15

267 34 7
                                    

"Bagaimana dengan yang ini?"

Levi mengerutkan keningnya. Ia menunjuk foto sebelumnya. "Kurasa yang ini lebih bagus. Empat kamar dengan kamar mandi di setiap kamar."

Eren mengangguk. Mouse ia gerakkan menuju gambar rumah di lembar selanjutnya. "Kalau yang ini? Ada kolam renang dan taman belakangnya."

"Aku suka kolam renang dan taman belakang, tapi rumah ini terlalu besar. Ada yang cukup untuk setidaknya empat orang?"

"Yang tadi kau pilih. Tidak ada kolam renang dan taman belakang seperti yang ini."

Levi mengangguk. "Kalau kau mau yang mana?"

Eren menunjuk gambar terakhir yang ia tampilkan. "Rumahnya besar, ada kolam renang dan taman belakang."

Levi memutar matanya. Eren terlahir kaya, wajar saja selera rumah yang dipilih cukup tinggi.

"Ya, sudah. Kita ambil pilihanmu saja." Levi mengangguk. "Lagipula siapa tahu kita memiliki anak dua atau tiga di masa depan."

"Kau benar." Eren memeluk pinggang Levi. Perut Levi yang sudah sedikit membesar dicium lembut. "Hai, Sayang. Ini Papa Eren."

Levi mengelus rambut Eren lembut. Eren terus mengobrol dengan makhluk yang tengah ia kandung. Levi tidak protes saat Eren memasukkan kepalanya ke dalam blus yang ia pakai. Kecupan kecil terasa di perutnya.

Pipi Levi merona. Ia menatap pintu kaca kantor Eren. Dapat Levi lihat beberapa orang melewati pintu. Levi tidak bisa membayangkan kegiatan mesum mereka akan didengar oleh orang-orang.

Levi mengeluarkan kepala Eren dari pakaiannya. Tanpa aba-aba, Levi memutar kursi Eren hingga mereka berhadapan. Eren mengerutkan kening. Levi berjongkok di depannya.

"Hei!" Eren terkejut. Levi melepas sabuknya dan menurunkan resleting. Levi menggesekkan pipinya pada celana Eren. Pemandangan erotis ini membuat Eren terangsang.

Levi menarik celananya. Eren sedikit mengangkat pinggang untuk mempermudah Levi menurunkan celananya sampai lutut. Penis tegang Eren digenggam. Eren mengulum bibirnya.

Levi mengecup batang penisnya. Nafas panas menyapu kulit kejantanan Eren. Nafas Eren semakin berat. Ia mengelus rambut Levi.

Lidah basah menyisir mulai dari kepala penis sampai ke pangkal. Kepala Levi bergerak naik turun begitu pula tangannya yang sekarang basah karena air liurnya sendiri. Batang penis Eren terlihat mengkilap berkat lapisan liur Levi. Tidak berhenti sampai di sana, Levi juga mengulum bola testis Eren dan memberinya sedikit pijatan.

"Ah! Sial!" Eren meremat rambut Levi. Baru kali ini dia mendapatkan blowjob senikmat ini.

Mengeluarkan bola-bola dari mulutnya, Levi membuka mulut lebar dan melahap kepala penis Eren. Eren mendesis nikmat. Mulut Levi sangat hangat dan basah. Mulut kecilnya melahap Eren semakin dalam hingga setengah penisnya berada di luar. Mengatur nafasnya, Levi mendorong kepalanya kuat hingga hidungnya menyentuh bulu kejantanan Eren. Eren melenguh nikmat.

Levi membuat gerakan menelan. Ujung kepala Eren tepat berada di tenggorokannya. Levi nikmatinya seolah-olah dia mampu menelan kejantanan Eren seluruhnya.

Rambut Levi ditarik oleh Eren. Levi merintih kesakitan. Hanya tersisa kepala penis di dalam mulutnya. Eren menekan kepala Levi untuk kembali menelan penisnya. Eren terus menarik dan mendorong kepala Levi. Ini sangat nikmat dan Eren ingin lebih. Ia beranjak dari kursinya. Levi menatapnya sayu.

Eren menggerakkan pinggangnya berlawanan arah dengan gerakan kepala Levi. Levi memejamkan matanya erat. Levi bahkan hampir bisa memasukkan kedua bola testis Eren ke dalam mulutnya karena penis Eren masuk sangat dalam.

Levi menggeram kecil, membuat tenggorokannya bergetar dan menambah kenikmatan Eren. Tangan  Levi beralih meremas bola testis Eren.

"Aku hampir. Bersiaplah." Eren menggeram nikmat. Penisnya semakin membesar di dalam mulut Levi. Levi membolakan matanya. Setelah hentakan ketiga, Eren menyemburkan spermanya ke dalam mulut Levi. Ia segera menarik pinggangnya dan mengusapkan ujung penisnya yang masih mengeluarkan sperma pada wajah Levi. Tidak hanya wajah, bahkan rambut Levi ikut tersembur sperma Eren. Pemandangan yang indah.

Levi menjilat bibirnya. Ia beranjak dan mengambil tisu. "Ini lengket, Eren." Protesnya.

Eren terkekeh. Levi sangat menggemaskan. Ia berusaha keras membersihkan mukanya dari cairan lengket Eren.

"Bagaimana cara membersihkan rambutku?" Levi menghentakkan kakinya.

Eren tertawa semakin keras. Ia sangat terhibur. "Entahlah." Jawabnya ringan.

Levi tidak ingin kembali ke mejanya sekarang. Sperma Eren masih ada di rambutnya.

"Aku ingin tetap di sini. Jangan menyentuhku atau aku akan—"

"Kau akan?" Tiba-tiba Eren menariknya duduk di meja. Tangan lincah Eren melepas celana Levi dan menurunkannya. Levi kelabakan. "Kau akan apa?"

"A-aku..." Levi menjadi gugup. Eren menarik kakinya dan mendorong tubuh Levi agar tidur miring di mejanya.

"Kau akan apa, hm? Menghukumku? Memang kau bisa?" Eren memasukkan penisnya sekali hentak.

Levi langsung menutup mulutnya. Eren tidak membuang waktu dan bergerak kasar.

"Melakukannya secara perlahan hanya buang-buang waktu saja." Eren menggeram dalam. Ia menikmati himpitan dinding Levi pada penisnya.

Levi menangis. Kenikmatan yang diberikan Eren selalu membuatnya melayang. Levi menyukai setiap perlakuan Eren dan dia tidak dapat menolak setiap sentuhan Eren.

Nampaknya jadwal Eren dikosongkan sampai malam. Dia tidak peduli. Memuaskan Levi adalah tanggung jawabnya.

.

Malam itu Eren tidur di apartemennya. Levi sudah tertidur duluan. Dia sangat kelelahan melayani Eren sepanjang hari. Dia butuh istirahat. Besok adalah hari sabtu, mereka libur. Eren berencana mengunjungi rumah yang akan ia beli.

Eren menoleh ke samping. Levi tidur dengan sangat tenang. Dadanya naik turun teratur. Lehernya dipenuhi bercak merah hasil hisapan Eren. Keinginannya yang pernah tertunda akhirnya tercapai. Ia akan segera mempersunting Levi dan menjadikannya istri sah Eren Yeager. Marga suami Levi sebelumnya akan berubah menjadi Yeager. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

Eren sedikit merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Levi. Ia peluk tubuh pucat hangat manusia yang sedang membesarkan calon bayi di rahimnya. Senyum Eren mengembang lebar. Akan ada anak kecil berlarian di rumah mereka beberapa bulan lagi. Mereka akan terjaga semalaman untuk menenangkan si kecil yang hobi menangis.

"Engh..."

Eren mematung. Levi menggeliat pelan dan kembali tenang. Eren kira dia mengganggu tidur Levi. Menatap jam yang menempel di dinding, Eren bersiap untuk tidur.

"Selamat malam, Cintaku." Gumam Eren.

.

To be continue

Separated HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang