Levi menatap ponsel di tangannya. Ini pukul 06.56 malam dan Levi sudah berada di posisinya sejak pukul 06.40 malam. Levi sangat menanti saat-saat ini. Nomor ponsel Eren tertera di layar ponselnya, ia sudah siap menelepon Eren.
Satu menit berlalu. Levi semakin berdebar-debar. Ia kembali memikirkan apa-apa saja yang akan menjadi topik pembicaraan.
06.58, Levi mengambil bantal dan memeluknya.
06.59, Levi merebahkan dirinya di kasur. Sebentar lagi dia akan mendengar suara alpha yang dirindukannya.
07.00, Levi menekan tombol untuk menelepon. Tidak ada nada sambung karena telepon langsung diangkat oleh pemilik ponsel.
"Levi." Eren tersenyum lebar.
"Bagaimana kau tahu?" Levi terkekeh.
Eren ikut terkekeh. "Aku memberimu nomorku tadi siang dan satu-satunya nomor tidak dikenal yang meneleponku malam ini sudah pasti dirimu."
Levi tersenyum lebar. "Hai."
"Hai. Bagaimana kabarmu?"
"Aku.. baik-baik saja." Levi menggulingkan tubuhnya ke samping.
"Apa karena kita bertemu tadi siang?"
"Mungkin."
Keduanya tertawa bersama. Levi memeluk bantalnya semakin erat sementara Eren menggenggam selimutnya.
"Kau tinggal di Dauper?" Tanya Eren.
"Iya. Bagaimana denganmu?"
"Aku masih tinggal di Trost. Aku kemari untuk bertemu dengan kolega. Dua hari lagi aku akan kembali ke Trost."
Levi mengerutkan keningnya. "Begitu." Sisi omega Levi tidak ingin Eren pergi, tapi Levi tidak boleh membiarkan tubuhnya dikuasai oleh sisi omeganya. Levi tidak boleh egois.
"Aku merindukanmu, Levi." Eren berucap tiba-tiba. Alpha tersebut kurang senang mendengar jawaban Levi. Itu terdengar seperti Levi tidak menginginkan Eren lagi.
"Aku juga merindukanmu." Levi menggigit bibirnya.
Jeda beberapa saat. Levi mengeratkan pelukannya pada bantal. Eren akan pulang ke Trost, itu bukan berarti mereka akan berpisah selamanya. Tapi itu berarti mereka akan kembali berjauhan.
"Kau mau bertemu denganku besok? Aku lenggang saat sore."
Levi mengerjab. Omega tersebut mengangguk cepat. "Aku mau!" Jawab Levi cepat setelah menyadari kebodohannya.
"Kau ingin aku menjemputmu atau kita bertemu di suatu tempat?"
"Di kafe tadi siang saja." Ini rumah Erwin yang sangat Levi jaga. Bukan berarti Eren dapat merusak rumah ini, tapi Levi ingin tetap menjaga agar rumah ini tidak dimasuki oleh alpha lain selain Erwin dan ayah mertuanya.
"Baik. Kita akan bertemu di sana besok."
.
Di sinilah Levi. Memakai kaus hitam panjang dan rok biru pendek dan stoking bewarna hitam yang dipadukan dengan sepatu boots setinggi lutut. Levi berangkat lebih awal.
Ini masih 15 menit sebelum waktu yang ditentukan. Levi sudah duduk dan memesan teh hitam hangat. Di luar sangat dingin karena udara malam.
Levi terus menatap ke luar. Matahari sudah terbenam. Di luar jalanan sudah tidak terlalu ramai. Beberapa orang keluar dan masuk ke kafe. Levi kurang memperhatikan orang-orang tersebut. Dia hanya memperhatikan mobil dan motor yang melaju di jalan raya.
"Levi!"
Levi menoleh. Eren mendekat dengan senyum cerah.
"Eren!" Levi berdiri dari bangkunya. Eren menggunakan kaus hitam dan jeans biru gelap. Dia terlihat lebih menawan tanpa ekspresi yang ia pakai saat sedang bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Hearts
FanfictionEren berusaha menolak perjodohan paksa yang dilakukan ayahnya demi Levi. Rupanya Levi juga sudah dijodohkan dan dia tidak mampu menolak keinginan orang tuanya. Bagaimana jadinya nasib keduanya di kemudian hari?