17

237 29 0
                                    

"Jadi, kau tinggal di sini?" Levi mengangguk. Ayah mertuanya terpana.

Pukul tiga dini hari tadi, Levi tiba-tiba terbangun dan menelepon ayah mertuanya. Levi sangat merindukan sosok ayah tersebut sampai menangis dan membangunkan Eren. Ayah mertuanya tentu saja khawatir. Jadi, Eren dan Levi memutuskan pergi ke Mitras dan mengunjungi ayah mertuanya. Ayah mertua Levi terkejut melihat Eren lalu Levi memperkenalkan Eren sebagai calon suaminya. Tentu saja dia juga menjelaskan tentang kehamilannya. Awalnya ayah mertua Levi tidak ingin menerima kenyataan bahwa Levi sedang hamil, tapi dia teringat Levi menangis sambil meneleponnya. Itu masuk akal bagi ayah mertuanya.

Mereka baru sampai di Trost pada malam hari. Eren segera merapikan kamar tamu agar bisa digunakan oleh calon mertuanya, termasuk calon mertua, kan?

"Ayah tidak menyangka, Levi. Kau baru pergi beberapa bulan dan ini semua terjadi." Ayah mertua Levi menggeleng.

"Maaf, Ayah."

"Tidak, jangan meminta maaf. Ayah tidak bermaksud buruk." Ayahnya terkekeh. "Lihatlah dirimu sekarang. Kau semakin cantik. Rambutmu sepertinya semakin hitam dan lembut. Kulitmu juga putih dan bercahaya. Ayah bisa lihat kau sangat bahagia dengan Eren itu."

"Sebenarnya," Levi menatap pintu kamar tamu, "Eren adalah orang yang pernah kuceritakan padamu. Dia kekasihku dulu."

"Wow!" Ayah mertua Levi terpana. "Cinta lama bersemi kembali?"

"Aku masih mencintainya sejak dulu, Ayah." Levi menunduk. "Tapi keadaan membuat kami berpisah."

Ini topik yang cukup sensitif untuk Levi. Ayah mertuanya mencoba untuk tidak bertanya lebih dalam. Dia tidak ingin Levi kenapa-kenapa dan membahayakan calon bayinya.

"Hei, Levi." Pundak Levi ditepuk pelan. "Ayah senang kau bahagia di sini. Ayah harap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada kalian ke depannya."

"Terima kasih, Ayah." Levi memeluk ayah mertuanya erat.

Eren baru saja ingin keluar saat melihat Levi berpelukan dengan ayah mertuanya. Dia tidak ingin mengganggu momen kebersamaan mereka, jadi Eren memutuskan untuk mengulang kegiatan bersih-bersihnya.

.

"Bisa ceritakan sesuatu tentang kalian?"

Eren dan Levi menoleh bersama. Saat ini mereka sedang makan malam. Levi membuat sup daging sapi untuk menghangatkan tubuh mereka. Ini sudah pertengahan Januari, musim dingin sedang berlangsung.

"Ayah mau tahu dari mana?" Levi bertanya.

"Dari awal kalian bertemu."

"Baiklah." Levi menatap Eren. Eren mengangguk singkat. "Kami bertemu saat dulu masih kuliah. Eren berada di jurusan managemen bisnis sementara aku di jurusan bahasa. Saat itu kami bertemu sebuah acara tahunan kampus."

Ayah mertua Levi menyangga kepalanya dengan tangan kanan. Dirinya tersenyum membayangkan pertemuan pertama Eren dan Levi saat itu. Kisah cinta anak muda memang selalu menghiburnya.

"Sejak saat itu, kami sering bertemu saat ada acara kampus. Kami mulai bertukar nomor dan semakin dekat. Lalu Eren mengajakku ke sebuah kafe. Itu adalah kencan pertama kami dan kami mulai berpacaran."

Ayah mertua Levi mengangguk. "Lanjutkan."

"Kami berpacaran delapan tahun. Eren mengurus salah satu anak perusahaan ayahnya sementara aku menjadi editor di Trost Publisher. Lalu, ibu memaksaku menikahi Erwin. Ayah tahu?"

"Ayah tahu. Ibumu tidak peduli kau suka atau tidak, tapi dia ingin kau menikah agar kau dan dia bisa hidup layak." Alpha tua tersebut mengalihkan tatapannya pada Eren. "Kalau kau?"

Separated HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang