Chapter 1.3

155 18 9
                                    

Haii, bestie!

Apa kabar? Semoga kalian sehat selalu

Absen dulu yuk, jangan lupa

Jam berapa kalian baca cerita ini?



PINTU rumah terbuka pelan, menampakan seorang wanita berpenampilan rapi keluar dari dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PINTU rumah terbuka pelan, menampakan seorang wanita berpenampilan rapi keluar dari dalam rumah. Dengan mengalungkan tasnya di bahu miliknya ia mulai berjalan ke arah halaman depan rumahnya.

Langkahnya terhenti saat ponsel miliknya berdering. Ia dengan cepat menggeser layar ponselnya untuk menjawab telepon tersebut.

"Kenapa?" tanyanya pada lawan pembicara di ponselnya.

"Terus?"

"Aku gak butuh semua alasan kamu," tegasnya.

"Mau kamu bisa atau gak, aku gak peduli." ketusnya seraya memutar kedua bola matanya malas.

"Terserah, aku tetap akan pergi, jadi urus aja diri kamu sendiri, aku tutup." ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas miliknya, sangat menyebalkan sekali baginya saat menerima telepon dari seseorang tadi.

Namun, rasa kesalnya hilang saat mobil berwarna silver ada di perkarangan rumahnya. Si pengemudi yang ada di dalam membuka kaca mobilnya.

"Dengan mbak Hani?" tanya si pengemudi tadi.

"Iya, saya Hani" jawab Hani yang tersenyum sedikit. Hani, istri dari Arya, pemilik sebuah cafe di tepi jalan.

"Silahkan masuk mbak," ucap pengemudi tadi. Rupanya Hani memesan taksi online, ia ingin pergi ke suatu tempat.

Hani membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya, mengambil tempat duduk senyaman mungkin di kursi belakang milik penumpang.

"Ck, mau dia bisa atau tidak, apa hubungannya?" monolognya.

"Kerjaan dia selama ini hanya mementingkan dirinya sendiri, bahkan ia terlalu baik dengan orang lain." Hani memandang ke arah jalanan yang cukup lenggang.

Hani mengambil ponsel dari tas-nya, mencari sebuah kontak yang akan ia kirimkan sebuah pesan. Ia mengetikkan sesuatu di papan ketiknya. Usai mengetiknya ia menarik sudut bibirnya, menciptakan sebuah senyuman pada wajahnya.

Hani sangat tak sabar untuk hal-hal yang akan terjadi dalam beberapa jam ke depan nanti, membayangkannya saja ia sudah sangat bahagia, apalagi merasakannya secara langsung.

Marriage Of Lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang