20

220 27 3
                                    

"Aku mengambilmu menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Tuhan yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Alpha berambut cokelat tersenyum kecil. Kata-kata itu sangat bermakna untuknya. Ia sedikit menunduk dan mengecup bibir omega berambut hitam di depannya.

Mereka sudah resmi menjadi suami dan istri.

Acara pernikahan diadakan saat usia kehamilan Levi menginjak empat bulan. Eren menggelar pernikahan yang cukup meriah. Eren merasa dia harus melakukannya agar orang-orang tahu betapa beruntungnya Eren mendapatkan belahan jiwanya setelah menikahi orang yang salah.

Kebanyakan tamu undangan adalah karyawan Eren, hanya sedikit tamu undangan dari Levi. Mereka sangat bahagia, baik kedua mempelai dan para tamu undangan, bahkan Isabel menangis tersedu-sedu sampai Farlan bingung harus membujuknya dengan apa.

Levi juga mengundang sahabat gilanya yang sudah lama tidak bertemu, yaitu Hanji. Siapa sangka beta gila tersebut rupanya sudah memiliki calon suaminya sendiri? Levi bahkan terkejut begitu mengetahui bahwa calon suami Hanji adalah beta yang terlihat sangat normal yang mana itu tidak normal menurut Levi.

"Leviiii! Kau menikahi Eren juga akhirnya!"

Hanji memberi Levi pelukan yang bisa mematahkan tulangnya kapan saja. Levi memejamkan matanya dan mengerang kesal. "Kacamata sialan!"

"Hehe!" Hanji segera melepaskan pelukan. Tidak lucu jika Eren langsung kehilangan nyawa istrinya setelah mereka mengucapkan janji suci. Kalau Levi mati, maka Eren akan mati. Merepotkan, bukan?

Levi segera merapikan penampilannya. Gaunnya sedikit tertekuk berkat pelukan Hanji tadi dan dia tidak suka itu. Tak lupa Levi juga merapikan kembali rambutnya.

"Perfeksionis." Ejek Hanji.

"Karena siapa ini?" Levi menendang kaki beta tersebut kesal.

"Siapa, ya?" Hanji menatap sekitar seolah-olah mencari pelakunya.

"Aku ragu Moblit tidak dalam pengaruh ramuan anehmu."

Hanji tertawa keras mendengarnya. "Tentu saja tidak. Aku bisa menduga kau kau akan berkata seperti itu, tapi Moblit dan aku saling mencintai."

"Senang mendengarnya." Levi mengusap tangan berbalut lengan gaun putih. Bulu kuduknya berdiri mendengar Hanji dan Moblit saling mencintai.

Untuk sesaat, Levi menoleh dan mendapati Eren sedang berbincang dengan koleganya. Eren benar-benar sangat menawan. Rambutnya dibiarkan berantakan seperti biasa yang mana membuat wajah Levi memanas. Alpha tersebut juga menggunakan tuksedo hitam, menambah kadar ketampanannya. Levi sangat beruntung alpha tersebut adalah suaminya.

"Kurasa Eren telah berubah banyak sekarang."

Levi menoleh pada Hanji dengan alis berkerut. "Maksudmu?"

Hanji mengangkat kedua bahunya. "Aku pernah melihatnya di sebuah restoran bersama Historia. Dia seperti memaksakan dirinya."

"Kau kenal Historia?"

"Aku diundang di acara pernikahannya, kau tahu?"

Levi menggeleng. "Aku saja tidak tahu kapan pernikahannya."

"Bahkan saat pernikahannya, Eren sama sekali tidak terlihat bahagia, tapi dia terlihat sangat terpaksa." Hanji mengalihkan tatapannya pada Eren. "Tapi dia bahagia sekarang. Aku yakin karena kau adalah istrinya sekarang." Bahu Levi ditepuk kuat.

"Shhh..." Levi memejamkan matanya. "Sial, kau, Hanji. Tepukanmu itu tidak main-main sakitnya." Tangan Hanji ditepis. Bahu Levi dipijat lembut.

Hanji kembali tertawa keras. Beberapa tamu undangan bahkan sampai menjauh. Itu membuat Levi merasa tidak enak.

"Di mana Moblit itu?" Gumam Levi kesal sambil menatap sekitar, berharap menemukan calon suami dari sahabat gilanya ini.

"Ada apa ini?"

Levi menoleh. Hanji berhenti tertawa untuk menatap orang yang menghampiri mereka. Senyum mengerikan tersungging di bibirnya.

"Hei, Eren!"

Eren mengangguk. Ia lingkarkan kedua lengannya pada pinggang Levi. "Hai juga."

"Eren, kenapa Levi bisa selemah itu pada tepukanku?"

Eren mengerutkan keningnya. "Tepukanmu itu mengirim orang pada ajalnya. Levi pasti sangat kesakitan."

"Tapi ini hanya tangan," Hanji menunjukkan telapak tangannya, "kalau kau memakai batangmu, tanganmu, dan bibirmu. Harusnya Levi sudah pingsan."

Pipi Levi merona padam. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang perlahan memerah. Eren mendengus. "Kenapa, ya? Kenapa kau masih bisa bertahan dari seranganku tapi kau tidak tahan pada serangan Hanji?"

"Diamlah!" Levi menghempaskan kedua lengan Eren dan menjauh darinya. Eren dan Hanji tertawa puas.

"Yah, aku akan mencari Moblit. Kita masih ada urusan dan akan pergi setelah Levi melempar bunga."

Eren mengangkat kedua alisnya. "Aku akan meminta Levi melakukannya sekarang. Kau carilah Moblit."

Mereka berpisah. Eren segera menghampiri Levi sementara Hanji mencari Moblit. Eren yakin Levi tidak ingin terlalu lama di tempat seramai ini, jadi tidak ada salahnya mereka sedikit mempercepat kegiatan ini.

Semua omega dan beta perempuan berhimpitam di depan panggung. Punggung Levi menghadap mereka, bersiap-siap melempar satu buket bunga. Hanji adalah manusia paling heboh di antara himpitan manusia pemburu keberuntungan.

Levi melempar bunganya. Ia menunggu beberapa saat sampai teriakan para omega dan beta tersebut menarik perhatiannya. Levi membalikkan badan dan menemukan Hanji berseru sambil mengangkat buket bunganya.

"Aku akan segera menikah!"

Levi menggeleng. Perlahan, Levi menuruni panggung dan menghampiri Eren yang sudah menunggunya. Eren memberinya kecupan singkat. "Isabel terlihat sangat kecewa."

Levi segera menoleh dan mendapati Isabel tengah mencak-mencak pada Farlan. Tawa tidak bisa Levi hentikan. "Tanpa bunga, aku yakin mereka akan segera menikah."

"Tentu saja." Eren menggenggam tangan Levi dan membawanya berjalan di atas karpet putih. Beberapa orang menyoraki mereka dan melemparkan kelopak bunga pada pasangan suami-istri tersebut.

Sebuah limosin telah terparkir di depan pintu gedung pernikahan tersebut. Levi masuk terlebih dahulu disusul Eren setelahnya. Sopir limosin segera membawa keduanya pergi dari gedung tersebut. Eren menggenggam tangan Levi dan meremasnya. Pipi Levi dikecup lembut. "Selamat datang pada kehidupan baru, kurasa."

Levi nendengus. Kepalanya mengangguk. "Selamat datang pada kehidupan baru."

"Di tempat kita akan berbulan madu nanti temboknya cukup tebal dan berlapis peredam suara." Eren mendekatkan bibirnya pada bibir Levi. "Tidak perlu menahannya. Aku akan membuatmu berteriak nikmat sampai suaramu habis."

Eren berniat menjulurkan lidahnya namun Levi segera mendorong tubuhnya. "Cukup!" Suara Levi terdengar lirih dan wajahnya memerah sempurna.

Eren tidak bisa menahan rasa gemasnya. Ia memeluk Levi erat dan menenggelamkan wajahnya di bahu omega yang kini berstatus sebagai istrinya.

"Sial, kenapa kau menggemaskan sekali? Itu tidak baik untuk jantung dan hatiku, kau tahu?"

Levi memutar matanya. Gombalan yang murahan, tapi Levi akan menyimpan gombalan itu untuk nanti. Lengan Eren diusap lembut. "Ngomong-ngomong, ini limomu?"

Eren menarik dirinya dan menatap Levi. "Bagaimana? Bagus, kan?"

"Bagus," setiap sisi limosin diteliti. Levi mengangguk kecil, "tapi bukan tipe mobilku."

"Aku sudah menduga jawabannya." Eren terkekeh.

.

To be continue

Separated HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang