Chapter 6

93 15 0
                                    

Saat tiba di stasiun, ada banyak orang yang ingin turun. Semua orang berjalan menuju pintu dan An Ning terjebak di kerumunan. Qin Weihang berada di belakangnya. Dia tidak perlu menengok ke belakang untuk tau kalau ada banyak orang disana. Perasaan kalau ada seseorang yang lebih tinggi berdiri di belakangmu sedikit berbeda. Saat kereta melambat, dia terdorong ke depan dan tangan Qin Weihang menekan pundak kanannya untuk membantu menyeimbangkannya. Ketika dia berimpitan keluar pintu, Qin Weihang tidak melepaskan tangan di pundaknya, memandunya keluar dari kerumunan. An Ning agak iri. Pasti rasanya enak punya badan tinggi sehingga dia bisa melindungi orang lain.

Setelah turun dari kereta, An Ning mengikuti kerumunan dan naik eskalator. Dia belum pernah ke stasiun ini. Saat dia naik, dia menemukan kalau ada lebih dari selusin pintu keluar. Qin Weihang melangkah ke depan dan menepuk pundaknya, kemudian berkata "Kesini."

Dia tidak bertanya kemana mereka pergi dan hanya mengikuti Qin Weihang, belok ke kiri menuju Pintu Keluar 3. Stasiun kereta bawah tanah ramai di akhir pekan dan ada beberapa orang yang sendirian. Mereka berjalan dan berbincang dalam kelompok dua dan tiga orang, akan tetapi Qin Weihang sepertinya tidak punya apapun untuk dibicarakan dengannya. An Ning sudah terbiasa. Kalau Qin Weihang berhenti untuk bilang "Ada banyak orang," dan bertanya "Apa kamu pernah kesini sebelumnya?" maka dia akan bertanya-tanya apakah ini benar-benar Qin Weihang.

Eskalator ini membawanya ke lantai atas yang penuh sesak. An Ning baru saja sampai di dasar escalator ketika dia melihat Qin Weihang berjalan naik tangga. Dia buru-buru menerobos kerumunan dan mengikuti Qin Weihang.

Tangganya sangat panjang dan Qin Weihang punya kaki yang panjang, jadi seperti dia berjalan tanpa usaha apapun. Dia tidak pernah melihat ke belakang atau berhenti untuk berbicara dengannya, tapi An Ning tidak keberatan dengan kebisuan diantara mereka. An Ning mengikutinya dengan tekun dan sungguh-sungguh hingga ke atas. Kadang-kadang dia harus mempercepat langkahnya untuk mengejar Qin Weihang. Dia menganggap itu lucu. Jelas-jelas Qin Weihang memimpin jalan, tapi kenapa rasanya An Ning malah seperti stalker yang menguntit pria tampan?

Pria tampan itu mengenakan kaus hitam lengan panjang dengan motif zebra cross. Ada tulisan WHITE di belakang kaus itu. An Ning masih ingat desain ini karena dia ingat Salinger* memakai gaya yang sama. Dia pikir hanya selebriti yang bisa memakainya. Dia tidak menyangka bisa melihat orang di sampingnya memakainya juga. Bersama dengan tas gelap bergaya militer, sepertinya di seluruh jalan ini hanya dia yang bisa cocok memakainya.

[*TN: Authornya punya novel lain, nama ML nya itu Salinger(Lin Sai). Dia itu bassist grup band LOTUS.]

Diluar stasiun kereta bawah tanah, angin semilir malam membawa suara yang hidup di pasar malam. Saat An Ning melihat-lihat, seluruh jalan penuh dengan lampu neon yang mempesona dari papan tanda restoran.

Qin Weihang terus berjalan. Dia tidak seperti orang lain di jalan yang berkeliaran mengagumi pemandangan malam yang indah dan menikmati momen terakhir dari akhir pekan. Qin Weihang punya tujuan pasti dan dia terfokus untuk menuju kesana. An Ning tidak bisa menahan keingintahuannya tentang teman sekamar yang pendiam ini, menebak-nebak kemana tujuannya dan papan neon mana yang akan dipilih Qin Weihang.

Tak disangka, dia mengikuti Qin Weihang semakin jauh. Makanan jalanan yang ramai ditinggalkan dan sekelilingnya berangsung tenang. Mereka mengikuti jalan bebatuan dan berjalan ke jalan bercabang. Lalu, mereka sampai di tempat yang sepertinya adalah rumah halaman pribadi. Ada tirai bambu dengan panjang sepinggang tergantung di pintu. Qin Weihang mengangkat tirai itu dengan tangannya dan melangkah masuk. An Ning melirik tulisan di bambu itu kemudian ikut masuk. Dia langsung mendengar suara mata air yang dengan cerdik melindungi dari suara bising diluar. Apakah halaman sunyi ini adalah restoran?

Hampir setiap restoran di jalan yang dia lewati dipenuhi orang-orang. Beberapa bahkan punya antrian di trotoar, tapi sepertinya tidak ada orang disini. An Ning mengikuti Qin Weihang dan berjalan bersama dengan jalan setapak yang dilapisi pagar bambu. Saat pintu masuk restoran mulai terlihat, dia menjumpai dinding putih antic. Ada pelayan perempuan yang berdiri di depan pintu masuk dan mengenakan seragam biru tua dengan celemek putih kecil. Di kepalanya ada topi koki warna biru tua. Pelayan itu tampaknya kenal Qin Weihang karena saat dia membawa mereka masuk ke restoran, dia bertanya, "Apakah sesuatu terjadi kemarin?" Qin Weihang mengeluarkan suara "mhm."

[END] Lemon LightningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang