Menjebak dengan hal baik

467 3 0
                                    

 Liburan yang sangat menyenangkan, rasanya ingin sekali menikmatinya lebih lama lagi. Akan tetapi jangka waktu Mario, serta biaya booking villa hanya semalaman saja. Jadi, Airin serta kedua anak- nya, terpaksa untuk akhiri kesenangan tersebut di gedung villa hanya semalaman saja bersama dengan Mario. Segera mereka merapikan barang - barang berupa, pakaian yang mereka bawa sebelum pergi ke tempat villa ini. Bergegas empat orang itu langsung, pergi menaiki kendaraan roda empat. Setiap liku jalan, sangat girang Dino-Dani, tiada kata henti- nya mereka saling memberi tawa satu dengan yang lain, orang yang di dalam mobil, bersama dengan mereka.

 Memposisi kan, tepat mobil di halaman parkir, rumah milik Bella, Airin serta anggota keluarganya, terasa berat sekali kaki mereka untuk turun langsung menginjak tanah bangunan rumah tersebut. Terlebih Airin, wajah- nya berubah, terlihat sangat kurang bergairah, saat kedua kaki- nya menegak, turun dari dalam mobil. Cuek diri- nya terhadap orang sekitar, saat ini yang Airin pikirkan adalah sebuah hal negatif saja tentang pemilik rumah tersebut. Rasa ingin sekali, segera pergi dari tempat ini, tapi sayang, diri- nya yang hanya mempunya nominal rupiah, hanya cukup menaiki kapal saja, pergi jauh, meninggalkan, serta ingin melupakan tentang mantan suami- nya yang memiliki sifat yang sangat buruk itu.

 Dari belakang, Mario memerhatikan wajah wanita yang dia cintai saat ini, terlihat sangat berat, sontak dirinya merangkul Airin untuk lebih kuat lagi kedua kaki- nya berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Menengok Airin ke arah Mario, saat bahu- nya terasa di sentuh oleh pria tersebut, mood yang lagi rusak, Airin hanya bisa tersenyum tipis di hadapan Mario yang mencoba untuk memberikan upaya agar diri- nya terima dengan ke adaaan saat ini.

  Di dalam rumah, kedua telinga Bella, mendengar pintu rumah milik- nya seperti ada yang membuka. Membuat diri- nya buyar untuk fokus kepada kesibukan, santai dengan melihat topik terkini, dalam layar ponsel, sedang di genggam-nya saat ini. "Dino, Dani, cepat kalian ganti baju kalian yang rapi!" Melirik Bella ke arah Mereka.

Penasaran dengan yang di ucapkan oleh Bella, Dino-Dani, mendekat ke arah Bella yang ada di atas sofa sana. "Memang ada apa, Tante Bella ... mengapa kami harus cepat mengganti baju kami yang rapi?" Tanya Dino kepada Bella, rasa ingin tau, dalam hati sangat senang, menebak bahwa Bella akan mengajak dirinya serta Dani, adik- nya, pergi jalan- jalan.

"Apakah kita akan jalan-jalan, Tante?" sambar Dani, ikut sama penasaran dengan kakak- nya.

Tersenyum Bella, pada kedua anak tersebut. "Tentu, aku akan mengajak kalian jalan-jalan pergi ke Mall tersebsar yang ada di kota ini ... kita pergi main Timezone, serta belanja mainan."

"Bener, Tante Bella?" tanya Dino, mencoba untuk meyakin- kan ajak- kan dari Bella.

 Terangguk kepala Bella. "Tentu saja sayang ... kalau begitu kalian cepat ganti baju, lalu minta ijin pada Bunda kalian untuk pergi bersama Tante ke Mall."

 Jelas, sebuah godaan yang begitu menggiur- kan ajakan dari Bella pada anak seusia mereka, membuat Dino-Dani sukar untuk menolak- nya. Tepat Airin masuk ke dalam, kedua anak- nya dengan wajah gembira menyambut diri- nya, menarik-narik kedua tangan- nya yang terasa lemas, saat kedua lensa mata milik- nya mendapati sosok Bella yang sedang duduk di atas sofa sana. Suasana hati lagi buruk, Airin tak peduli dengan wajah gembira dari kedua anak- nya, dia berusaha mengikis lengan- nya, menghindar dari kedua tangan anak- nya yang terus menggoyang- kan lengan- nya. 

"Bund, Bund, kami ingin jalan-jalan bersama tante Bella ... boleh, yah!" Seru Dino-Dani meraju kepada sang Bunda, memohon agar keinginannya dapat di kehendaki.

"Kalian bisa diam sedikit tidak, ahg!?" cetus Airin, merasa kesal atas perilaku kedua anak- nya yang tak mengerti kalau pikiran- nya lagi kurang tenang. "Jika kalian ingin, pergi, pergi saja, Bunda tidak ingin ikut." 

 Melihat diri seorang monster dari sang Bunda keluar secara natural, membuat Dino-Dani, hanya terdiam di tempat. Tak ingin lagi mereka mengganggu monster dari diri sang Bunda muncul kembali, mereka tak lagi mencoba memohon pada Airin, penting sudah dapat jawaban di boleh- kan oleh Airin, membuat mereka lebih percaya diri untuk ikut pergi have fun, bersama Bella ke Mall. 

 ~~~

Menyangkal dengan sendiri- nya, saat Airin mendengar kabar gembira dari kedua anak- nya yang pulang dari Mall bersama dengan Bella, dan Mario sebagai sang supir mereka untuk pergi. Membuat- nya merasa bersalah, telah salah menilai Bella, bukan soal mainan begitu banya dengan harga begitu mahak, di belikan oleh Bella kepada kedua anak- nya. Akan tetapi diri-nya terkejut bahwa Bella, telah mengajarkan kedua anak- nya untuk patuh kepada sang Bunda- nya, saat kedua anak- nya, bercerita langsung kepada Airin, sebelum tidur tenang mereka melanda. 

 Kini Airin, masih bersalah terhadap apa yang telah dia nilai buruk tentang diri Bella, sebagai seorang sahabat kecil- nya. Lebih memilih untuk menghampiri Bella secara langsung, memberikan dia apresiasi atas semua yang telah di berikan oleh dia kepada kedua buah hati- nya. Memberanikan diri, Airin yang berdiri di depan pintu kamar Bella, mengetuk pintu begitu keras.

"Masuk saja, enggak di kunci, kok!" teriak pemilik kamar dari dalam.

 Dengan cepat Airin menggeser gagang pintu, semakin berani diri- nya untuk bertemu langsung malam ini dengan Bella. Legah rasa- nya, saat ini kedua mata Airin, tak melihat sosok Mario bersama dengan- nya malam ini yang sudah seharus- nya menjadi jadwal diri- nya dengan Mario untuk bersenang - senang, menikmati seharian penuh untuk bersama- sama. Tapi bukan itu, menjadi kendala Airin saat ini untuk bertemu dengan Bella, saat ini diri- nya hanya ingin memberi sebuah apresiasi terhadap Bella.

"Maaf mengganggu loe, kesini gue ingin berterimakasih banyak sama loe ... atas semua yang telah loe berikan terhadap diri gue, terlebih kepada kedua anak-anak gue." Ucap Airin dengan nada berhati-hati, tak ingin dia mengganggu tidur nyenyak bayi yang sedang tertidur nyenyak, bersama bunda- nya.

 Ini, lah, momen tepat untuk Bella, mengambil peluang perencanaan yang telah dia buat bersama Mario, segera Bella melepas sebagian payudara milik- nya dari dalam mulut Ratno- bayi kandung yang saat ini nomor satu berharga di dunia ini. Merapikan pakaian, ekspresi- nya begitu cuek menyambut Airin, pergi Bella ke arah meja, merogoh laci meja, mengambil beberapa lembar kertas dari dalam laci meja, berjalan perlahan diri- nya, beberapa senti di hadapan Airin, memberikan beberapa kertas lembar yang di ambil- nya kepada Airin. 

 Setelah membaca isi kertas berupa nota, di berikan oleh Bella pada- nya, sontak Airin menyoroti Bella dengan heran. "Maaf jika loe enggak ikhlas memberi jajan anak gue ... gue janji suatu saat gue ganti semua ini. Kalau gue udah dapat kerja." Kembali Airin yang tadi sudah terbang ke atas langit diri- nya untuk merasakan suasana hati begitu baik, kini terasa jatuh kembali secara drastis.

Tersenyum sinis Bella, mendengar ucapan dari Airin. "Gue beri loe waktu hingga lusa untuk mengganti itu semua, atau tidak Mario harus menjadi milik gue seutuh- nya!" ancam Bella, mengangkat kedua alis- nya.

"Sorry, yah, loe pikir gue gak bakal bisa ganti apa, cuman uang segini saja, hey, Bella ... loe inget, Mario itu milik gue yang gue harapkan saat ini di bumi, jadi enggak segampang itu gue harus memberikan dia sama loe seutuh- nya, masih untung loe gue kasih dia seutuh- nya, dua hari sekali sama loe. Apa itu semua belum cukup!?" terlanjur emosi Airin, mendengar negoisasi yang di berikan Bella itu, hal yang membuat monster dalam diri- nya untuk terbangun.

 Tersenyum dengan santai, Bella, tak menghiraukan ekspresi Airin yang sedang membara amarah pada- nya. "Baik jika loe bisa bayar besok sama gue, gue akan terima itu." Dengan santai nada Bella berbicara, lebih dekat wajah- nya dengan Airin. Memberikan sebuah bisikan pada Airin, menawarkan suatu hal persyaratan lain. "Jika loe masih ingin Mario tetap berada di sisi loe, besok jika loe masih belum ada uang untuk melunasi utang anak loe terhadap gue. Besok gue cuman ingin, kita berhubungan badan dengan Mario, bertiga, satu kamar."

"Baik, siapa takut!'' cetus Airin, tanpa banyak berpikir.

 Setelah saling setuju dengan Bella, Airin pergi keluar dari kamar Bella, terasa lemah diri- nya saat ini membayangkan hari esok. Terus berputar otak- nya, mencari jalan pintas agar semua utang anak- nya pada Bella dapat terbayar, sebelum dia menerima pernyataan, bahwa dia dengan Bella harus melakukan hubungan badan terhadap Mario dalam satu kamar nanti.

  Sebagai seorang Bunda yang bertanggung jawab, Airin harus tangguh menghadapi masalah ini sendiri, tanpa harus melibatkan pelampiasan- nya terhadap kedua anak- nya yang sedang tertidur nyenyak di kamar sana. Memilih duduk di tepi halaman taman, menyulut sebatang rokok untuk menenangkan pikiran- nya yang sedang kacai.

Two Seductive MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang