Chapter 32

75 14 0
                                    

Setelah pulang dari Distrik Lantian, An Ning pergi ke perpustakaan untuk belajar sekitar dua jam lebih. Ketika An Ning kembali ke asrama di malam harinya, dia melihat lampu di kamar sudah dimatikan. Dia pikir tak ada seorang pun di kamar, tapi kemudian dia membuka pintu dan mendapati seorang di depan tempat tidurnya; Qin Weihang telah tertitur.

Tidur lebih awal?

Biasanya, ketika An Ning kembali jam segini, dia akan membaca buku sebentar sebelum tidur, tapi dia tidak menyangka Qin Weihang tidur sangat awal. Dia ragu dan memutuskan untuk tidak menyalakan lampunya. Dengan cahaya lampu yang ada di depan ruangan asrama, dia pelan-pelan mencuci mukanya dan pergi ke tempat tidur. Dia melihat ponselnya; saat itu masih belum jam 11 malam. Dia menyandarkan punggungnya ke tempat tidur dan mulai menguraikan kata-kata yang ada di kepalanya. Selagi dia rebahan, dia merasa Qin Weihang berbalik badan. An Ning secara reflek memeriksanya dengan cepat dan melihat Qin Weihang menahan selimutnya dengan punggung menghadap An Ning, dengan satu kaki panjang tertutupi selimut.

Dia menatap seorang figur yang sedang membelakanginya dalam waktu yang lama, lalu menganggukan kepalanya, berpikir, dari mana saja dia, baru bilang sekarang?

An Ning baru saja bangun jam 6:30 keesokan paginya. Alarm yang tersetel di ponselnya bergetar. Karena dia mempinyai kebiasaan bangun awal setiap hari untuk belajar-mandiri, dia khawatir mengganggu Qin Weihang. Setelah beranjak dari tempat tidurnya, dia mengenakan kacamatanya dan melihat Qin Weihang di seberang tempat tidurnya. Qin Weihang tertidur tengkurap, dengan satu lengannya setengah terentang keluar dari tempat tidurnya. Ada tanda yang tertinggal di pergelangan tangannya yang biasanya dia kenakan jam tangan, yang lebih terang daripada kulit sekitarnya. An Ning manarik kembali tatapannya dan berjalan ringan ke balkon.

Namun, Qin Weihang masih terjaga. An Ning masuk dari balkon setelah menggosok giginya dan mencuci wajahnya. Saat memandang ke atas, dia melihat Qin Weihang terbaring dengan bantal dan diam-diam melihat ke arahnya. Sesaat setelah tercengang, dia buru-buru berkata: "Maaf, apakah aku membangunkamu?

Di dalam ruangan yang redup, Qin Weihang berbaring tengkurap, memandang ke bawah ke arahnya dan pandangan setengah terbangun. Perasaan ini sangat aneh, pikirnya. Sebenarnya dia selalu melihat Qin Weihang terbangun di pagi hari...

Setelah berbaring telentang, Qin Weihang berbalik dan duduk dengan perlahan. Dia menundukkan kepalanya dan mengusap lehernya, lalu mengerakan tengkuk lehernya dan berkata: "Tidak, aku hanya sedikit tidak terbiasa tidur di ranjang yang berbeda."

Sejak dia bangun tidur, dia masih saja terhuyung-huyung. Selain itu, suaranya terdengar malas dan dalam. Qin Weihang duduk dalam dekapan selimutnya untuk sesaat, lalu menarik selimut itu dan duduk di sisi tempat tidur. Kakinya yang panjang mengenakan pajamas bertali yang terjuntai ke tepi tempat tidur, dan dari atas ranjang tingkat, dia meluncur langsung ke lantai.

An Ning sangat iri; memiliki kaki yang jangkung.

Qin Weihang berjalan ke balkon dan melihat langit masih gelap, dan balkon itu berada di seberang asrama yang gelap. Kampus sangatlah sunyi. Dia muram dan bertanya: "Apakah kelas kita mulai sangat awal?"

An Ning menyadari bahwa dia salah paham: "Kelas hari ini dimulai siang, tak ada kelas pagi ini. Aku akan belajar-mandiri dulu, kamu bisa kembali tidur lebih lama!"

Qin Weihang berbalik dan terlihat kebingungan. Seketika, dia memutar dan menguncang kepalanya. Dia mengambil handuk dan menyampirkannya ke bahu kanannya dan berkata: "Jadwalmu lebih padat daripada jadwal seorang selebriti."

Tampak ada yang tidak beres dengan nada suaranya, tapi An Ning tidak bisa mengatakan apa yang salah. Seolah-olah Qin Weihang sedang mengomeli dengan dirinya sendiri. Dia ingin mengatakan kalau dia akan meninggalkannya, tapi dia melihat Qin Weihang menyalakan keran air dan akan mencuci mukanya. Ini masih pertengahan November, dan cuacanya sudah menjadi sangat dingin. Dia hanya bisa mengatakan : "Aku masih punya air panas di botol termos..."

[END] Lemon LightningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang