Malam itu Levi tidak pulang. Eren membawa Levi menginap di hotelnya. Mereka ingin menghabiskan waktu satu malam hanya untuk mereka sendiri. Sekarang mereka sudah ada di atas kasur. Levi hanya memakai kaus hitam lengan panjangnya dan Eren hanya memakai jeans yang tadi ia kenakan. Levi tiduran dengan lengan Eren sebagai bantal. Mereka menatap satu sama lain dalam diam.
Eren mendekat. Untuk kesekian kalinya, kening Levi sebagai sasaran bibirnya mendarat.
"Kau akan pulang besok." Levi menggerutu.
Eren menggigit bibirnya gemas. Ia menjepit dagu Levi dengan telunjuk dan jempolnya untuk mengangkat wajah Levi. "Maaf. Aku bisa meluangkan waktuku setiap bulan untuk bertemu denganmu, atau mungkin setiap minggu."
"Itu lama sekali." Levi mengerucutkan bibirnya.
"Maaf, Sayang. Aku kemari untuk urusan pekerjaan." Dagu Levi tidak dicubit lagi. "Ngomong-ngomong, kemarin kau sedang apa? Saat kita bertemu di kafe, aku melihatmu membawa tas berisi banyak berkas."
"Aku sedang mencari pekerjaan. Perusahaan Erwin memang masih berjalan dan uang selalu mengalir ke rekeningku, tapi aku ingin bekerja."
Eren mengerutkan keningnya. "Kau sudah dapat pekerjaan?" Levi menggeleng. Eren mengangguk paham. "Aku malah sedang mencari asisten. Kau tertarik? Aku memaksa."
"Sialan!" Levi terkekeh dan mendorong bahu Eren. Eren tertawa puas. "Kau memaksakan atau menawarkan pekerjaan kepadaku?"
"Aku.. memaksa." Eren kembali tertawa. Levi mendorong bahunya lagi.
"Asisten?" Tanya Levi setelah sesi tertawa selesai.
"Iya, asisten pribadi. Asistenku belum lama ini mengundurkan diri. Aku benar-benar butuh. Historia ingin menjadi asistenku, tapi aku menolaknya. Wanita itu bisa jadi hanya menghambat pekerjaanku."
Levi nampak berpikir. Ia belum pernah menjadi asisten, itu membuatnya khawatir menghambat pekerjaan Eren. "Aku tidak tahu harus berbuat apa sebagai asisten."
"Kau hanya harus mendampingiku dan mencatat apa-apa saja yang aku perlukan. Kau tidak perlu membuatkanku kopi di pagi hari atau membelikanku makan siang, itu tugas orang-orang kantin."
Bekerja bersama dan untuk Eren sebenarnya membuat Levi tertarik. Pekerjaannya mungkin tidak semudah yang ia kira, tapi Levi yakin dia bisa cepat beradaptasi. "Aku mau. Aku akan menghubungi mertuaku dulu."
.
Mereka berangkat saat hari sudah siang. Levi hanya membawa barang-barang yang menurutnya penting. Kunci rumah Erwin ada padanya dan kunci cadangan ada pada ayahnya. Mertua Levi sangat senang Levi mendapatkan pekerjaan, apalagi dari seseorang yang ia kenal baik. Levi berjanji akan menjaga diri baik-baik dan tetap memberinya kabar.
Mereka masih di jalan raya. Eren membawa persediaan makanan untuk perjalanan mereka yang memakan waktu empat jam. Rencananya Levi akan tinggal di apartemen pribadi Eren. Apartemen yang tidak pernah Eren katakan kepada siapapun sebelum Levi.
Levi merogoh tas berisi camilan yang ada di kursi penumpang bagian tengah. Matanya berbinar terang. "Kau membelikanku biskuit susu?
"Tentu saja. Aku tahu kau menyukainya sejak dulu."
"Aku suka sekali. Ini masih camilan favoritku sejak dulu. Terima kasih banyak, Eren."
"Apapun untukmu."
Levi mengembalikan tas berisi camilan ke kursi penumpang bagian tengah. Bungkus biskuit dibuka. Aroma susu menguar. Levi mengambil satu keping biskuit dan mengarahkannya ke mulut Eren. Eren menggigit biskuit tersebut. Setelah itu Levi memalan biskuit yang sudah dilahap setengah oleh Eren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Hearts
FanficEren berusaha menolak perjodohan paksa yang dilakukan ayahnya demi Levi. Rupanya Levi juga sudah dijodohkan dan dia tidak mampu menolak keinginan orang tuanya. Bagaimana jadinya nasib keduanya di kemudian hari?