Chapter 34

61 10 1
                                    

Itu adalah pertama kalinya dia panjat tebing, dan An Ning tampaknya telah membuka pintu ke sebuah dunia baru. Qin Weihang telah memberinya contoh sendiri secara langsung rutenya. Dia melihat Qin Weihang mendaki seolah berjalan di permukaan rata pada dinding bouldering. Namun, saat dia naik, dia menyadari jika ternyata itu tidaklah mudah. Meskipun rutenya masih pada level dasar, dan dia mampu memanjat, tapi usaha yang dikeluarkan untuk kegiatan ini ada pada tingkatan yang tidak tampak. Terutama pada pegangan-pegangan yang kecil. Hanya ada cukup ruang untuk menaruh jejak jarinya dan lengannua akan gemetar setelah waktu yang lama. Dia benar-benar tidak punya kekuatan dan tenaga untuk bertahan pada beberapa gerakan pijakan.

Sebagai pelatih, Qin Weihang tidak banyak berbicara. An Ning terkadang bertanya-tanya apakah Qin Weihang telah meninggalkannya karena dia tidak bisa mendengar katanya. Namun, ketika dia menolehkan kepalanya, Qin Weihang berdiri di sana, memegang lengannya dan menatapnya.

Ketika dia berbalik, Qin Weihang akhirnya membuka suara. Pertama, dia mengedipkan matanya, lalu dengan serius berkta: "Cukup bagus."

An Ning menolehkan kepalanya kembali dan tersipu, memikirkan, apakah dia berpikir aku menginginkan sanjungan darinya?

Di bawah bayangan tatapan Qin Weihang, dia mencoba beberapa rute satu dengan yang lainnya. Qin Weihang tidak memberinya petunjuk ketika dia mencoba yang ketiga. Dia harus memahami setiap pergerakannya sendiri; dimana dia seharusnya pertama memijak dan dimana kemudian seharusnya dia berpegang.

Qin Weihang memperhatikannya membuat gestur dengan sisi itu. Setelah menunggu cukup lama, An Ning tidak menanyainya apapun, melainkan akhirnya menolehkan kepalanya dan berkata padanya dengan percaya diri: "Kalau gitu aku akan ke atas!"

Qin Weihang tidak tahu apa yang harus dia katakan, jadi dia hanya mengangguk.

An Ning mencoba dinding yang baru, tapi tidak tahu kalau Qin Weihang telah menyentuh dinding bouldering itu. Dia baru memanjat dua pijakan sebelum dia merasa kesusahan.

Di sisi lain, dia menerima begitu saja. Dia merentangkan jari-jarinya untuk meraih pegangan, berpikir bahwa dia bisa meraihnya seperti yang tadi, namun, saat jari-jemarinya meraih pegangan itu, dia menyadari kalau pegangan itu terlalu rendah dan kecil pada waktu itu.

Dia tidak bisa meraihnya sama sekali dan terjatuh.

Dari ketinggian dimana dia jatuh, dia akan baik-baik saja meskipun dia terjatuh di atas matras, tapi Qin Weihang tetap menahan punggungnya saat terjatuh, jadi dia tidak akan terjatuh terjerembab tanpa persiapan.

Qin Weihang datang dengan sikap yang tepat, sangat jelas kalau dia memprediksi bahwa dia tidak akan mampu melewati titik itu.

An Ning berdiri tegak. Tanpa sadar, tiba-tiba sudah ada lapiran keringat di wajahnya. Perasaan berkeringat dan perasaan badannya terbuka membuatnya merasakan nikmatnya kenyamanan: "Apakah aku agak bodoh?"

Qin Weihang berkata: "Bagaimana yang kamu rasakan?"

An Ning menunduk melihat jari-jemarinya: "Aku merasa tanganku sedikit lemah."

Qin Weihang berkata, "Aku akan memasang papan fingerboard di asrama besok. Kamu bisa berlatih dengan itu jika kamu tidak punya hal lain untuk dilakukan."

"Oke." An Ning megangguk, bertanya-tanya apa itu fingerboard...

Setelah memanjat hanya tiga kalo, dada dan leher An Ning berubah memerah muda. Mungkin orang dengan kulit cerah memang rentan dengan hal ini? Qin Weihang memikirkannya dan berkata: "Beristirahatlah."

[END] Lemon LightningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang