampir nyasar. Setelah 10 menit berlalu Sanji datang dengan onigiri dan takoyaki di tangannya.

"Nah." Makanan di sodorkan ke arah Marimo. Zoro mengernyit bingung. "Gue kira cuma ada takoyaki di sini?"

"Emang."

"Terus onigiri dari mana?"

"Gue tadi bawa bekal belum kemakan. Lagian lu suka onigiri, buat lu aja." Sanji duduk di samping pria bersurai hijau dengan menyenderkan punggung pada kursi.

"Hmm, nah." Zoro memberikan sebatang rokok pada Sanji. Pria dengan alis melingkar tersebut membulatkan matanya.

"Lu ngerokok?"

"Bukan, bego. Gue tadi ketemu Smoker dia ngasih rokok. Lagian lu suka rokok, buat lu aja." Balas Zoro mengikuti perkataan Sanji tadi.

"Cih." Sanji mengambil rokok tersebut. "Koreknya?"

"Gaada."

"Bego!" Koki pirang berjalan ke arah kedai lagi sekedar untuk menyalakan rokok dengan kompor. Lalu kembali pada Zoro. Kebulan asap putih gelap terbang ke langit. Di sampingnya ada Zoro yang sibuk memakan masakan Sanji dengan lahap.

"Laper banget?" Rambut lumut mengangguk membenarkan.

"Ngapain lu kesini? Cari makan doang?" Tanya Sanji lagi, Zoro kini mendongak menatap netra biru di samping. "Nyari lu."

Sanji membuang pandangannya ke samping. Ia sadar wajahnya memanas. Pria tersebut berdehem menghilangkan rasa gugup yang tak tau darimana datangnya.

"Sendiri?" Sanji kembali bertanya.

"Tadi sama Ace, Sabo, Luffy. Mereka ngajak nyopet pakek arahan Nami. Soa–"

"Nami-swaaan!? Dimana sekarang?" Sanji mendekatkan wajahnya dengan mata berbinar ke arah Zoro. Kilauan cahaya membuat netra biru terangnya bersinar.

Ctak!

Zoro menjitak dahi tertutup poni tersebut keras membuat empunya meringis kesakitan. "Sakit bego! Kasih tau buruan di mana Nami-swaaan!?" Sanji menggoyang goyang tubuh pria di samping kesal.

"Ga tau."

"Boong!" Sanji makin menggoyang tubuh Zoro kuat. Pria berambut hijau tak mau diam saja. Ia balik menahan pundak Sanji membuatnya tak bergerak.

Rectangular [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang