Two Seductive Mother

Sakit hati seorang istri terhadap suami

Kedua kaki Airin melaju dengan sedikit percepat saat, dua putaran lapangan dengan lintasan sekali putar sepanjang empat ratus meter. Merasa senang dalam hati Airin, dirinya dapat memecah rekor dalam stadion lari tempat biasa dia kunjungi, akhirnya sampai pada titik tiga puataran. Terjengkal napas Airin setelah tiga putaran penuh dia lakukan pagi ini, hanya untuk berlari santai. 

Seusai melakukan jalan santai pada lapangan tersebut, meredahkan napas yang tak berartur, saat berlari tadi. langsung saja Airin menuju halaman parkir taman stadion. Menghampiri Mario, selalu setia menunggunya di dalam mobil, melempar senyum Airin pada Mario, mengingat hatinya yang bergembira dapat memecahkan rekor dirinya sendiri.

"Kamu tahu enggak?" mencuat kedua alis milik Airin kepada Mario, terlihat begitu gembira ekspresi wajah Airin.

Mengerut kebingungan Mario, saat Airin bertanya padanya seperti itu. Akan tetapi kali ini Mario begitu senang, melihat Airin tak memasang wajah juteknya saat membuka pintu mobil. "Enggak, kan, Nyonya Bos, belum kasih tau." Tergeleng kepala Mario dengan jujur menjawab.

Menutup pintu mobil, Airin memandang lurus terhadap lawan bicaranya. " Akhirnya aku bisa memecahkan rekor berlari sepanjang 'satu koma dua kilometer,' bayangkan biasa aku hanya berlari delapan ratus meter saja, kini bisa berlari dengan lebih setengah meter jarak sebelumnya." Memicing mantab kedua mata Airin kepada Mario.

Halyang begitu tak penting bagi diri Mario, tentang rekor lari yang di miliki Airin, akan tetapi dirinya ikut gembira, melihat Airin dengan senang wajahnya menceritakan altivitas yang di lakukannya barusan. "Wow, aku sungguh terkejut sekali mendengarnya, Nyonya Bos. Tingkatkan lagi, semoga Nyonya bos, bisa menjadi seorang Ibu dengan dua anak yang hebat dalam lari marathon, kelak nanti." Apresiasi Mario, mencoba untuk lebih akrab.

Terdorong kebelakang kedua pipi Airin, menyimpulkan sebuah senyum kepada Mario. "Makasih atas dukunganmu, Mario."

"Sama-sama, Nyonya." Balas Mario, kepala terangguk tegas.

Setelah dipikir-pikir, tak ada lagi obrolan diantara mereka, Mario mulai memfokuskan pandangannya pada luar kaca, depan mobil. Kedua tangan Mario, lurus kedepan setelah menarik rem tangan mobil. Dengan siap mobil melaju perlahan, saat salah satu kaki milik Mario mulai sibuk mengatur gas laju mobil. Di tengah perjalanan, di buat sedikit tak fokus Mario mengendarai mobil, merasakkan kepala Airin dengan sadar menyender pada bahu-nya.

"Bagaimana kita nongkrong dulu, mencari makan, apa kamu tidak lapar, belum sarapan, Mario?" Kedua bola mata berlensa hitam cokelat terang milik Airin melirik ke wajah orang yang sedang di tanyakannya. "Hitung-hitung aku ingin menghadiakkan diriku, telah memecahkan rekor baru berlari dalam hidupku. Serta hadiah buat kamu, semalam telah menerima ku tidurbersama kamu."

"Siap, Nyonya Bos." 

>>>>

Melihat sebuah rumah makan, Mario langsung memanting setir ke tepi jalan. Tepat di depan warung makan tersebut, Mario dengan posisi tepat memarkirkan mobil, menarik perhatian orang sekitar yang sedang berjalan depan warung makan, serta beberapa orang dalam rumah makan tersebut dengan mobil sport terhenti di situ. Betapa di buat pesona mata orang-orang yang ada di dalam rumah makan tersebut, melihat sosok wanita berparas manis serta memiliki tubu seksi turun dari mobil, berjalan menuju rumah makan yang begitu minimalis.

Tak peduli dengan warga sekitar sedang memerhatikan mereka, tangan Mario dengan hangat menggenggam tangan Airin, mengantarkannya hingga dalam rumah makan yang begitu sederhana. Mata Airin merasa aneh saat masuk ke dalam rumah makan sederhana ini, pasalnya dia baru pertama kali makan di tempat minimalis seperti ini dalam seumur hidupnya. Risi Airin saat melihat, orang-orang yang sedang duduk di dalam rumah makan tersebut, menatapnya dengan jahil, entah apa yang membuat-nya begitu tenang saat Mario mengantarkannya kesebuah kursi panjang, di sampingnya saat ini.