Chapter 51

45 7 0
                                    

Sampai tujuan, tak ada bangunan yang terlihat di kaca depan mobil; hanya ada pohon dan bukit yang tertutup kabut biru muda. Qin Weihang mematikan mesin dan melihat An Ning yang tidur di sampingnya. Pihak lain tertidur ke arah jendela. Dia mengangkat tangan, ingin membangunkan orang itu, tapi akhirnya menurunkannya. Dia melonggarkan sabuk pengaman dan mencondongkan tubuh, kursinya membuat bunyi berdesau. Lalu dia melihat wajah yang tertidur dengan kepala dimiringkan.

Sambil menatap, dia menahan napas. Mobilnya sangat sunyi hingga dia melepaskan napas dan mengambil napas pelan dan dalam. Dia tidak tahu apakah itu hanya ilusi, tapi dia selalu merasa kulit An Ning baunya seperti susu yang dia minum saat masih kecil. Di saat itu, dia tidak suka susu jadi rasanya sangat berliku, tapi ibunya menyuruhnya meminumnya, berkata kalau dia tidak minum, dia tidak akan tumbuh tinggi atau tumbuh besar. Tidak bisa tumbuh besar memang salah, tapi saat itu dia masih sekolah menengah dan tingginya kurang dari rata-rata kelasnya. Nantinya, dia sadar orang asing akan minum susu dan mereka semua tinggi, jadi mungkin minum susu akan menjadikan mudah bertambah tinggi. Jadi, dia menahan ketidaknyamanan dan bersikeras meminumnya. Susu itu memenuhi keinginannya—sejak SMP, dia tidak pernah duduk di lima barisan paling depan lagi.

Ada bunyi pa kecil datang dari arah kap mobil, seperti rintikan hujan besar. Qin Weihang menolehkan kepala dan melihat burung biru mendarat di kap depan. Setelah beberapa saat, burung lain mendarat di kap dengan keringanan yang sama. Dia menatap dua burung yang menyisir bulunya di balik kaca depan. Kalau kau melompat ke samping, aku juga akan melompat kesana. Jadi, mereka akhirnya berhasil menjadi dekat. Di balik kaca seperti adegan dalam film, seperti animasi DreamWorks. Di saat ini dia mendorong An Ning.

An Ning bangun setelah didorong sedikit, lalu melompat ke depan seperti pegas, tapi ditarik ke belakang oleh sabuk pengaman. Dia pusing dan melihat sosok Qin Weihang di depannya. Setelah Qin Weihang menyingkir, bayangan besar yang menutupinya juga terbuka seperti gorden; menunjukkan dua burung biru yang melompat gembira di balik kaca depan.

Adegan itu sangat hidup dan jelas, seperti film.

Saat Qin Weihang duduk di tempatnya, kursi membuat suara desauan, menyampaikan atmosfer sunyi dan penuh rahasia. Dia bersandar dengan tangannya di setir, menggantung di sana. Jari-jarinya dengan lembut dan tanpa sadar mengusap fajar biru muda yang terpantul di jam tangan diving biru gelapnya.

An Ning menatap Qin Weihang dan dua burung itu karena mereka ada di depan Qin Weihang. Awalnya dia ingin memotret pemandangan ini dengan ponselnya, tapi dia merasa momen indah seperti ini tidak boleh diganggu, tapi harus dinikmati dalam diam.

Momen seperti itu, layaknya tidak perlu merekamnya dengan ponsel, akan diingat bahkan sampai mereka tua. Itu sangat biasa dan romantis, sunyi dan mendalam.

Burung itu tinggal sebentar dan akhirnya terbang. Setelah itu An Ning ingat untuk mengembalikan jaket yang jatuh ke pahanya pada Qin Weihang. Qin Weihang menerimanya dan memakainya; gerakannya mewah. Dari ujung matanya, An Ning melihat Qin Weihang meregangkan dan menarik kembali tangannya. Dia tenang, seolah-olah dia adalah manusia yang terbiasa terhadap macan kumbang hitam yang meregangkan tubuh di sampingnya.

Qin Weihang menunduk dan menutup ritsleting, dan berkata: "Ayo keluar mobil." Lalu membuka pintu.

An Ning juga mendorong pintu dan keluar mobil. Kesejukan meniup wajahnya. Sangat dingin hingga dia tanpa sadar mengangkat pundak. Jaket katun di tubuhnya masih terlalu tipis. Itu masih bisa bertahan di dalam ruangan, tapi di alam liar yang sepi, rasanya seperti berlari dengan semangat di pagi hari sambil memakai hanya sepasang long johns. Tapi, nantinya akan lebih hangat saat memanjat, jadi bukan masalah besar.

Qin Weihang membuka pintu belakang dan mengeluarkan tas hiking. An Ning mengambil tasnya dan melihat ke kejauhan. Di sini benar-benar alam liar; jalannya tidak rata, dan di sekitar sangat sepi, dengan hanya suara kicauan burung. Mereka seperti telah datang ke planet alien yang tak berpenghuni, dan Discovery ini adalah pesawat luar angkasanya, mhm, pesawat luar angkasa.

[END] Lemon LightningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang