Hari itu hari yang sangat sibuk. Pelayan keluar dan masuk kamar omega berambut hitam membawa banyak hal. Mereka tidak akan berhenti sebelum omega tersebut keluar dari kamar, dan hampir saatnya tiba.
Levi memandangi dirinya dari cermin. Dia memakai gaun putih berenda tanpa lengan. Kedua tangannya diselimuti oleh sarung tangan hingga ke siku. Wajahnya sudah terlihat cantik tanpa riasan. Di atas kepalanya, terjuntai kain tipis yang menutupi hingga ke perut.
Kedua tangannya meremat satu sama lain. Keringat perlahan mengalir dari dahinya. Dia tidak menyangka hal ini akan terjadi sekarang. Pernikahan akan terjadi dan orang yang akan menjadi suaminya adalah orang asing. Levi dengar orang tersebut memiliki sebuah perusahaan besar. Hidupnya mapan dan sempurna. Alpha pilihan ibunya terdengar seperti alpha yang diidamkan oleh banyak omega, tapi sayang sekali Levi bukan salah satunya.
Setelah para pelayan berhenti mendandaninya, seorang omega yang nampak seperti Levi masuk ke kamar. Levi hanya mengabaikannya sampai omega itu berhenti di sampingnya.
"Kau tampak cantik sekali." Puji omega yang merupakan ibunya.
Levi menunduk. Ia kembali meremas tangannya. Dalam hati ia berusaha menenangkan pikiran negatif yang bersarang di benaknya. Pernikahan ini bukan keinginannya. Semuanya bukan keinginan Levi.
"Hiduplah bahagia, Levi."
"Aku tidak bisa."
Ibunya mengerutkan kening. "Sekarang kau bisa hidup dirumah yang besar. Makananmu tidak lagi makanan sisa kemarin. Lalu kau juga tidak perlu bekerja."
"Ibu pikir semua itu membuatku bahagia?" Levi menahan amarahnya sejak kemarin. Menurut Levi, ibunya ini sangat egois.
"Lalu kau ingin apa? Membatalkan pernikahan ini dan kembali ke kehidupan menyedihkan kita?"
"Ibu terlambat bertanya. Iya, aku ingin membatalkan ini semua sejak awal ibu merencanakan ini." Levi menatap nyalang ibunya dari cermin.
Omega tua tersebut tidak suka dengan jawaban yang diberikan anaknya. "Suatu saat nanti, kau akan berterima kasih kepada ibu, Levi."
"Terima kasih telah menghancurkan hidupku." Levi berkata geram.
Tidak ingin terlalu lama di situasi seperti ini, ibu Levi keluar dari kamar. Kini tinggal Levi sendiri bersama kemarahannya. Sudah terlambat. Levi tidak bisa mundur lagi.
Levi membulatkan matanya. Ia teringat perkataan Eren saat itu, soal tidak boleh membantah orang tuanya. Astaga, dia hampir lupa. Demi Eren, Levi akan melakukannya. Ia harus kuat demi Eren.
"Sudah hampir waktunya."
Levi menoleh. Kali ini seorang beta berambut putih kekuningan yang berada di dekat pintu. Dia adalah Farlan, sepupu Levi. Levi tidak memiliki wali seorang laki-laki, jadi Farlan secara sukarela menawarkan diri.
Levi mengangguk. Setelah mengambil nafas dalam beberapa kali, ia menghampiri beta tersebut dan melingkarkan lengan kanannya pada lengan kiri Farlan. Mereka berjalan menuju pintu besar yang mengarahkan mereka ke altar.
"Jangan khawatir, Levi. Saat ini memang sangat sial bagimu, tapi bisa jadi besok kau bahagia."
"Aku tahu itu. Hanya saja, besok itu kapan? Aku sedang tidak ingin memikirkan hal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Hearts
FanfictionEren berusaha menolak perjodohan paksa yang dilakukan ayahnya demi Levi. Rupanya Levi juga sudah dijodohkan dan dia tidak mampu menolak keinginan orang tuanya. Bagaimana jadinya nasib keduanya di kemudian hari?