Ancaman besar dari calon istri muda

3.8K 13 0
                                    

Di ruangan tamu, Airin duduk dengan tenang, menyibukan diri dengan ponsel yang di genggamnya, rumah yang begitu sunyi. Membuat Airin bosan untuk membaca artikel di internet yang isinya selalu itu-itu saja, bingung ingin buat apa lagi, mencoba memejamkan kedua mata, terlintas suatu bayang-bayang, akan hal semalam dia bisa menyentuh tubuh indah milik Mario, serta tatapan dari Mario dengan senyum manis semalam selalu tersimpan dalam benaknya. Begitu beruntungnya bila seorang  wanita bisa mendapatkan Mario yang begitu super ganteng dengan tubuh atletis, tiada duanya, terlebih tatapannya begitu hangat membuat bulu-bulu merinding dengan penuh gairah.

"Oh, Mario bolehkah pikiran gila-ku ini. Membayangkan kamu sedang berada dengan-ku, lalu kamu mengundangku untuk berhubungan intim, menikmati tubuh seksi-mu, serta wajah tampan kamu itu." Dialog Airin seakan-akan dirinya sedang berbicara langsung pada Mario. Semakin dalam Airin membayangkan akan kejadian tengah malam dirinya dengan Mario, hampir saja lolos dalam hubungan intim begitu dalam membuat dirinya begitu bahagia menjadi seorang ibu yang beruntung di dunia, bila saat malam itu Arman tak keluar dari kamar.

Saat ini Airin hanya bisa ekspetasi tinggi, otaknya berimajinasi liar. Menggambarkan dirinya saat ini dengan Mario sedang telanjang, bermesraan bersama dias sofa yang dia duduki saat ini, tangan kanan Airin menjulur kedalam, jari telunjuknya mengguncang, menusuk kedalam alat vitalnya sendiri.

"Uhffttt, Mario, ayoklah, Uhfftt," Desah Airin. Terbata-bata dia menahan rasa geli nyeri dalam pada tubuhnya yang sedang terguncang hebat sendirinya. "Biarkan pagi ini menjadi kenikmatan begitu hebat dalam hidupku."

Saat matanya terbuka, Airin terkejut, mendapati sosok Mario dengan sungguh berdiri depan pintu dengan mata menyoroti dirinya. "Hey, sudah ku katakan kemarin, bila buka pintu. Jangan lupa ketuk terlebih dahulu!" Ekspresi masam Airin pada Mario yang dibuat-buat, menutupi kemaluan dalam dirinya.

Sengit Mario tersenyum masam pada Airin, mengingat apa yang di lakukan nyonya bos-nya barusan saat menyebut-nyebut namanya. "Yah, aku mengaku salah nyonya bos, aku minta maaf." Mohon Mario pada Airin, berharap dengan tindakan sopannya barusan, tidak dapat terungkit pekerjaannya saat ini.

Crakak! Suara gelas kaca berisi teh hangat, di banting keras oleh Airin ke lantai.

"Tak akan ku maafkan, jika dalam waktu satu menit kau tidak bisa membereskan kotoran di depanku!" Perintah Airin pada Mario dengan nada tinggi.

Ini adalah salah satu trik yang di lakukan oleh Airin pada Mario, agar dirinya tak terlihat oleh Mario, sedang terobsesi. Bagi Airin juga, ini adalah caranya seorang pembantu yang kurang sopan mendapat hukuman dari seorang bos. Tak ingin membuat Mario menjadi pede di tempat, takut Airin jika Mario mengeluarkan pertanyaan tentang hal barusan yang di perbuatnya.

Saat Mario bergegas mengambil sapu, Airin menegakkan lututnya. Tak peduli Airin, mau durasi lebih satu menit yang Mario dapatkan untuk membersihkan serpihan kaca dengan noda teh hangat mengotori lantai, tetap Airin memaafkannya dalam hati tanpa harus berbicara langsung padanya. Airin memilih sesegera mungkin dirinya untuk pergi ke kamar, menenangkan pikirannya dari pikiran negatif saat ini menyerang otaknya.

>>>
Bulan ke tiga, di pekan akhir, Kidra datang kembali ke sebuah perusahaan milik Arman, bertemu langsung dengan sang pemilik perusahaan. Bukan berniat untuk menjadi seorang sekretaris memajukkan perusahaan sang bos, melainkan Kidra datang untuk menggoda sang bos di ruangan khususnya. Tanpa perlu ijin dari dalam ruangan sana, Kidra langsung membuka pintu ruangan khusus Arman tersebut. Menutup pintu, mengunci pintu sangat erat.

Terjungkal senyum Arman, mendapati sosok simpanannya datang kembali. Berbeda dari hari lain, Kidra masuk kedalam ruangannya, kali ini Kidra tak melepas kostum kantornya terlebih dahulu, menampilkan tubuh seksi-nya yang hanya di baluti pakaian dalam-nya saja. Terlebih saat melihat Kidra tak langsung melayani hawa napsunya, membuat Arman begitu was-was menatap Kidra yang duduk berhadapan dengannya.

Two Seductive MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang