21

260 24 2
                                    

Satu buah kue kering masuk ke mulut. Suara renyah kue seketika terdengan bersamaan dengan rahang alpha berambut cokelat bergerak menghaluskan kue sebelum dibawa masuk ke tenggorokan. Mata hijau besarnya meneliti setiap kata di atas kertas HVS putih. Tangannya yang satunya bergerak meremas pinggang omega laki-laki yang duduk menyamping di pangkuannya.

"Apa posisinya harus seperti ini?"

Alpha tersebut menoleh. Omega yang duduk di pangkuannya terlihat sangat menggemaskan dengan kacamata bening anti radiasi dan rona merah di pipinya, tak lupa wajah malu-malu yang berusaha ia tutupi.

"Harus. Ini membuatku bersemangat kerja." Jawab alpha tersebut.

"Kau yakin mengatakan itu? Dari tadi kau membaca laporan yang sama sambil meremas pinggangku sedangkan aku harus menyuapimu kue kering setap kau selesai menelannya." Kening omega tersebut mengkerut.

"Aku hanya harus meneliti satu laporan ini." Eren menggerakkan kumpulan kertas di tangannya.

Levi memutar matanya dan kembali menunduk, menatap toples berisi kue kering buatannya sendiri. "Fokuslah! Kau lama sekali."

Satu kue diambil. Eren memperhatikan tangan Levi yang mengarahkan kue ke mulutnya. mulut dibuka, kue beserta dua jari Levi dimasukkan ke mulut. Levi berjengit.

"Aku masih ada agenda lain setelah memeriksa laporan ini. Beruntung sekali kau bersedia menemaniku. Aku sangat butuh bantuanmu."

Hal yang tidak Levi duga, setelah Eren selesai meneliti laporan tersebut, Eren malah membuatnya menghadap meja dan mendorong punggung Levi hingga dadanya menyentuh kertas-kertas di atas meja kerja dan Eren menurunkan celana mereka. Eren langsung menyatukan tubuh mereka tanpa persiapan dan membuat Levi berteriak.

"Kurasa kau berteriak sangat keras akhir-akhir ini. Apa karena milikku senikmat itu, atau karena kau sedang sangat sensitif?"

"Karena kau!" Levi mencengkeram meja. Prostat Levi terhantam kuat berkali-kali tanpa meleset satu pun. Sepertinya Eren memang sudah hafal seluruh bagian tubuh Levi

"Aku melakukannya seperti biasa, Levi." Eren menunduk. Ia menatap belahan pantat Levi yang memerah karena tamparannya tadi. Seringai jahat tersungging di bibirnya. Eren memghantam kuat prostat Levi hingga tubuh Levi bergetar kuat dan melemas. "Yang ini berbeda."

"Sial!" Levi menunduk dalam.

Eren mengabaikan umpatan Levi dan kembali bergerak cepat. Eren tahu, setelah mereka memiliki anak, mereka tidak akan bisa melakukannya sesering ini. Jadi, Eren ingin melakukan semua yang ia tidak bisa lakukan saat memiliki anak.

.

Handuk dikibaskan kasar dan dijemur pada tali tambang di belakang rumah. Levi mengambil bak besar dengan kasar dan berjalan menghentak masuk ke rumah. Eren yang dari tadi memperhatikan dari ruang TV menatapnya takut-takut. Dia tidak menyangka Levi semarah ini setelah mereka melakukannya satu ronde di ruang kerja.

"Levi."

"Diam!"

"Baiklah." Eren menutup mulutnya. Levi benar-benar marah. Eren hanya akan memperhatikan Levi saat omega tersebut marah, khawatir jika saja Levi melakukan hal yang berbahaya. Bisa jadi Levi bertindak gegabah hanya karena marah.

Ini masih siang. Matahari bersinar cerah namun tidak sampai membuat mereka kepanasan. Pohon-pohon berbunga menghalau rumah mereka terpapar langsung sinar matahari. Hari yang indah untuk bermain di luar rumah.

Kulkas dibuka. Levi mengambil jus mangga dalam wadah karton dan menuangkan isinya pada gelas besar. Eren mengulum bibirnya. Ia juga ingin jus itu. Tapi lebih baik mengambilnya nanti saat sudah tidak ada Levi, khawatir istrinya mengamuk setelah melihatnya. Walaupun begitu, Levi menggemaskan sekali saat marah menurut Eren.

"Sayang."

"Aku bilang diam!" Eren menutup mulutnya. Dia lupa Levi sedang risih berbicara dengannya. Tapi ini sudah hampir jam makan siang, sedangkan Levi hanya duduk di kursi makan sambil meminum jusnya perlahan.

Eren mengambil ponselnya. Ia memesan ayam goreng dengan saus rempah untuk mereka makan siang, juga untuk membujuk Levi agar tidak marah lagi. Dari tingkah laku Levi yang Eren amati, sepertinya dia tidak akan memasak. Lagipula, ini ayam goreng kesukaan Levi. Tidak mungkin Levi menolak hanya karena sedang marah, kan?

Eren menunggu ayam goreng tersebut lama sekali. Selama itu juga, Levi tidak beranjak dari kursinya. Ia bermain dengan ponselnya yang mana itu membuat Eren semakin merasa terabaikan.

Pintu rumah diketuk. Eren dan Levi sama-sama menoleh. Eren beranjak dari sofa dan berjalan cepat ke pintu. Pesanannya sudah sampai. Ia tidak sabar berbaikan dengan Levi. Setelah mengucapkan terima kasih dan menunggu pengantar makanan pergi, Eren berlari ke ruang makan dan duduk di sebelah Levi.

"Aku beli ayam!" Bungkusan makanan diberikan kepada Levi.

Levi menatap bungkusan lalu menatap Eren lagi. "Untuk?"

"Untuk kita makan tentu saja," Eren menggenggam tangan kanan Levi yang memegang ponselnya, "dan aku mau minta maaf."

"Ini sogokan." Levi menarik tangannya dan membuka bungkusan.

Eren tersenyum lebar. "Bisa dibilang sogokan."

Levi memutar matanya dan mengambil kotak berisi ayam goreng saus rempah dari dalam plastik. Ia bangkit dan mengambil dua piring nasi. Satu piring nasi diletakkan di depan Eren. Eren menyentuh dadanya. Ia bahagia Levi masih memperhatikannya.

"Terima kasih. Ini bukan karena aku murahan dan gampang disogok, tapi aku menghargai pemberianmu." Ucap Levi datar.

Eren tidak apa-apa. Sungguh. Melihat Levi memakan ayam goreng yang ia beli sudah cukup untuk Eren. "Tidak, Levi. Aku yang harusnya bilang terima kasih." Eren tersenyum kecil.

.

Levi tidak bisa marah terlalu lama pada Eren. Sisi omeganya sedih melihat Eren kesepian karena dirinya terus menghindar. Ia tidak bisa mengalihkan rasa sedihnya walaupun dia sudah bermain dengan ponsel. Rasanya sangat kurang tanpa suaminya.

Tubuh Levi menyandar pada bahu Eren. Mereka sedang menonton TV di kamar. Sudah larut malam tapi Levi tidak ingin tidur duluan. Dia ingin menikmati momen bersama suaminya lebih lama lagi setelah hampir satu hari mengabaikannya. Tapi Eren memang kurang ajar. Bercinta di ruang kerja itu tidak senikmat bercinta di ranjang. Meja yang keras sangat berbeda dengan kasur empuk mereka.

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kita melakukannya di ruang kerjamu lagi." Ucap Levi tiba-tiba.

Eren menoleh. Alpha tersebut cukup terkejut Levi memulai pembicaraan. "Baik. Kita tidak akan melakukannya di sana lagi." Eren tersenyum. Dia melingkarkan lengannya pada bahu Levi dan mengusap lengannya.

Levi memejamkan mata. Usapan Eren pada lengannya membuat Levi tenang. Pelahan ia memejamkan matanya dan bernafas tenang. Menyadari Levi sudah tertidur, Eren mematikan TV dan merebahkan tubuh Levi. Ia beranjak dari kasur untuk mematikan lampu utama kamar. Lampu otomatis di sudut langit-langit kamar menyala. Eren kembali ke kasur dan menyelimuti tubuh mereka. Tubuh Levi dibawa ke dalam pelukannya. Eren mengecupi wajah Levi sebelum mengucapkan selamat malam dan tertidur.

.

To be continue

Sisa satu chap lagi!!!😆😆😆

Separated HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang