Pergi dengan alasan tertentu

1.2K 7 0
                                    

Siapa sangka, setelah malam, menjelang lima hari, setelah kejadian berhubungan tubuh dengan Mario, dan Bella. Sering sekali Airin merasakan hal-hal aneh dalam tubuh- nya, sesuai dengan dugaan- nya, saat alat tespek di gunakan oleh Airin, di nyatakan kini bahwa dirinya hamil. Tersenyum dengan sendiri- nya Airin, saat menghadap cermin, akhirnya sekian lama, dirinya mengandung seorang anak dari Mario. Segera Airin bergerak mencari keberadaan Mario dengan tergesa-gesa, wajah sangat ceria.

Menikmati kesendirian, Mario menyeruput setiap batang rokok yang menyala. Seketika lingkungan menjadi bising, saat Airin datang menghampiri dirinya dengan wajah tersenyum riang, seperti seseorang mendapatkan hadiah berupa uang begitu besar dari sang pemberi hadiah.

"Pokok- nya kamu harus tau ini, sayang ...." Tak henti Airin terus menggoyahkan lengan Mario, sembari dirinya terus tersenyum riang. "Ini berita  bagus untuk kita berdua!"

"Ada apa memang, sampai membuat kamu begitu terlihat sangat gembira saat ini menghampiri diri-ku?" Tersorot pandangan mata Mario mencoba untuk lebih terlihat ceria di bandingkan dengan Airin di depannya.

Seperti seorang habis terjungkal, napas Airin tak teratur sakin gembiranya ingin memberi sebuah berita indah pada lawan bicara- nya saat ini.

Dari kejauhan, Bella mendapatkan pemandangan tidak membuat hati senang, di arah halaman taman rumah milik- nya. Seorang wanita dulu di anggapnya sebagai seorang sahabat bersama bersama seorang bujangan sangat ingin dia miliki, terlihat sedang bergembira dalam pembicaraan malam ini. Tak hanya diam saja, Bella menghampiri mereka berdua, di halaman taman sana.

Namun sebelum dia lebih dekat lagi, seketika emosi Bella membara, di saat Airin berkata, bahwa diri- nya hamil. Di tambah lagi pemandangan saat Airin memeluk mesra Mario. "Hey, ingat, yah ... bukan karena loe hamil oleh Mario, loe bisa dapatkan Mario seutuh- nya dalam hidup." Gusar Bella menarik punggung Airin agar tidak lebih dalam lagi memeluk Mario.

"Dihh, loe seharus- nya ngaca, dong ... masih beruntung loe, gue kenalin dengan Mario." Balas Airin tak ingin kalah kesal dengan lawan bicara- nya saat ini sangat memuncak amarah- nya.

Di atas kursi, di buat bergeming Mario, mencari akal untuk menyelesaikan konflik dua orang wanita yang pernah bercinta dengan- nya. Sangat bingung sekali dia ingin membela, jika dia membela Airin, Bella pasti akan mengungkit janji pada- nya, membuat Airin sangat sakit hati, apalagi Airin sedang mengandung seorang anak dari perbuatannya. Akan tetapi, jika dia memilih untuk membela Bella, tak tega diri- nya membiarkan Airin sendirian, di tengah kehamilan, terlebih jika nanti anak itu keluar dari rahim ibu- nya.

Di tengah kesibukan perdebatan Airin dengan Bella, secara diam-diam, tanpa di ketahui kedua pihak, Mario bangkit berdiri pergi. Pilihan- nya untuk sementara, menenangkan diri- nya di dalam mobil dengan pikiran tertekan depresi. Terus berpikir, bahwa dia harus bisa menghadapi kehidupan yang begitu berat nanti- nya.

~~~

Sepekan berlalu, tak muncul lagi sosok Mario di sekitar halaman rumah Bella,   tak bisa kontak- nya di hubungi. Membuat kedua wanita, dalam satu atap, tak henti memikirkan kepergian Mario yang diam-diam saja. Setelah menyusui buah hati, geram sekali Bella rasanya, ingin dirinya melampiaskan kepergian Mario kepada Airin, melebar, terbuka kedua kelopak mata Bella menyoroti Airin yang terlihat sedang menonton suatu acara televisi, di ruang tamu. Menghalangi sepasang mata Airin yang sedang sibuk, menghibur diri- nya.

"Enak banget loe, yah, Mario pergi, biasa-biasa aja. Seperti orang enggak punya otak, saja!!!" nada tinggi Bella melonjak begitu saja. "Bukan- nya mikir, kek, buat bersama cari Mario ada dimana. Malah diam aja!!!"

Dengan dada naik-turun, tanpa beraturan, bangkit dengan tegak Airin dari atas sofa. "Loe pikir gue gak pusing, apa ... asal loe tau, Bell, gue juga lagi khawatir dengan keberadaan Mario. Tapi apa mungkin gue minta bantuan bersama loe untuk mencari dia. Sorry-sorry aja, gue gak suka minta bantuan sama seorang pengkhianat, walau dia menyediakan waktu untuk membantu diri gue." Berdada busung Airin berhadapan dengan Bella, wajah- nya terlihat begitu sangar, seperti seekor singa buas sedang menyoroti mangsa- nya.

Two Seductive MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang