20

3.3K 401 151
                                    

'Kepala lumut dan alis keriting'

Ace masih di tatap kesal oleh Law beberapa hari ini. Luffy juga lebih sering menghindarinya. Ia sekarang tengah merenung di dalam kamar dengan mencium kaos kaki Kamboja dari sang adik. Sabo menatap pria tersebut dengan jijik dan memilih turun ke lantai bawah.

Kali ini bukan bau makanan yang tercium ketika ia ke dapur, melainkan harum parfum. Sabo melirik ke arah Sanji heran. Ia tau bahwa koki tersebut memang anak yang rapi dan wangi. Tapi kali ini takaran parfumnya berlebihan. Ia menatap Sanji penasaran. "Lu kenapa pakek parfum banyak banget, ji?"

Koki pirang menoleh ke belakang tempat Sabo berada. Wajahnya berseri dan begitu halus seperti habis perawatan. "Gue mau nembak Nami-san hari ini." Ujarnya bersemangat setelah meletakkan daging ke dalam bekal Luffy. "Waah serius? Gue kira lu pacaran sama Zoro." Pria dengan luka bakar tersebut menepuk pundak Sanji menyemangati.

"Kagak lah njir, yakali suka lumut!"

"Sialan, gue manusia bukan lumut!" Zoro yang nyasar ke dapur akhirnya memilih masuk dan membuka kulkas. Kedua pria pirang di dalam sedikit terkejut dengan kedatangan Zoro yang tiba-tiba.

"Ya lu manusia. Manusia lumut!"

"Koki mesum, bego!"

Tak mau terlibat pertikaian mereka Sabo memilih keluar dari sana. Tersisalah dua pria dengan emosi yang memuncak. Sanji menghela nafas menenangkan diri. "Haaah~ jangan ganggu gue hari ini. Mood gue lagi bagus."

Zoro mengambil jus jeruk dari kulkas dan menutupnya kembali. Ia mendekat kearah Sanji membuatnya reflek mundur perlahan. Tangan besar Zoro berhasil mengusak surai pirang di depan dengan lembut. "Semangat." Ujarnya singkat meninggalkan Sanji dengan tanda tanya.

________________________________________________________

Hari ini di lalui Sanji dengan keheningan. Sejak pagi setelah Zoro mengelus kepalanya tak ada lagi percakapan di antara mereka. Si pria bersuarai hijau tersebut lebih memilih untuk menjauh hingga bel pulang berbunyi. "Sanji-san, ada apa denganmu dan tuan pendekar pedang?" Tanya Robin yang sangat peka terhadap keadaan. "Tidak ada, Robin-chwaan~" Koki penggila wanita tersebut tersenyum lebar. Kemudian berdiri mendekati Nami.

"Nami-swaaan~" Panggilnya khas dengan nada manja. Nami yang risih sedikit mundur dengan wajah datar. Ia berdehem sebagai jawaban. "Bisa temani aku ke taman belakang?" Tanya Sanji berbinar dengan senyum tulus tidak seperti biasanya. Gadis bersuarai Oren menatap Sanji bingung, hendak menolak tawaran si pirang.

"Pergilah Nami, gue denger di sana ada bunga dengan harga mahal." Ujar Zoro tiba-tiba. Nami menoleh kebelakang dengan mata melotot memastikan. "Beneran?"

"Ya, kemarin Coby mencabutnya. Terus di jual dan dapet 500 yen,gue kirim fotonya." Nami mengangguk setuju dan segera menggeret Sanji cepat menuju taman.

"Na–nami san, pelan-pelan aja." Ujar si pirang menyamai langkah gadis di depan. Pria tersebut sedikit melamun tentang Zoro. Karena Zoro membantunya untuk menyatakan perasaan pada Nami. Bukankah pria itu menyukainya? Tapi kenapa si surai lumut membantu Sanji?

"Sanji-kun, ayo bantu gue cari bunganya!" Ujar gadis berambut Oren itu bersemangat. Sanji menahan pergelangan Nami. Hingga keduanya berhadapan. Keadaan taman sangat sepi dengan cahaya matahari berwarna jingga. Sanji menatap netra di depan tegas. Wajahnya memerah jelas terkena sinar matahari.

"Nami-san."

"Oi, koki mesum." Tiba-tiba suara Zoro terlintas di kepalanya membuat Sanji kehilangan fokus. Ia menunduk dengan pikiran yang berkecamuk. "Nami-san aku...aku menyukaimu!"

"Aku juga, alis keriting." Lagi-lagi suara yang ia rindukan terdengar jelas. Padahal pria itu tak ada di sana.

"Maaf Sanji-kun...." Jawab gadis tersebut membuat Sanji kembali fokus padanya. "Lu yakin suka sama gue?" Tanya Nami membuat Sanji terdiam. "...suka!" Jawabnya dengan jeda beberapa detik.

Nami menghela nafas panjang. "Haaah~ Sanji, coba pahamin dulu perasaan lu. Jangan mengelak dan terima aja." Gadis Oren tersebut sangat peka terhadap keadaan. Ia tau bahwa Sanji tak benar-benar menyukainya. Ia juga tau koki mesum tersebut ada masalah dengan Zoro.

Kini tangan Nami terarah mengelus surai pirang di depan. "Walau Sanji beneran suka gue, Gomen ya. Nami ga ada perasaan lebih dari teman buat Sanji." Ia menepuk pundak Sanji dengan senyum cantik menenangkan. Setelah kalimat tersebut Nami pun pergi meninggalkan si pirang yang masih terdiam suram.

_______________________________________________

Matahari sudah terbenam di gantikan oleh sang bulan. Merasa ada yang tidak beres karena Sanji belum pulang. Zoro berlari menuju taman sekolah tergesa-gesa. Beberapa menit setelah nyasar keberbagai tempat. Ia berhasil sampai taman dan menemukan pria yang di cari.

"Oi, koki mesum!" Zoro berlari mendekat bersamaan dengan Sanji yang menoleh kearahnya. Pria pirang tersebut menatapnya sendu dengan air mata yang terjun bebas melewati pipi.

Zoro tersentak sedikit mematung dan segera memeluk Sanji erat dengan menepuk punggung pria tersebut perlahan. "Tenanglah, masih ada aku disini." Ujar pendekar pedang dengan lembut dan menenangkan. Ini adalah pertama kalinya ia melihat sang musuh bebuyutan menangis.

Sanji yang di perlakukan begitu tiba-tiba saja meluapkan semua emosi yang ia pendam. Rasa kecewa, sedih, bimbang di tuangkan dalam bentuk isak tangis. Bagi Sanji, Nami adalah wanita terhebat setelah ibunya. Ia menyukai segala hal dari gadis Oren tersebut, mau itu kekurangan atau kelebihan sekalipun. Menurut Sanji, Nami adalah wanita idaman.

Sampai saat ada perasaan asing lain yang ia dapat dari pria di depan. Sanji berani bersumpah ia bukan seorang gay. Ia pecinta wanita tapi perasaannya untuk pria tersebut sama dengan yang ia miliki untuk Nami. Itu mengkhawatirkan, aneh, tidak normal bukan berarti pria tersebut homophobic. Tapi Sanji tak bisa menerimanya. Hal inilah yang mendorong pria pirang tersebut untuk menyatakan perasaan pada Nami. Padahal rasa sukanya sudah memudar dan ia dalam keadaan bimbang. Hingga penolakan pun di terima dari gadis yang ia idam-idamkan.

"Ugh–sialan!" Maki Sanji entah pada siapa. Ia meremat baju Zoro menghilangkan rasa frustasi. Elusan perlahan pada punggungnya belum berhenti membuat Sanji merasa rileks sejenak. "Gue...ditolak." Zoro berdehem paham.

"Nami-san..." Ingin rasanya pria bersuarai hijau pergi. Karena tak tahan lagi sang pujaan hati memanggil gadis yang ia cintai.

"Gue suka Nami-san!" Sanji menarik kerah Zoro dan menatapnya tajam dengan mata berkaca-kaca. "....gue tau." Jawab pria di depan lirih.

"Bukan, lu ga tau...." Zoro masih menatapnya sendu. "Lu ga tau!" Teriak Sanji mengeratkan genggamannya.

"Bahkan gue juga ga tau, kalo gue bukan suka sama Nami-san tapi suka sama lu!"

Zoro terdiam otak kecil bodohnya di paksa berkerja keras. Matanya melotot terkejut dengan bibir menganga lebar. "A–HAH!?" Teriak si Marimo bingung.

"Berisik, Marimo!"

"Lu beneran su–hmp!" Bibir Zoro di bungkam dengan milik Sanji. Netra biru tersebut terpejam tanpa gerakan sedikit pun pada bibir. Pria di depan mematung menarik ujung bibirnya senang. "Dasar maling first kiss." Ujar si pirang setelah ciuman di lepas.

"Sanji, gue suka lu!"

"Gue tau."

"Kalo gitu sekarang kita pacaran."

"Hah!? Gue aja belum teri–umpph!" Zoro menyerang bibir candu tersebut tanpa jeda. Gigitan kecil berhasil di berikan. Hingga lidah Zoro bebas berkeliaran di rongga mulut Sanji. "Mnnh–Marimnggh~"

Zoro melepas ciumannya dan mengecup bibir di depan ringan. Ia melukiskan senyuman tulus dengan dahi menempel pada si pirang. "Lu punya gue sekarang."

"Elu yang punya gue!" Jawab Sanji tak mau kalah.

"Hemm....lu punya gue. Gue punya lu." Pendekar pedang berujar membuat koki di depan tersenyum senang.

Capek ga sih jadi jomblo? Untung saya pacaran sama Law.



Rectangular [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang