Berdiri depan seorang wanita pujaan hati, Mario yang mengenakan kemeja biru muda, gagah di pasang-kan dasi oleh Airin dengan rapi. Mengecup dahi Airin, usai saling melempar senyum dengannya, penuh rasa percaya diri tinggi Mario, siap untuk pergi dengan Bella ke kantor. Di dalam mobil, Bella yang sudah siap sedari tadi menunggu kedatangan calon karyawan barunya. Tepat Mario duduk samping kursi-nya, Bella langsung segera siap sibuk mengendarai mobilnya. Wajah malas Bella, saat melihat sekilas, Airin dengan Mario saling melambaikan tangan dengan romantis memberi salam perjumpaan.
Saat tengah mobil berjalan, Bella yang melihat ada sebuah lapang kosong di pinggir, depan matanya. "Badan aku pegal banget, kek-nya, benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk menyetir." Perlahan Bella memberhentikan mobil di pinggir jalan, menoleh ke sebelah kiri. "Boleh kah, aku minta tolong pada kamu Mario, menggantikan aku menyetir mobil?"
"Tentu saja Nyonya Bos, aku siap untuk menggantikan kamu ... memang kalau lelah, lebih baik tidak usah di paksa-kan, dari pada dapat masalah di jalan." Terangguk Mario, menuruti permintaan dari dia.
Segera mereka turun dari mobil, mengganti posisi, kini tinggal menunggu momen tepat untuk saat-nya memulai perencanaan. Segera Mario mengendarai mobil setelah di beri tunjuk map dari layar ponsel oleh Bella. Saat di tengah perjalanan, Bella dengan sengaja kebas - kebas tangannya di bagian pipi hingga leher. Refleks membuat Mario sedikit merasa aneh melihat kejadian tersebut, menengok ke arah nomor pendingin ace mobil. Bukannya ini sudah nomor tertinggi paling tinggi untuk pendingin ace mobil, heran Mario dengan sendirinya menebak bahwa Bella sedang kepanasan.
"Maaf yah, jika tindakan aku tidak sopan ... habisnya panas banget." kata Bella, satu demi satu kancing jaket miliknya di lepas begitu saja.
Saat semua kancing jaket terlepas, Bella membuka jaket miliknya, membiarkan tubuh bagian atasnya itu tertutupi bra memiliki kain tipis tekstur biru muda. Ter engah - engah Mario, melihat spion mobil menghadap Bella dengan tubuh bagian atas yang tertutupi kain biru tipis-nya itu, menampilkan tubuh ramping- nya begitu jelas tertera di sana. Ragu - ragu Mario setiap ingin menengok ke arah Bella sedang mengelus - elus dada atasnya, membuat Mario tak berani untuk berkata- kata.
Melihat tempat tujuan sudah di depan mata, Bella dengan cepat kembali memakai jaket - nya. Turun dari mobil, memastikan mobil telah aman, Bella langsung menggenggam tangan Mario dengan anggun, bergandengan dengannya hingga masuk ke sebuah gedung. Sampai di dalam, Mario di buat sedikit bingung dengan keadaan, saat mengikuti Bella ke sebuah loket untuk mengambil tiket booking hotel. Di tambah lagi saat Bella mengajak-nya duduk di tengah- tengah, banyak-nya orang - orang terlihat seperti sepasang kekasih sedang makan bersama dengan romantis, duduk saling berhadapan.
"Nyonya, mana ruangan untuk aku bekerja ... dan apa yang bisa ku bantu untuk menjalankan bisnis-mu?" tanya - nya dengan penuh pikiran yang bingung dengan situasi.
Melempar senyum Bella mendengar dua pertanyaan aneh yang di lontarkan Mario seakan - akan tak terlalu serius dengan pekerjaan hingga tak terlihat tenang untuk di ajak bersenang-senang. "Nanti setelah makan, akan ku beri tau ruangan khusus kamu ... ku tebak pasti kamu belum sarapan, jadi aku akan mentraktir kamu makan agar sebelum kerja, kamu bisa mendapatkan energi maksimal." Terang Bella berdusta dengan - nya, secara hati - hati dalam bicara, tak ingin rencananya nanti gagal total.
~~~
Di buat semakin aneh pikiran Mario, saat naik lift saling bergandengan dengan Bella, berjalan dalam lorong sempit, melewati setiap pintu memiliki nomor pada dindingnya. Terhenti mereka di depan pintu nomor seratus empat belas, Mario yang bisa terdiam saja, hanya bisa mengikuti sepasang kaki Bella memasuki ruangan tersebut. Mengunci pintu kamar dengan rapat, segera Bella pergi kedepan jendela membuka hordeng, membiarkan pemandangan hijau serta sinar matahari masuk kedalam. Dengan gersit Bella mematikan seluruh lampu ruangan, lalu tangannya menarik Mario untuk duduk di sebuah kursi yang sudah tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Seductive Mother
RomanceBeruntung-nya dirinya Mario menjadi seorang pembantu di rumah Arman. Karena dia bisa mengenal seorang wanita memiliki dua anak, sangat dia kagumi pesona kecantikannya serta tubuh indah jarang dia lihat dari wanita lain. Akan tetapi, sadar Mario hany...