Chapter 9

91 10 0
                                    

Keesokan harinya, Qin Weihang hadir di kelas jurisprudensi. Karena pencarian panas itu, ada kerumunan orang-orang yang membicarakannya saat dia tiba di sekolah. Saat dia masuk ke kelas, seluruh perhatian tertuju padanya. An Ning melihat Qin Weihang sepertinya sudah terbiasa. Mengabaikan tatapan itu, dia berjalan melewati podium dengan tas di pundaknya. An Ning tersenyum dan mendongak untuk menyapanya. Qin Weihang mengangguk padanya. Kali ini, bahkan Liang Shenghan di barisan depan terkejut. Dia berbalik dan berkata, "Dia mengangguk padamu!"

An Ning tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Semua orang di kelas sepertinya tidak tahu kalau dia dan Qin Weihang sudah...bagaimana ya mengatakannya? Menerima satu sama lain sebagai teman sekamar? Detail dibaliknya memang panjang, jadi dia hanya tertawa: "Kami kan teman sekamar."

"Kelas sekamar apa-apaan?" ucap Liang Shenghan, "Dia kan tidak tinggal bersamamu!" Sambil berbicara, dia melirik barisan belakang. Mengenakan kemeja kotak-kotak hitam putih longgar, Qin Weihang berjalan ke tempat duduk di barisan belakang dan menaruh tasnya di meja. Dengan tinggi 186cm, dia berdiri disana dan mengangkat kelopak matanya dengan santai. Matanya menyapu barisan depan asal-asalan. Liang Shenghan tampak seperti lampu sorot, matanya memindai Qin Weihang, lalu berkata, "Teman sekamarmu sangat keren sampai-sampai dia membuat orang-orang sedikit gugup," lalu berbalik.

Ketika jeda kelas, An Ning berdiri dan bergerak kesana kemari selama beberapa saat. Dia melepaskan kacamatanya dan berdiri di depan jendela untuk melihat keluar. Dia mengistirahatkan matanya sejenak. Lalu saat dia kembali memakai kacamatanya, dia tiba-tiba melihat pantulannya di kaca jendela dan ingat kalau Yuan Xiaoye memanggilnya katak kecil berkepala jamur. Dia tercengang. An Ning mengusap poninya dari pantulan kaca. Apakah dia benar-benar terlihat seperti katak kecil berkepala jamur? Lain kali dia tidak boleh mengenakan baju warn hijau...

Saat dia mau kembali duduk, dia melihat Qin Weihang bersandar ke kursinya, dan tatapannya tertuju pada diri An Ning. Hei, apanya yang tatapannya tertuju padanya? Sebenarnya, pernyataan ini terlalu lemah. An Ning bukanlah orang asing bagi Qin Weihang sekarang!

Qin Weihang duduk disana dan menatapnya terang-terangan. Dengan ponsel di tangan kanannya, dia bersandar dengan santai dan terlihat sangat kasual. Mungkin dia tadinya sedang berkutat dengan ponselnya. Mereka saling bertatapan. Qin Weihang dengan acuh tak acuh, dalam jarak dua baris, bertanya padanya: "Apa kamu berhasil naik kereta kemarin?"

An Ning menjawab, "Iya." Dia tidak tahu kenapa Qin Weihang menanyakan itu. Saat itu masih dini, dan keretanya tidak berhenti sampai satu jam setelahnya.

Namun, dia sadar kalau dia tidak bisa melihat Qin Weihang dengan jelas di jarak ini. Lebih tepatnya, dia tidak bisa melihat matanya dengan jelas. Mata Qin Weihang sangat cerah dan ada pesona di dalamnya. Sepertinya kacamata ini harus diganti.

...Dia mendorong kacamatanya lagi. Qin Weihang berpikir, mendorong kacamatanya sambil melihatku, itu artinya apa?

Setelah An Ning membenarkan kacamatanya, mata Qin Weihang sekali lagi cerah dan mempesona, berkilau dan dalam. Sama seperti saat mereka pertama kali bertemu. Namun, An Ning juga sadar kalau banyak orang di kelas sedang melihat mereka. Nyatanya, perhatian sembunyi-sembunyi seperti itulah yang paling susah dirahasiakan. Bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk yang sangat sensitif ketika mereka melihat hal yang sama. Sebagai orang yang 'ditanyai Qin Weihang dengan proaktif,' dia tiba-tiba merasa terbebani. Tapi Qin Weihang yang merupakan fokus utamanya tampak biasa saja. Setelah menanyakan ini, Qin Weihang kembali melihat ponselnya lagi.

Setelah du akelas jurisprudensi, An Ning tetap di kelas untuk bersih-bersih seperti biasa. Saat membersihkan barisan terakhir dan mengambil sampah di laci, dia tiba-tiba menyentuh sebuah ponsel dan hampir saja menjatuhkannya.

[END] Lemon LightningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang