Telepon kabel berdering. Dengan malas Levi mengambil telepon tersebut dan menempelkannya ke telinga. "Yeager Props."
"Levi, tolong ke ruanganku."
Levi mengembalikan telepon pada tempatnya dan beranjak. Ia melangkahkan kakinya masuk ke ruangan yang tepat berada di depan mejanya. Terlihat Eren yang sedang duduk di kursinya dan Historia yang sedang duduk di atas paha Eren. Mantel yang tadi digunakan wanita itu tergeletak di atas meja kerja.
"Levi, maaf mengganggumu. Bisa tolong—"
"Mengganggu apanya? Kan, sudah menjadi tugasnya melayanimu." Historia menatap Eren dengan alis berkerut.
Eren menghela nafas. "Mendampingiku, bukan melayaniku. Levi adalah asistenku, Hisu, bisakah kau memperlakukanya dengan wajar?"
"Untuk seukuran pelayan, aku sudah memperlakukannya wajar, kok."
"Perlu kuulang lagi. Levi adalah asistenku, bukan pelayanku."
Alis Levi berkedut sebelah. Historia terus saja membuat Eren meneleponnya. Rupanya sebagai asisten tidak semudah yang dibayangkan Levi. Historia tidak memperlakukannya seperti pelayan, tapi seperti budak.
"Hei!"
Levi menatap Historia.
"Bisa tolong ambilkan aku jus mangga?"
Dengan seluruh tenaganya, Levi memberikan senyum kecil. "Maaf, Nyonya, dengan segala kerendahan hati, itu di luar tugas saya sebagai asisten."
"Kau dengar itu, Eren," Historia menggeleng dengan tatapan merendahkan Levi, "kau terlalu memanjakan asisten-asistenmu. Ini yang mereka lakukan padaku."
"Dia benar." Eren menatap Historia jengah. "Sudah kubilang dia itu asistenku, bukan pelayanku."
"Kalau begitu katakan pada penjaga kantin untuk mengantarkan jus mangga padaku."
Levi menatap Eren. Ini juga di luar pekerjaannya, tapi Levi memilih mengalah. Eren menggerakkan bibirnya mengucapkan "Maaf" yang hanya dibalas anggukan oleh Levi. Omega tersebut keluar dan menutup pintu. Eren mengusap wajahnya.
"Kenapa kau selalu seperti ini? Kalau hal ini masih berlanjut, aku tidak akan membiarkanmu datang lagi."
Historia tidak setuju. "Memang kenapa? Bukankah kau adalah Dirut yang boleh memerintah apa saja? Aku hanya—"
"Aku Dirut di sini, tapi yang menggunakan kekuasaan berlebihan adalah dirimu." Eren menutup wajahnya. Hari pertama Levi bekerja sangat kacau. Bagaimana Eren bisa lupa Historia selalu datang ke kantornya setiap tengah hari. "Pulang!"
"Eren, aku—"
"Aku bilang pulang!" Eren menatapnya tajam.
Historia tidak pernah melihat wajah Eren yang seperti itu. Dia sering melihat wajah sebal atau wajah kesal Eren, tapi yang ini tidak pernah. Dengan perasaan takut, Historia berkemas dan keluar dari ruangan. Eren melipat kedua lengannya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ini kacau sekali. Semuanya baik-baik saja sampai Historia datang. Selalu saja seperti ini. historia selalu saja memperlakukan semua asistennya seperti budak. Berkali-kali diingatkan tapi Historia selalu mengulainginya. Sebelumnya, semua asisten Eren adalah beta dan alpha, baru kali ini Eren memiliki asisten omega. Omega itu lemah, tidak seperti alpha maupun beta. Asisten Eren sebelum Levi selalu bisa tegas menolak perintah Historia yang di luar tugas mereka, Eren kagum akan hal itu. Tapi dia tidak akan terima kalau Historia memperlakukan Levi seperti itu!
"Permisi."
Eren menoleh ke pintu. Ia beranjak dan mendekati Levi. "Levi, aku minta maaf soal Historia." Eren menangkupkan pipi Levi. "Kenapa kau yang mengantarkan minuman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Hearts
FanfictionEren berusaha menolak perjodohan paksa yang dilakukan ayahnya demi Levi. Rupanya Levi juga sudah dijodohkan dan dia tidak mampu menolak keinginan orang tuanya. Bagaimana jadinya nasib keduanya di kemudian hari?