Chapter 4.4

208 11 9
                                    

Double updatee!

Yey, seneng bisa double update lagi!

Yuk, yuk langsung lanjutin aja



DANU turun dari mobilnya, ia berniat untuk melipir sebentar ke Arya's Cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DANU turun dari mobilnya, ia berniat untuk melipir sebentar ke Arya's Cafe. Cafe yang direkomendasikan oleh Freya, karena memiliki rasa yang berbeda dengan yang lain.

Saat masuk ke dalamnya, ia disuguhi pemandangan yang tidak pernah ia bayangkan sekali pun. Kehadiran Tia di sana yang sedang berbicara serius dengan pemilik Cafe siapa lagi kalau bukan Arya, bahkan tangan Tia seringkali menggenggam tangan Arya. Samar-sama ia mendengar beberapa ucapan yang terlontar dari mulut Tia.

"Arya istri kamu gak cinta sama kamu Ar."

"Aku tahu itu Tia."

"Kenapa kamu masih sama dia?"

"Itu pilihan aku, sudah Tia pulanglah. Danu pasti menunggumu di rumah."

"Aku ke sini buat ketemu kamu kenapa kamu malah ngusir aku?"

Danu melangkah menuju tempat dimana Tia berdiri. Berniat untuk menanyakan suatu hal padanya. "Tia," panggilnya.

Tia dan Arya langsung menoleh ke arah Danu yang kini sudah ada di samping mereka. Arya hanya bisa berharap bahwa Danu tidak akan pernah salah paham dengannya, meski tidak dekat ia tahu Danu orang baik.

"K-kamu kenapa di sini?" tanya Tia dingin pada Danu.

"Saya hanya ingin mampir membeli kopi saja, setelah kamu selesai berbicara dengan Arya. Temui saya di luar," jelasnya yang langsung pergi dari pandangan Tia dan Arya.

Danu tahu, mereka tengah membahas masa lalu. Masa lalu saat mereka masih menjadi teman tanpa kehadirannya. Apa kehadirannya hanya sebagai pemisah kedua insan yang harusnya bersama?

Danu dengan cepat menuju ke meja kasir memesan kopi yang akan ia nikmati. Usai mendapatkannya, ia langsung keluar dari sana, menunggu Tia dengan se-cup kopi di tangannya.

Tenang saja, Danu sudah terbiasa merasakannya. Merasa diabaikan oleh Tia, merasa tidak pernah ada di mata Tia, apalagi merasa tak pernah berarti untuk Tia. Jika saja ia tahu pernikahan akan sesulit ini, bukankah lebih baik melajang saja? Toh ia sudah memiliki semuanya.

Sudah cukup lama ia menunggu Tia, tapi ia masih setia menunggunya. Sampai tubuh Tia ada di sebelahnya, ia tersenyum menyadarinya.

"Kamu mau tanya untuk apa aku ke sini?" Tia menerka-nerka.

Danu menggelengkan kepalanya. "Tidak usah dibahas, sekarang saya antar kamu pulang, sebelum kembali ke kantor," sahutnya.

Tapi Tia sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, satu langkah pun tidak. Lagi, Danu menyadarinya ia langsung menolehkan kepalanya ke arah belakang. "Kenapa masih diam? Masuk, keburu sore nanti."

Marriage Of Lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang