Ini masih pukul tiga dini hari dan seseorang menelponnya. Ini dari kekasihnya. Panggilan dijawab.
"Halo?"
"Halo, Eren? Maaf mengganggu tidurmu. Bisakah kita bertemu besok? Di kafe seperti biasa."
Nada bicara Levi terdengar tidak biasa. Eren merasa cemas. "Tentu. Jam berapa? Aku akan menjemputmu."
"Tidak, tidak perlu. Besok pukul 8, bisa?"
"Baik. Ada apa? Kau baik-baik saja?"
"Tidak," Eren semakin cemas. "aku akan jelaskan besok. Selamat malam."
Panggilan singkat berakhir. Hati Eren merasa tidak tenang. Ia tidak bisa tidur sampai pagi karena terlalu memikirkan pacarnya tadi.
"Sialan!" Umpat Eren kesal. Hidupnya sedang sangat kacau sekarang dan Levi adalah satu-satunya penyemangat Eren. Mendengar Levi tadi membuat Eren berpikir berlebihan. Levi tidak tahu masalahnya ini karena Eren tidak ingin melihatnya menangis. Eren berusaha keras meyakinkan orang tuanya untuk tidak menikahkannya dengan anak teman ayahnya. Eren hanya ingin menikahi Levi.
"Hah, sudahlah." Eren menatap jam kecil di atas nakasnya. Sudah pukul enam. Eren benar-benar terjaga karena mengkhawatirkan Levi. Alpha berambut cokelat tersebut beranjak dari kasur dan segera mandi.
Eren hidup sendiri. Sejak kecil dia memang terlalu dimanjakan oleh harta ayahnya hingga saat SMA Eren ingin uang dengan hasil usahanya sendiri. Eren kuliah di tempat yang jauh dari rumahnya dan mencari pekerjaan sambilan. Awalnya orang tua Eren sangat mendukung keputusannya hingga ayah Eren, yaitu Grisha, berniat mewariskan perusahaannya dengan syarat Eren harus menikahi putri temannya. Eren berkali-kali menolak, tapi kemudian keadaan semakin mendesaknya. Ayahnya jatuh sakit dan ibunya terus memohon kepada Eren untuk menuruti perintahnya.
Eren kenal dengan orang yang dijodohkan olehnya. Dia adalah omega wanita berambut pirang bernama Historia. Eren tahu omega itu sudah menyukainya sejak lama tapi dia tidak tahu Eren sudah memiliki pacar. Yah, hampir tidak ada yang tahu sebenarnya. Levi tidak terlalu suka mengumbar hubungan mereka dan Eren juga mengira itu tidak penting. Tapi sekarang Eren tahu sepenting apa hubungan mereka untuk diketahui oleh kedua orang tuanya. Jika Eren memperkenalkan Levi sejak lama kepada orang tuanya, mungkin mereka tidak akan memaksanya menikahi omega lain.
Eren keluar dari kamar mandi. Ia tidak akan sarapan pagi ini karena Levi mengajaknya ke kafe. Pikirannya terus berpusat pada Levi. Sambil membersihkan apartemennya, Eren sesekali menengok ponselnya untuk melihat jam. Ini masih pukul tujuh. Eren segera membereskan alat bersih-bersih dan menuju dapur. Ia meminum satu gelas susu dan satu buah pisang. Kombinasi yang kurang baik memang, tapi ini bisa mengganjal laparnya.
Saat jam menunjukkan pukul 07.30, Eren langsung berganti baju dan turun ke parkiran bawah tanah. Ia menggunakan mobilnya dan pergi menuju kafe tempat ia akan bertemu Levi. Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi Eren selalu menggunakan mobil saat bertemu Levi. Bukan karena pamer, dia tidak ingin Levi kelelahan berjalan kaki di antara manusia dan di bawah terik matahari.
Mobil terparkir di samping kafe bernama Rose. Mereka pertama kali berkencan di sini dan ini adalah satu-satunya kafe yang mereka sukai di kota ini, Trost. Eren keluar dari mobil dan berjalan ke pintu masuk. Pintu dibuka. Aroma kopi dan kue melesat keluar melewati Eren. Eren menatap sekitar. Setelah dirasa Levi belum datang, Eren segera memesan minuman dan makanan untuk mereka. Ia memilih 2 croissant tawar, satu tiramisu latte, dan satu matcha latte. Mereka sudah mencoba semua menu dan yang Eren beli adalah menu yang mereka sukai.
Sambil menunggu, Eren membuka ponselnya. Ini belum pukul delapan tepat. Kafe ini buka 24 jam. Mulai pukul tiga pagi sampai enam sore, kafe ini seperti layaknya kafe pada umumnya. Lalu dari pukul enam sore hingga sepuluh malam, akan ada pemusik dan penyanyi di atas panggung, suasananya jadi lebih menyenangkan. Setelah itu dari pukul sepuluh malam hingga pukul tiga pagi, kafe ini akan menjadi bar.
Pesanan diterima. Eren mengangkat nampan berisi pesanannya menuju tempat di ujung kafe. Levi kurang suka tempat yang ramai, jadi mereka selalu duduk di tempat yang lumayan sepi. Eren duduk dan kembali mengecek ponselnya. Sudah pukul delapan, Levi pasti sampai sebentar lagi.
Benar saja. Pukul delapan lewat satu menit, Levi memasuki kafe. Ia menatap sekitar dan menemukan Eren di tempat kesukaan mereka. Ia berjalan tergesa-gesa.
"Hei." Eren menyapa duluan.
"Hei." Levi mengusap keningnya yang berkeringat. Ia menatap pesanan yang sudah ada di meja. "Terima kasih sudah membelikanku."
"Bukan masalah." Eren tersenyum. "Minumlah dulu."
Levi duduk di depan Eren dan mengambil matcha latte kesukaannya. Ia menghisap sedotan dan meminum beberapa teguk. Eren juga meminum tiramisu latte miliknya.
"Jadi?" Eren berkata setelah meletakkan kembali gelas plastiknya. Levi menunduk. Ia tampak gelisah. Eren mengerutkan keningnya. "Tidak, santai saja. Aku tidak menggigit."
"Bukan begitu." Levi menatapnya. Matanya berkaca-kaca. Eren terkejut. "Eren, begini. Ibuku menyuruhku menikah dengan alpha pilihannya."
Eren membulatkan mata. Ia mendorong punggungnya agar bersandar di kursi. Mulutnya menganga.
"Aku tidak tahu harus bagaimana, Eren. Aku sudah bilang bahwa aku memilikimu, tapi dia tidak mengizinkanku menikahi orang selain alpha itu."
"Levi, tidak apa-apa." Eren beranjak dan berjongkok di samping Levi. Pipi Levi ditangkupkan. Eren tersenyum menenangkan. "Tidak apa-apa. Aku mengerti, Levi. Nikahi orang itu. Aku tahu ini pasti akan sangat berat untuk kita. Melawan orang tua juga tidak akan mendatangkan hal baik, kan?" Air mata Levi diusap dengan ibu jari.
Levi menggenggam kedua pergelangan tangan Eren. Air mata mengalir semakin deras. "Aku sangat mencintaimu, Eren."
"Aku juga sangat mencintaimu." Eren berdiri dan memeluknya. Eren tidak bisa menunjukkan kesedihannya sekarang. Ini sangat berat untuk keduanya dan Eren harus bersikap tegar demi Levi. "Kau mau ke apartemenku?"
Levi mengangguk cepat. Eren segera memanggil pelayan untuk membungkus makanan mereka. Setelah beberapa menit, pelayan tersebut kembali datang dan menyerahkan korak berisi sarapan mereka. Eren menerima kotak tersebut dan membawa minumannya sementara Levi membawa minumannya sendiri.
Mereka berjalan beriringan ke mobil Eren. Selama perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Suasana sedang sangat tidak mengenakkan untuk dibawa mengobrol santai. Bahkan saat mereka sampai di parkiran bawah tanah, tetap tidak ada yang berbicara. Kali ini Levi membawa minuman Eren dalam perjalanan menuju unit apartemen Eren sementara Eren merangkulnya sambil membawa kotak makanan. Levi masih sesenggukan kecil. Eren hampir tidak pernah melihat Levi menangis dan ini membuatnya sedih.
Setelah mereka masuk ke apartemen, Levi langsung memeluk Eren. Omega kembali menangis. Eren ikut mendekapnya erat. Dalam situasi apapun, Eren berusaha untuk tidak membuat Levi tambah tertekan.
"Eren."
"Shh..." Eren berbisik. "Jangan pikirkan apa-apa untuk saat ini. Hanya ada aku dan kau, tidak ada orang lain."
Suara Eren berhasil membuat Levi sedikit tenang. Pelukan masih erat tapi suara tangisan perlahan berhenti. Eren kembali mengelus punggung Levi.
Levi menjauhkan wajahnya dari dada Eren. Matanya bengkak karena terlalu lama menangis. Eren mengelus kelopak matanya.
"Eren," Eren mengangguk sebagai jawaban, "aku minta maaf sekali. Aku benar-benar mencintaimu."
"Aku bisa melihatnya dari matamu." Eren tersenyum. Levi mencintainya dan Eren tahu itu. Mereka sudah berpacaran sejak awal kuliah. Itu sekitar.. 8 tahun yang lalu. Mereka kuliah 6 tahun dan sudah bekerja selama 2 tahun. Levi bekerja sebagai editor dan Eren membantu ayahnya di perusahaan properti milik Grisha.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku akan menikah, dan kau..." Levi tidak melanjutkan kalimatnya. Ia terlalu khawatir Eren marah.
"Sayang, aku mengerti." Pipi Levi ditangkupkan. Eren mendekatkan wajah mereka. "Akan sangat susah melupakanmu, tapi aku akan menikah juga. Itu maumu, kan?" Levi mengangguk. "Baiklah. Untukmu. Ayo kita berusaha bersama-sama, Levi." Kedua kelopak mata Levi dikecup.
"Eren." Levi berkata lirih.
"Aku di sini."
.
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Hearts
FanfictionEren berusaha menolak perjodohan paksa yang dilakukan ayahnya demi Levi. Rupanya Levi juga sudah dijodohkan dan dia tidak mampu menolak keinginan orang tuanya. Bagaimana jadinya nasib keduanya di kemudian hari?