Ruangan yang begitu eksetis, lampu yang remang-remang seakan-akan membuat mata pengunjung begitu menikmati santai makan diatas kursi kayu membuat tubuh mereka nyaman menyender. Di antara banyak kursi, Airin beserta keluarga duduk bersama, Doni bersama Dani, satu sofa, berhadapan dengan, Airin dengan Mario. Dua buku menu tersedia di atas meja, Airin memberi sala satu benda tersebut kepada dua anaknya, sedangkan yang satu untuk dirinya dengan Mario untuk memilih menu.
Saat sibuk membaca banyaknya menu yang di tawarkan dalam buku, mata Doni tertuju sala satu menu yang membuatnya tertarik, dirinya langsung menyoroti wajah Airin dengan manja. "Bunda, aku ingin yang ini, sepertinya ini bisa di makan oleh aku dengan Dani." Membalikkan buku ke arah Airin, jari telunjuk Doni, menunjuk sala satu daftar makanan.
Melihat kakaknya memilih menu yang tak di inginkannya, membuat Dani sedikit kesal. "Tidak, aku tidak makan itu bersama kakak, biar aku pilih sendiri saja." Protes Doni, merebut buku menu dari tangan sang kakak.
Sebagai anak-anak belia pada umumnya, Doni tak ingin mengalah dengan adik kecilnya. Hingga terjadilah sedikit pertikaian rebut buku menu, membuat mereka tak mengingat bahwa sang bunda, tidak menyukai sifat tida akur di antara mereka. Merasa tidak tenang melihat kedua anaknya memancing perhatian orang-orang sekita, membuat dirinya malu saja, menghela napas, lutut tegas menengak, kedua tangan Airin dengan siap untuk menyentak meja sangat keras di depannya.
'Bug!' bunyi suara meja, makin mengundang mata orang-orang sekitar pada mereka.
Mengarah mata kakak-beradik tersebut ke sumber suara, melihat wajah harimau siap menerjang mangsanya dari sang Bunda, membuat Doni dengan Dani seketika terdiam, sentak mereka yang tadinya saling merebut buku, kini mereka mala saling memberi. Takut diri mereka masing-masing akan aungan singa dari kandang akan lepas dari mulut sang bunda, terlebih jika sang bunda memberi noda pada pipi mereka, seperti kalanya sewaktu di rumah saat sang bunda kesal melihat sikap mereka yang tidak ramah di matanya. Membuat mereka berdua tak berkuti di tempat, hanya bisa terunduk lesu siap mendapatkan raungan dari sang Bunda.
Memperhatikan Airin begitu tegak berdiri dengan ekspresi membara, mata yang begitu melebar hingga ingin copot, tak ingin tindakan dari Airin berlanjut sehingga menambah perkara. Sebagai seorang pria sejati, Mario mencoba untuk berpikir dengan cepat. "Susah, sudah ... maklum namanya juga mereka anak-anak, pasti ada kalanya mereka mempunyai pikiran yang tak sama dengan kita di tempat umum seperti ini." Sala satu tangan Mario mengelus bahu Airin yang tegang, sala satu tangannya di belakang punggung Airin menahannya untuk menerjang dua mangsa di depannya.
Seperti yang di katakan Mario ada kalanya benar, membuat Airin menghela napas sembari sekejap dengan erat memejamkan mata. Mencoba untuk lebih tenang menghadapi masalah kedua anaknya yang sangat susah sekali teratur di tempat umum seperti ini. Kembali mata Airin terbuka dengan anggun melihat sekitar sedang memerhatikan dirinya, membuat Airin terpaku di tempat.
Merasakan suasana hati Airin mulai mereda, Mario membawanya perlahan menyenderkan tubuh kembali di atas kursi. Di saat itulah memperhatikan sekitar, para pengunjung mulai sibuk kembali dengan dirinya masing-masing, Mario mengambil sebuah lonceng diatas meja, menggoyang lonceng, mengeluarkan suara untuk memanggil seorang pelayang yang akan menyiapkan menu mereka.
Seorang Pelayan datang membawa sepotong kertas kosong dengan pulpen di balik papan yang di genggamnya. "Mau pesan apa, Nyonya, dan Tuan?" Pelayan tersebut membuka ujung pena yang mengarah pada selembar kertas kosong, siap untuk mencatat pesanan dari tamunya.
"Doni, kamu pesan terlebih dahulu apa yang kamu suka, baru gantian dengan Dani ...." Ucap Mario mengarah pada Doni, dan Dani. Dengan nada yang begitu lembut, membuat kedua orang yang di hadapannya berani untuk mengeluarkan suara.
![](https://img.wattpad.com/cover/288762458-288-k576.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Seductive Mother
RomansaBeruntung-nya dirinya Mario menjadi seorang pembantu di rumah Arman. Karena dia bisa mengenal seorang wanita memiliki dua anak, sangat dia kagumi pesona kecantikannya serta tubuh indah jarang dia lihat dari wanita lain. Akan tetapi, sadar Mario hany...