Seven years later.
Senja yang mulai tampak indah di langit Seoul. Hujan baru saja selesai sedetik lalu. "Maaf sayang.. Papa tidak bisa pulang lebih cepat. Pukul 10 bagaimana?" Jimin tengah menelpon orang-orang rumahnya. Menatap bingkai berisi foto putrinya.
"Bye sayang, papa tutup dulu yaa."
Jimin buru-buru menutup panggilan teleponnya sepihak kendati pintu ruangannya terbuka. "Maaf Daepyo-nim ini data yang kau minta," ucap wanita yang baru saja masuk dengan berkas-berkas yang dia minta.
"Bawa kemari," serunya pelan. Dari sudut matanya Jimin melihat bagaimana wanita itu tengah meletakkannya pelan di depannya. Sungguh indah sekali wanita di depannya meski sedikit memiliki wajah lelah kendati seharian ini tengah mengembangkan proyek besar.
"Lila, kau ada waktu kosong?" tanyanya tanpa basa-basi. Mata Jimin seolah berubah mendamba.
Wanita itu tersenyum kecil, indah baginya. Cantik dan manis. Berputar sedikit sebelum melangkahkan kakinya kearahnya. Seketika itu Jimin berdiri lebih dekat kearah Lilac. Jemari wanita itu meraba pakaiannya sebelum melepas dua kancing terbatas miliknya guna melonggarkan.
"Pukul enam. Kantor sudah sepi, mereka sudah pulang," katanya.
Jimin tersenyum kecil, memeluk tubuh wanita di depannya sejenak sebelum membubuhi satu kecupan manis di keningnya.
"I love you.."
"Too.." jawaban cepat dari sang pemilik bulu mata lentik. Bertatapan sejenak sebelum menautkan kedua belahan bibir mereka.
.
Pukul 10 malam, seharusnya Jimin pulang kerumah. Soona benar tidak mengerti bagaimana Jimin akhir-akhir ini telat rumah atau mengingkari janjinya untuk mendongeng pada Yuri.
Entah sejak kapan dia merasa Jimin seolah menutupi diri darinya. Pria tidak seperti biasanya pulang malam dua bulan ini. Tapi entah mengapa rasanya aneh begitu saja.
Ditemani drama televisi, Soona mencoba bertahan dari rasa kantuknya. Bunyi pintu terbuka membuat Soona terkejut. Menengok kebelakang, dia mendapati Jimin tengah masuk dan sama terkejutnya dengannya.
"Oh Ya Tuhan. Kenapa kau belum tidur? Hem?" Jimin bertanya padanya. Soona hanya tersenyum sembari membantu melepaskan jas yang Jimin pakai.
"Memangnya aku tidak boleh menunggu suamiku pulang?" Godaanya balik.
"Maafkan aku sayang, aku sudah bicara pada Yuri kalau aku tidak bisa pulang cepat," kata Jimin sembari mencuri satu ciuman dari bibir Soona.
Soona tersenyum singkat setelah ciuman itu usai, sejujurnya dia mulai curiga dengan Jimin. Bagaimana tidak, pria itu selalu telat pulang dengan alasan ada banyak pekerjaan karena proyek besar. Meskipun kecurigaannya tidak membuahkan hasil, tetap saja instingnya sebagai wanita selalu kuat.
"Jimin, mandi dulu ya.. Kau sudah makan?"
"Sudah. Tidak usah repot-repot memanaskan makanan. Aku pikir tadi kau sudah tidur jadi aku mengajak teman kantor untuk makan malam," kata Jimin berlalu dari Soona. Di tangga menuju, Jimin kembali melihat Soona dari sudut matanya lalu berlalu setelah wanita itu melangkah ke lain arah.
.
Lilac tengah terdiam di mejanya. Dengan pena yang masih dia genggam dan pikiran-pikiran yang mengganggu dirinya. "Apa yang dia katakan? Mengapa aku harus ingat sesuatu? Tidak ada yang salah dalam pikiranku," gumamnya lirih.
Jujur saja Lilac tidak mengerti setelah pergulatan panasnya dengan sang pria, Jimin malah mengucapkan kata yang membuatnya berpikir berlipat-lipat.
Pusing mendera di kepalanya, Lilac tidak tahu sejak kapan kepalanya terasa berat akhir-akhir ini setelah dirinya di terima di perusahaan Jimin. "Aku tidak punya masa lalu dengannya. Tapi kau dia bicara cinta, aku memang cinta. Perasaan ini seolah mengalir begitu saja,"monolognya kembali.
Ponselnya menyala,menemukan notifikasi pesan dari Jimin untuknya.
[Maaf jangan di pikirkan terlalu keras. Kau tidak udah memikirkan ucapanku. Tidurlah untuk besok, kau harus bekerja lagi bukan?]
Jimin benar dia harus bekerja lagi. Tidak ada tanggal merah di kalendernya selain hari minggu.
Meletakkan penanya, Lilac akhirnya pergi menuju ranjangnya. Merebahkan diri, melihat langit-langit kamarnya sendiri sebelum beralih melihat sisi kirinya, seolah dirinya melihat bayangan Jimin yang masih terpejam di sebelahnya.
"Good night!" ucapnya sebelum memejamkan mata. Berharap sosok Jimin bisa kembali muncul untuk menemaninya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐇𝐎𝐑𝐓𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 | Edition 04 On Going
ФанфикPlease baca dulu rulersnya sebelum di baca ceritanya.. Rulers: (1). Cerita sewaktu-waktu ditambah dengan cover dan judul berbeda. Cerita lama tidak akan di hapus, jadi please look a Table of contents! (2). Baca dengan tenang jangan tegang, karen...