Tentang Gibran Orlando
"Please Gib kalo lo gak suka sama gue jangan buat gue baper,"
"Kenapa lo suka banget bikin gue nge fly gini, kalo lo gak suka sama gue please jangan bikin gue kayak gini,"
......
"Temannya Mas Gibran?" Tanya seorang perempuan paruh baya ketika membukakan pintu.
"Iya," Jawab Seina sambil tersenyum.
"Silahkan masuk, saya panggilkan Mas Gibran," Ucap perempuan itu sambil mempersilahkan Seina masuk ke dalam rumah.
Seina berjalan masuk ke dalam rumah Gibran yang bisa di kategorikan mewah. Rumah 2 lantai yang dominan berwarna putih bergaya modern dengan taman dan terdapat air mancur di tengah-tengah taman dan gerbang depan yang menjulang tinggi berwarna cokelat.
Dari luar saja sudah kelihatan mewahnya dan di bagian dalam rumah Gibran desain interiornya benar-benar menyita perhatian Seina, benar-benar keren.
'Ini rumah atau istana,' Batin Seina sambil mengamati setiap bagian dari dalam rumah Gibran.
"Non, disuruh Mas Gibran langsung ke lantai atas," Seina yang sejak tadi tidak berhenti mengamati setiap bagian di dalam rumah akhirnya berhenti ketika Bi Inem menyuruh Seina untuk menemui Gibran di lantai atas.
"Iya Bi, terimakasih," Ucap Seina sembari tersenyum dan langsung berjalan menaiki tangga.
"Gibran dimana, tahu gini tadi gue minta dianterin Bibi yang tadi," Seina bergumam terus. Yang jelas kali ini Seina benar-benar bingung. Gibran itu ada dimana. Rumahnya aja besar banget gini. Mana ruangannya banyak banget.
"Sei," Panggil Gibran, spontan Seina membalikkan badan menuju ke sumber suara yang memanggilnya.
"Ya ampun Gib, gue bingung ini rumah lo luas banget, untung gue gak kesasar," Dengan mata berbinar saat mengetahui Gibran tersenyum kepadanya.
"Gak mungkin kesasar Sei, ikut gue," Ucap Gibran sambil berjalan menuju ke suatu ruangan dan Seina mengikuti Gibran.
"Ini ruang musik?" Ucap Seina kaget sekaligus takjub ketika melihat ruang musik milik Gibran.
Terdapat banyak gitar yang tersusun rapi yang dominan berwarna hitam dan cokelat. Di dekat susunan gitar terdapat sebuah piano berwarna putih yang benar-benar elegant. Sambil menelan salivanya Seina mengamati piano putih itu.
"Kita latihan di sini?" Tanya Seina sambil menoleh kearah Gibran.
Alasan Seina kerumah Gibran adalah untuk berlatih mencover lagu dan kalo bisa sekalian bikin video biar cepet selesai tugas dari guru seni musik.
"Iyalah, jadikan lagu yang lo pilih waktu itu?" Ucap Gibran lalu mengambil salah satu gitar dan memainkannya asal.
"Iya, terus ini lo pakai gitar? " Tanya Seina sembari duduk dikursi yang ada didepan piano.
Kenapa Seina sangat menyukai piano putih itu padahal Seina saja tidak bisa memainkan piano.
"Iya, gue gitaran terus lo yang cover lagunya," Jawab Gibran sembari mengamati Seina yang sibuk mengamati piano.
Tidak ada jawaban dari Seina dan jelas saat ini fokus Seina hanya tertuju pada piano putih milik Gibran dan sekaligus memainkan asal dengan menekan tuts yang terdapat pada piano itu.
"Bukan kayak gitu Sei, Sini gue kasih contoh, kalo yang lo main in itu nadanya gak jelas, hahaha," Ucap Gibran. Kali ini Gibran duduk di samping Seina dan mulai menekan tuts demi tuts.
"Ehh," Ucap Seina saat menoleh ke arah Gibran dan parahnya Gibran juga menoleh ke arah Seina.
Tatapan mereka saling bertemu. Hening. Keduanya diam Gibran menghentikan jarinya menekan tuts. Jantung berdebar lebih cepat dari biasanya, jarak mereka benar-benar dekat.
Gibran mendekatkan wajahnya ke arah Seina. Jarak wajah Seina dengan Gibran semakin dekat. Seina tersadar. Buru-buru ia ingin menghindar.
Brukk!!
Seina terjatuh dari kursi. Gibran yang melihat Seina terjatuh dan sekarang Seina sudah berada di lantai sontak tertawa. Enggak bantuin malah ngetawain.
"Lo kenapa Sei? Sampai jatuh gitu," Tanya Gibran sambil tertawa.
'Ngeselin banget tuh Gibran, udah bikin jantung gue hampir mau meledak, malah kayak gitu,' batin Seina dalam hati.
Seina langsung berdiri "Maksud lo apa?" Ucap Seina sambil menahan kekesalannya.
Gimana tidak kesal udah bikin baper trus di giniin.
"Gue cuma bercanda Sei," Gibran berusaha menghentikan tawanya.
Bukan hanya jantung Seina yang berdebar cepat. Tanpa Seina ketahui Gibran sebenarnya berusaha mengatur debaran di jantungnya mengatur deru napasnya dan berusaha mengatur gejolak dihatinya. Seina hanya diam tidak merespon ucapan Gibran sambil melipat kedua tangannya.
.........
Gimana lanjutan kisah Seina, Alvar, dan Gibran??
Semoga kalian suka yaa ❤️❤️
Tulis dikolom komentar yaa kalo kalian suka ❤️❤️
Aku tunggu jawaban dari kalian ☺️☺️
Salam,
Anna❤️❤️
.........
Happy Reading!!!
Thank You ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Lo lihat gue," ucap Alvar sambil memegang kedua tangan Seina yang penuh dengan darah karena sayatan pecahan kaca. Alvar berusaha menenangkan Seina. Respon Seina tidak sesuai yang Alvar inginkan Seina langsung memberontak berusaha melepas tangannya...