"Hmmm..."
Erwin dan Levi menatap ayahnya cemas.
"Jadi, siapa yang mulai?"
"Erwin!"
"Levi!"
Erwin dan Levi membalas bersamaan. Ayah satu anak tersebut menghela nafas. "Erwin, Levi."
"Aku mengambil lobak lebih banyak. Levi mengambil lobakku." Erwin menuding Levi kesal.
"Yang kau ambil itu belum siap diambil, makanya aku kembalikan."
"Memang harus yang sudah siap? Kau saja makan sering makan telur yang setengah matang."
"Itu benda yang berbeda." Levi menghentakkan kakinya kesal.
"Cukup, cukup." Ayah Erwin beranjak dari sofanya. "Kalian ini." Dompet kulit di atas nakas diambil. "Ini, beli ayam goreng sesuka kalian. Ayah mau bagian dada saja, tanpa saus."
Erwin mengambil uang tersebut. "Terima kasih, Ayah! Ayo, Levi." Erwin menarik tangan Levi keluar rumah.
Ayah Erwin menggeleng pelan. "Padahal mereka sudah menikah. Kenapa malah jadi seperti ini?"
Erwin dan Levi diberikan tantangan untuk mengambil lobak yang ada di belakang rumahnya dengan hadiah ayam goreng kesukaan mereka. Sepertinya Erwin masih belum mengerti ciri-ciri antara lobak yang sudah siap panen dan yang belum. Alhasil, Erwin terus mengambil lobak muda sementara Levi terus mengembalikan lobak-lobak tersebut ke tanahnya. Tidak ada satu lobak yang mereka dapatkan. Ia kira liburan di rumah utama Smith bisa sangat menyenangkan.
"Kuchel, kau harus melihat anakmu bahagia seperti ini." Foto wanita berambut hitam panjang diambil dari atas nakas. Itu adalah Kuchel, ibu dari Levi yang meninggal satu bulan yang lalu. "Tenang saja, selama aku dan Erwin masih hidup, akan kami rawat Levi. Kau tenang saja di sana."
.
Levi berjalan menghentak. Pintu kamar dibuka kasar hingga gagang pintu menghantam tembok. "Erwin!"
Alpha berambut pirang yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya berjengit. "Astaga. Apa?"
"Sudah kubilang berkali-kali untuk meletakkan sepatumu di rak sepatu."
"Aku sudah tidak tahan lagi, Levi. Rasa ingin buang air ini sudah kutahan sejak masih di kantor."
"Lalu setelah urusan itu tuntas kau tidak merapikan sepatumu?" Levi masih mencak-mencak. Di mata Erwin, Levi sudah seperti guru matematikanya saat SMP dulu.
"Maaf, Levi. Aku lupa. Bisakah kau tolong ingatkan aku lagi jika aku lupa besok?" Erwin berusaha sabar dan tersenyum kecil.
Levi tidak tega. Ia menggenggam gagang pintu, hendak menutupnya. "Akan kuuingatkan sampai kau tidak lupa lagi." Lalu Levi menutup pintu.
.
Erwin dan Levi benar-benar tidak bertingkah layaknya pasangan suami-istri. Mereka hidup berdampingan seperti saudara. Tapi Erwin dan Levi tahu, mereka tidak bisa terus seperti ini. Harus ada kemajuan.
Erwin dan Levi menatap kasur. Suasana di kamar terasa sangat canggung. Erwin menggaruk tengkuknya.
"Yah, anggap saja kita sedang bercinta dengan orang yang kita suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Hearts
FanfictionEren berusaha menolak perjodohan paksa yang dilakukan ayahnya demi Levi. Rupanya Levi juga sudah dijodohkan dan dia tidak mampu menolak keinginan orang tuanya. Bagaimana jadinya nasib keduanya di kemudian hari?