7. Pertunangan Kak Bella

116 24 0
                                    

Aku nyaris tidak mengenali kakakku sendiri. Penampilannya jauh berubah, tidak seperti kesehariannya yang sederhana. Maxi dress berbahan brokat putih tulang membalut tubuhnya. Tiara yang terselip di sela rambutnya yang tergulung kian menambah kesan anggun. Dia tidak ubahnya seperti seorang bidadari.

Aku mendekatinya setelah penata rias telah usai mendandaninya. Dari belakang, lehernya aku dekap erat. "Kakak cantik sekali."

Pantulan dirinya yang tersenyum membuatku ikutan menarik sudut bibir makin lebar.

"Lily juga cantik."

Begitu juga denganku yang kagum akan penampilan baruku. Gaun brokrat selutut warna pink pastel membalut tubuh, dengan riasan minimalis dan aksesoris sederhana berupa anting-anting. Meski, rasanya lebih nyaman memakai kaos oblong dan celana pendek longgar ketimbang berpenampilan anggun seperti ini. Tidak apa-apa demi hari besar kakak cantikku ini.

"Kakak harus bahagia," gumamku meletakkan dagu di bahunya.

"Kakak bahagia."

Senyumnya tidak menggambarkan ucapannya. Ada beban di sana, tapi aku tidak mau merusak suasana hatinya dengan mempertanyakan kenapa dia harus membohongi dirinya sendiri.

"Acaranya hampir mulai dan kalian berdua masih di sini?"

Aku menengok, Mama Yura mengomel di ambang pintu. Mamanya Kak Diaz memang cerewet sekali, tapi berhati lembut seperti marsmellow.

Aku mendekatinya. "Mama Yura cantik."

"Jangan mulai bercanda, Lily. Mama serius."

Aku mendekapnya. "Cantiknya berkurang kalau suka ngomel terus."

"Lily!" Kak Bella bangkit, berjalan mendekat. Ia memperingatiku dengan nada lembut.

Aku melepas Mama Yura dan nyengir. Ia menjawil pipiku tidak keras. "Malam ini kamu khusus membawa cincin. Jangan sampai kamu lupa atau menghilangkannya, oke?"

Aku mengangkat tangan memberi hormat. "Serahkan tugas pembawa cincin pada Lily, maka acara pertunangan Kak Bella dan Kak Diaz akan berjalan lancar."

"Mama percaya." Kali ini Mama Yura mengusap pipiku. "Ayo, kita turun. Para tamu sudah menunggu. Terutama Diaz yang sejak tadi tidak bisa diam karena gugup. Anak itu bahkan sudah lebih dari tiga kali bolak-balik ke toilet."

Kak Bella tertawa ringan mendengarnya. Lantas mereka keluar duluan. Sementara aku masih berdiri di tempat sedang mencerna apa yang sudah terjadi belakangan ini. Semuanya berjalan begitu cepat.

Siapa yang mengira bahwa pada akhirnya keduanya memutuskan untuk bertunangan. Setelah menjalin hubungan selama tujuh tahun, akhirnya keduanya berani melangkah jauh. Aku harap mereka bisa sampai ke pelaminan dan mengucapkan janji suci atas nama Tuhan.

Kebahagiaanku sederhana. Melihat Kak Bella bahagia, aku pasti juga akan bahagia.

 ***

Acara tukar cincin dilaksanakan di kebun belakang kediaman Papa Richard yang maha luas. Berhiaskan sederhana, tapi tetap elegan dan syahdu. Sekarang waktunya keluarga dan para tamu undangan untuk memberi selamat bagi keduanya yang telah resmi bertunangan. Yang jauh lebih spektakuler dan mengejutkan adalah kedatangan Kak Alif, tengah menggandeng yang kalau tak salah bernama Siera.

"Selamat." Kak Alif menjabat tangan Kak Diaz dan memeluknya ala pria.

Entah cuma perasaanku saja atau bukan, mereka tampak ganjil. Orang awam mungkin melihat ucapan selamat sebagai sesuatu yang biasa, tapi tidak denganku. Mereka seperti sedang memegang tali rivalitas di kedua ujungnya dan sama-sama menariknya kuat. Kak Vivi benar soal hubungan keduanya yang tak baik.

I'm Into You, Lily ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang