Butuh waktu untuk memutuskan

1.4K 6 0
                                    

Dua sepasang kekasih gelap, terlihat tertidur begitu pulas saling meringkup satu dengan yang lain. Terlihat begitu lelah, beberapa ronde persetubuhan dalam hal ranjang yang mereka lakukan semalam. Kedua kelopak mata Kidra terbuka, pandangan yang kabur perlahan menghilang, berfokus pada wajah Arman yang polos dalam tidurnya. Seketika terpancing, membuat Kidra tak tahan rasanya untuk membeberkan bibir pucat miliknya pada bibir orang di dekapannya saat ini.

Terasa sebuah kehangatan menyentuh bibir tipis miliknya, lekas dengan segar mata Arman terbuka lebar menikmati setiap ritme ciuman yang di berikan oleh Kidra. "Selamat pagi, sayang ...." Sapa Arman di sela ciuman yang begitu hangat.

"Pagi!" Balas Kidra penuh antusias-nya, memberikan senyuman indah pada Arman, mengawali hari penuh kegembiraan.

Di balik selimut, menutupi kedua tubuh mereka yang telanjang bulat. Dengan nakal Arman menurunkan tangannya perlahan ke bagian bawah tubuh Kidra. "Apakah kamu masih sanggup, sayang, jikalau aku memuaskan hasrat ku denganmu pagi ini?" Terasa sampai di bagian lubang gempit milik Kidra, Arman memasuki jari telunjuknya, tanpa sungkan dia menggoyahkan jarinya sembari terus-menerus bibirnya tak henti tahan kuasa menyambar bibir milik Kidra.

Terasa guncang tubuh Kidra, pasrah dirinya dengan penuh hasrat menikmati setiap permainan yang di berikan oleh Arman, bahkan kalau bisa dirinya ingin menghabiskan waktu seharian basah bersama seorang bos, akan menjadi calon suaminya sebentar lagi. Tak terbayang akan lagi namanya hidup susah di tua nanti, tak ada lagi yang perlu dipikirkan jika nanti Mario menjadi kekasihnya, saat dirinya sakit.

Tapi, tidak mungkin aku akan menjadi istrinya, jika dia menghalangi-ku. Teringat Kidra akan suatu hal yang mengganjal ekspetasinya. Saat, mr.p, milik Arman yang tegang terasa ingin menusuk dalam lubang gempit mutiara miliknya. Di sinilah, Kidra mengambil peluang tersebut, dirinya langsung menjauh dari Arman, merubah posisi duduk, menyender pada kepala ranjang, Kidra mengambil selimut untuk menutupi sebagian tubuh miliknya.

Tersenyum Arman saat melihat Kidra, sedikit menahan rasa nyeri, mr.p-nya yang di buat lemas seketika. Memposisi wajah tengkurapnya, dihadapan Kidra.  "Apa kau ingin bermain dengan posisi duduk sayang, atau kau belum siap ke bagian intim, masih ingin foreplay beradu bibir dengan-ku?" Menongka dagu, Mario menatap Kidra penuh kehangatan.

Kidra membalikan paksa wajahnya, saat wajah Arman ingin mendekap. "Ada apa, sayang. Mengapa kamu terlihat begitu aneh, hari ini, tak seperti biasanya kau ingin menerima permainan dari-ku?" Mengerut dahi Arman, bingung dengan prilaku wanita pujaan, di hapannya.

Sebenarnya Kidra ingin sekali berhubungan badan dengan Arman pagi ini, akan tetapi suatu hal yang dia, teringat tentang dirinya tak akan bisa menjadi milik Mario selamanya, jika orang ketiga itu belum memberi ijin. "Tidak, kau tidak boleh lagi menyentuh-ku, jika kamu belum bisa menikahiku, lusa nanti!" Gertak Kidra, menepis tangan Arman yang menghelai wajah-nya.

Sentak Arman di buat diam sejenak, menenangkan pikirannya yang sedang kacau balau, akan peristiwa rumah tangga-nya semalam, di tambah Kidra begitu serius marah padanya. "Aku janji, akan menikahi kamu, sayang. Tetapi lusa bukan waktunya, karena aku butuh ijin terlebih dahulu da--''

"Aku muak dengan janji kamu begitu busuk, aku tau pasti kamu akan bicara, menunggu ijin dari istrimu itu, dan menunggu dirimu siap untuk menghadap dengannya ... Mau sampai kapan kamu berkata terus seperti itu?!" Cela Airin begitu jenuh, mendengar kalimat penjelasan dari Arman.

"Ingat Arman, aku bukan lonteh, se-enak jidatmu saja kau mainkan tubuh yang ku rawat sebaik mungkin ini. Satu hal lagi, aku juga tak terima kau merusak keperawananku, jika kau benar-benar tak menikahi-ku. Aku benar-benar akan melapor semua ini pada pihak berwajib, dan publik. Bahwa pemilik proyek ekspedisi terbesar di Indonesia, telah memperkosa seorang gadis berusia 25tahun, bekerja di perusahaannya!" Ancam Kidra dengan emosi meledak-ledak.

Two Seductive MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang