8

289 33 27
                                    

Keesokan harinya, Levi bangun pagi-pagi sekali. Dia segera mandi lalu memberesihkan apartemen Eren. Apartemen ini luas jadi Levi harus bangun sangat pagi untuk bisa membersihkan semuanya. Selesai bersih-bersih, Levi bersiap untuk memasak. Tak lupa Levi menghubungi ayah mertuanya.

"Halo, Ayah." Seru Levi.

"Levi, halo halo. Bagaimana hari pertama pekerjaanmu?"

"Baik-baik saja. Atasanku benar-benar memastikan aku tidak membuat kesalahan di hari pertama." Levi terkekeh. "Dia baik sekali padaku."

"Syukurlah kau baik-baik saja. Soal atasanmu itu, ayah jadi ingin bertemu dengannya. Aku harus berterima kasih kepadanya karena sudah memberimu pekerjaan dan membimbingmu."

"Tentu. Akan kuperkenalkan lain waktu. Dia orang yang sangat baik, sungguh."

"Aku menantikannya."

Levi memecahkan dua butir telur dan mengaduknya. Mereka lanjut mengobrol sambil Levi memasak. Mereka membicarakan banyak hal, seperti udara yang semakin dingin, lalu hari natal yang sebentar lagi tiba.

"Sudah selesai memasaknya?" Ayah mertua Levi berusaha mengintip panci Levi.

"Sudah, Yah."

"Kalau begitu sudah dulu teleponnya. Jaga kesehatan selalu, Levi."

"Tentu. Ayah juga, ya?"

"Iyaaa."

Telepon dimatikan. Levi meletakkan omeletnya di atas nasi hangat dan membawa piringnya ke ruang TV. Sambil menonton TV, Levi memakan sarapannya perlahan. Eren sebentar lagi akan datang untuk menjemputnya.

Tepat sekali. Setelah Levi mencuci piringnya, Eren datang dan langsung memeluknya dari belakang. "Sayangku."

Levi terkekeh. "Hai. Sebentar, aku ganti pakaian dulu." Levi hanya menggunakan kaus putih lengan pajang dan celana panjang bewarna hitam. Eren melepaskan pelukannya dan membiarkan Levi pergi ke kamarnya. Tak lama kemudian, Levi keluar dengan kemeja putih, cardigan rajut biru langit, dan celana kain hitam yang ia kenakan tadi.

"Manis sekali." Puji Eren. Ia mendekat dan mengecup bibir Levi. "Kekasih siapa ini?"

Levi tersipu malu mendengarnya. "Eren, ini kasual."

"Kau tetap manis walaupun tanpa pakaian."

Levi langsung mendorong bahu Eren. "Ayo berangkat!" Seru Levi sambil mengambil tasnya yang ada di atas sofa. "Aku tidak ingin terlambat di hari keduaku bekerja."

Eren menggeleng. Sudah pasti Levi sedang menyembunyikan rona merah di wajahnya. Eren pun menyusul Levi yang sedang menggunakan sepatu.

Mereka sampai di kantor 15 menit sebelum tepat waktu. Seperti biasa, mereka akan bermesraan di dalam lift saat tidak ada orang melihat. Sepertinya akan ada rumor baru mengenai Dirut dan asisten barunya. Yah, biarkan mereka tahu.

Satu kecupan terakhir sebelum lift terbuka. Eren keluar lebih dulu dan Levi berjalan di belakangnya dengan jarak dua langkah. Orang-orang menyapa Eren seperti biasa dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Levi duduk di kursinya setelah Eren masuk ke ruangannya. Pintu ruangan Eren sengaja dibuka agar Eren dan Levi bisa memeriksa satu sama lain.

Eren segera menyalakan komputernya. Jas hitam yang ia pakai dilepas dan disampirkan di kursi, setelah itu dia duduk. Akhirnya dia bisa merasa tenang.

Semalam Historia menanyainya banyak hal dengan alasan Historia adalah istrinya. Bahkan tadi pagi Historia merengek datang ke kantornya yang tentu saja Eren melarangnya.

Separated HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang