"Maaf.. Soona aku tidak bermaksud--"
"Kenapa kau menyembunyikan semuanya dariku? Kau tidak lagi dengannya Jimin. Kau sudah mempunyai aku, anakmu Yuri. Lalu--"
"Tolong kecilkan suaramu, aku mengerti jika kau tidak menyukai kehadirannya, tapi kau salah paham--"
"Aku salah paham?"
Jimin terdiam kembali, sudut matanya melihat Valery tengah membawa Lilac ketempat yang lebih aman agar wanita itu tidak mendengar semua pembicaraan ini. Meski Lilac ingin bersikeras tahu, tetap saja ini buruk.
"Aku salah paham Jimin? Kau dan dengannya itu sudah berpisah--"
"Tidak. Dengar, aku tidak berpisah darinya."
Semua terdiam atas jawaban Jimin, apalagi Valery yang kembali datang.
"Maksudmu? Kau tidak menceraikannya? Bukanya aku sudah suruh kau menggugatnya?" tanya Valery.
"Tidak, aku tidak akan menceraikannya. Aku mencintainya. Valery, kau tidak bisa memisahkanku dengannya," jawab Jimin. Matanya kini beralih menatap Soona yang tercengang. Wanita itu mendekat padanya, meraih kerah pakaiannya.
"Lalu aku bagimu apa?" tanya Soona.
"Aku juga mencintaimu. Soona.. aku terpaksa melakukan ini, karena dia menyuruhku. Keluarga Lilac tak menyukaiku. Jadi aku mengelabuhi mereka dengan setuju menikahimu, keluar masuk kantor kejaksaan seolah aku berniat menceraikannya."
Soona melepaskan cengraman kerah pakaian Jimin. Wanita itu memalingkan muka, menangis. Jimin tahu dia salah. Tapi jika disuruh jujur dia memang terpaksa.
"Oh shit, Jimin! kau gila!" Valery mengumpat padanya. Wanita itu menatapnya dan menggelengkan kepala.
Soona kembali menatap Jimin. Wanita itu mencoba tetap tegar meski matanya merah karena air mata. "Jadi cincin itu--"
"Milik Lila," sahut Jimin cepat. Mendekat kerah Soona, dia ingin menenangkan wanita itu. Salah juga Jimin menjelaskan ini, karena emosi Jimin seenaknya saja berbicara.
"Valery, benar jika Lila mengandung?"
"Apa pedulimu? Kau kan sudah punya keluarga, daripada menyakiti hati istri keduamu, lebih baik ceraikan Lily. Lagi pula dia hilang ingatan kan? Ini tidak susah Jimin, dia tidak akan menangis lagi."
Sungguh ucapan Valery sangat menusuknya. "Tolong pahamilah aku, aku mencintainya, meski kau tak mmebenciku." ucap Jimin sendu.
"Cintai saja keluarga barumu, untuk apa keluarga pembunu--"
"Pembunuh? Kau kira ayahku melakukan itu? Itu kecelakaan Valery sadar--"
"Aku yang salah, benar? Iya kan? Maaf Soona-ssi.." kini sosok Lilac hadir di antara mereka, menghentikan pertengkaran Jimin dan Valery. Wanita itu keluar dari kamar dan melihat ketiganya dengan wajah pucat pasi.
"Lila.."
Lilac menghentikan langkah Jimin yang mendekat padanya. "Jimin, benar jika aku ini istrimu dulu?" tanyanya.
Valery menggelengkan kepala, bermaksud agar Jimin berbohong saja. Memang buruk jika diungkapkan.
"Jimin jawab aku!"
"Aku--"
"Tidak Lily kau tidak ada hubungannya dengan Jimin di masa lalu," sahut Valery mencoba menghalangi akses Jimin mendekat pada Lilac. Oh suasana semakin rumit saat ini.
Tangan Lilac mencoba menggeser tubuh saudarinya. Dia hanya ingin tahu saja, kendati sedari tadi saat mereka mengobrol di dalam kepalanya terdapat banyak klise. Lilac tak peduli itu benar atau bukan, hanya saja dia ingin tahu.
"Katakan Jimin.." ucap Lilac dengan wajah makin pucat pasi, ditambah nyeri di bagian bawah perutnya.
"Iya," jawab Jimin.
Valery tercengang, namun lebih panik ketika Lilac yang ada di belakangnya tiba-tiba merintih. "Lily.. Lily.. Ada apa?"
Lilac memegangi kepalanya, mengabaikan semua orang yang bertanya padanya. Hingga matanya buram dan tubuhnya yang ringan. Lilac jatuh tak sadarkan diri.
.
Drrrtt...
Lilac melihat sekilas panggilan telepon di ponselnya, layarnya menyala nama Jimin. Sungguh dia kesal, kecewa dan perasaan emosi yang menjadi satu. Tidak-tidak, dia tidak kecewa pada Jimin tetapi kesal dan kecewa pada seseorang lain.
Bagaimana tidak suaminya di paksa untuk menikahi seseorang yang jelas tidak tahu hubungannya dengan Jimin sama sekali. Wanita itu anaknya yang akan datang ke Korea sebulan lagi dan membuat kesepakatan dengan orang tua Jimin dengan jaminan pengobatan ayah mertuanya.
Ah pria Hwang itu seenaknya memisahkannya dari sang suami, memangnya dia tidak bisa mencari rumah sakit bagus selain rumah sakit pria itu? Lalu apa dia orang tua Jimin? Bahkan ibu Jimin hanya bungkam saja saat dia bertanya? Apa maunya? Apa ada yang bersekongkol? Apa memang di sengaja?
Lilac melempar ponselnya. Karena pikirannya penuh dia memilih banting stir dan berharap mati. Padahal saat itu dirinya tengah mengandung.
Mata lentik itu terbuka, melihat silau cahaya yang masuk kedalam retinanya. Lilac kembali menangis, bayangan masa lalunya akhirnya terasa nyata. Semuanya terungkap satu persatu yang tidak dia ketahui sebenarnya. Benar jika keluarganya menyuruhnya untuk berpisah dengan Jimin. Tetapi kenapa? Ada apa?
"Syukurlah, Lily kau sudah bangun."
Mendengar suara Valery, membuat Lilac enggan menoleh pada saudarinya. Lilac tidak suka lagi, bagaimana kakak yang dia sayangi ini sengaja membuat drama semacam ini. Bodoh masih ada saja.
Menggapai tiang infus di sebelahnya. Lilac bersusah payah untuk bangkit, kali ini dia ingin menemui Jimin dan meminta maaf. Sungguh dia tidak tahu apapun, Jimin yang sengsara atas perlakuan buruk keluarganya dan Jimin yang selama ini mencintainya seorang diri saat dirinya tak mengingat apapun.
"Lily.. kau masih lemah, kau baru saja menjalani prosedur kuretase. Please Lily, istirahat saja ya.." Valery mencoba menghentikan Lilac. Melihat tangan Valery yang ada di lengannya dengan pelan Lilac menyingkirkan itu.
Perasaannya sedih mendengar janinnya juga hilang, Lilac merasa bersalah atas Jimin karena menghilangkan bayi mereka. "Kakak tidak usah khawatirkan aku, aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin menemui Jimin."
"Lily please, Lily..."
Lilac menuliskan panggilan saudarinya, melenggang pergi begitu saja. Namun saat membuka pintu dia menemukan Jimin tengah menunggunya. Helaan nafas yang Lilac berikan untuk dirinya sendiri. Bagaimana pun dia perlu memberikan keputusan.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐇𝐎𝐑𝐓𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 | Edition 04 On Going
FanficPlease baca dulu rulersnya sebelum di baca ceritanya.. Rulers: (1). Cerita sewaktu-waktu ditambah dengan cover dan judul berbeda. Cerita lama tidak akan di hapus, jadi please look a Table of contents! (2). Baca dengan tenang jangan tegang, karen...