12

269 34 18
                                    

"Ugh!" Levi kembali memuntahkan isi perutnya. Isabel di belakangnya kembali memijat leher Levi. Levi tidak tahu kenapa, dia tidak sakit. Bahkan saat perutnya kosong, dia masih ada dorongan untuk muntah.

"Levi, kita harus ke dokter." Isabel memberika botol air mineral setelah Levi sedikit tenang.

Levi memikirkannya. Ke dokter bukan ide yang buruk. Ini sangat aneh dan Levi mengakui itu. Ia berkumur beberapa kali.

"Bisa tolong antar aku?"

.

Di ruang pribadi dirut, Eren berjalan bolak-balik ke meja dan ke pintu. Dirinya sangat gelisah. Levi izin meninggalkan kantor bersama Isabel sejak dua jam yang lalu. Eren bahkan tidak mendapat kabar lagi dari Levi dan Isabel.

"Levi, kau di mana?" Eren menggigit kukunya. Eren mendengar gosip dari karyawannya bahwa Levi muntah di kamar mandi omega. "Apa jangan-jangan karena makanan laut yang kemarin? Ah, tidak. Aku makan di sana bertahun-tahun dan tidak terjadi apa-apa."

Eren terus memikirkan apa yang Levi konsumsi seminggu ke belakang. Tapi jika Levi sampai muntah, harusnya Eren juga merasakan efek sampingnya. Tapi dia tidak!

Terlalu larut dalam pikirannya, Eren tidak menyadari seseorang masuk ke ruangannya. Orang itu mengetuk bahu Eren. Eren sedikit terganggu.

"Bisa tidak kau—" ucapan Eren terhenti begitu dia melihat orang yang mengetuk bahunya barusan. "Levi. Apa yang terjadi?" Eren meremat bahu Levi. Dia lega Levi sudah kembali.

"Tidak ada sesuatu yang buruk," Levi tersenyum cerah, "aku hanya sedikit sensitif terhadap bau, mungkin rasa juga."

"Levi," Eren kembali khawatir, "apa karena makanan laut yang kemarin kita makan?"

"Itu karena..." Levi menunjukkan map cokelat, "aku sedang mengandung."

"Ha?"

"Aku hamil. Usianya sudah lima minggu."

Eren mengerjab. "Wow, cepat sekali."

Levi memutar matanya. "Kita bercinta setiap hari, tentu saja aku hamil."

Eren tersenyum lebar. Ia peluk Levi erat. "Aku akan menjadi ayah!"

"Aku akan menjadi ibu!" Levi balas memeluk Eren. "Eh, tunggu." Eren sedikit menjauh untuk menatap Levi. "Kenapa aku bisa hamil secepat ini? Kau dan Historia sudah bercinta tujuh tahun dan belum punya anak."

Eren memutar bola matanya. "Aku memberikan pil kontrasepsi pada minumannya tanpa diketahui. Jadi, dia tidak pernah hamil."

"Itu licik." Levi mengusak rambut Eren. "Aku ingin makan siang di—"

"Kita pergi sekarang." Eren menarik tangan Levi dan membawanya keluar dari kantor.

Satu tempat yang Levi rindukan, Kafe Rose. Tempat kencan pertama mereka. Seperti biasa, Eren memesan minuman tiramisu dan teh hijau serta beberapa potong kue untuk perayaan kecil mereka. Eren berniat membawa beberapa potong kue lagi untuk Levi bawa pulang.

"Untuk?" Levi mengangkat gelas minuman teh hijaunya. Mereka akan bersulang.

"Untuk..." Eren berpikir. "Untukmu dan calon anak kita." Eren menyentuhkan bibir gelasnya pada gelas Levi hingga menimbulkan suara berdenting.

Mereka minum bersama. Beruntungnya, Levi masih cocok dengan rasa makan di sini hingga dia tidak akan repot ke kamar mandi untuk muntah.

.

Beberapa minggu kemudian, seperti biasa, Eren menjemput Levi dan mengantarnya ke kantor. Mereka hendak masuk ke lift bersama-sama jika saja Eren tidak mendapatkan telepon.

Separated HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang