Chapter 1.2

172 18 11
                                    

Monggo dilanjutkan!

Tapi sebelum itu,

Hayuk absen dulu!

Kalian dari mana asalnya? Aku dari Jakarta btw, walaupun gak ada yang nanya sie..

Selamat membaca bestie!


"AKU hari ini lembur kerja, kamu gapapa kan di rumah sendirian?" tanya Dio mengahampiri Luna di ruang tv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"AKU hari ini lembur kerja, kamu gapapa kan di rumah sendirian?" tanya Dio mengahampiri Luna di ruang tv.

Rumah mewah, bukan sederhana, rumah yang memiliki desain interior fantastic. Rumah ini milik, pengusaha kaya raya yang sukses meneruskan perusahaan keluarganya. Siapa pun yang menjadi istrinya, sudah pasti sejahtera lahir dan batinnya bukan.

"Gapapa," jawab Luna.

"Atau mau ditemenin Mama?" tawar Dio, sepertinya dia sangat tidak yakin dengan jawaban Luna tadi.

"Gak usah, aku bisa sendiri di rumah, kan rame ada ART lain." Luna menyuap cemilan ke dalam mulutnya.

"Beneran? Serius?" kini Dio menatap Luna dengan lekat, manik mata mereka bertemu dalam beberapa detik.

Luna tersenyum ceria. "Gapapa, aku udah jadi istri kamu, masa aku gak bisa jaga diri sih," ocehnya masih terus mengunyah cemilan dalam mulutnya.

Dio hanya terkekeh geli mendengar ocehan Luna. Gemas rasanya, meskipun Luna memang bukan yang pertama, namun Luna akan menjadi yang terakhir, menjadi pelengkap dalam hidupnya.

"Gak jadi berangkat?" tanya Luna pada lawan bicaranya.

"Jadi, aku berangkat dulu," pamit Dio dengan berat hati mengambil langkah meninggalkan Luna di rumah.

Namun, langkahnya terhenti, Dio kembali ke sofa yang Luna duduki. Luna hanya menatap Dio dengan tatapan bingung, apa ada yang tertinggal?

"Jangan kemana-mana, izin dulu ya kalo mau keluar!" ucap Dio sembari menangkup kedua pipi Luna.

Luna menganggukan kepalanya, sudah biasanya baginya, Dio yang sedikit posesif pada dirinya, bahkan untuk melangkahkan kaki ke rumah tetangga sebelah saja harus mengirimkan pesan pada Dio dulu.

"Ah satu lagi, aku belum pamit sama si kecil." Dio mengelus perut Luna yang sudah semakin membesar setiap bulannya. Ya, Luna tengah mengandung anak Dio, usianya sudah masuk dalam 8 bulan.

"Papa cari uang dulu ya, jangan nakal," tambah Dio. Tangannya beralih mengelus puncak kepala Luna.

"Aku berangkat." kini Dio benar-benar telah berdiri dan  membuka pintu rumah.

Sepeninggalan Dio, netra Luna terpaku pada sebuah cincin yang selalu ia simpan dalam kantong celananya.

"Mari kita ulang kisah indah kita," ucap Luna seraya memandangi cincin berwarna emas dengan berlian kecil di tengahnya.

Bagi Luna, cincin itu sangat berharga, lebih berharga dari hidupnya, dari nyawanya. Pernah waktu itu saat ia tengah berlibur dengan Dio, tak sengaja cincin tersebut jatuh di bebatuan dekat sungai yang mengalir deras, tanpa berpikir panjang dia mengambil sendiri, bahkan dia tak memikirkan keselamatannya sendiri. Sungguh gila memang.

๑~๑

MOBIL hitam yang elegan milik Dio membelah jalanan, menyusuri jalan-jalan kota yang nampak ramai seperti biasanya, seringkali Dio juga merasakan bagaimana terjebak macet saat sedang terburu-buru.

Ting!
Pesan masuk dari seseorang di ponsel milik Dio terdengar. Dio melihat ponsel miliknya, dia berfikir jika pesan tadi adalah dari Luna istri tercintanya, namun salah pesan itu dari seseorang yang selama ini rajin mengirimkan pesan padanya.

+62 xxx xxx xxx

Yo, aku butuh penjelasan
Aku cuma mau tau alasannya
Kenapa kamu gak pernah ngasih tau alasannya
Kenapa kamu langsung memutuskan sesuatu tanpa aku tau Yo

Dio hanya berdecak kesal, membaca setiap pesan yang masuk. Muak! Ia muak dengan seseorang yang selalu mengirimkannya pesan dengan rutin setiap hari.

+62 xxx xxx xxx

Yo, kita ketemuan di tempat dulu sering ketemu
Selesaiin ini semua, walaupun aku tau ini telat
Aku tunggu jam 4 sore nanti

Pengganggu, memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka lakukan. Dio melampiaskan kekesalannya pada stir mobil miliknya, dia menggenggam dengan kencang.

Terlintas dipikirannya jika seseorang yang mengirimkannya pesan tak akan berhenti sebelum Dio membalasnya, dengan rasa tak sudi dia mengetik sesuatu.

+62 xxx xxx xxx

Oke, kita selesaikan semuanya, setelah ini jangan pernah menggangguku lagi

Tidak butuh waktu lama untuk mendapat balasan dari seseorang tadi.

+62 xxx xxx xxx

Deal, tepati janjimu

Entah salah atau benar, Dio tidak tahu, dia hanya ingin terbebas dari seseorang yang selalu mengusik hidupnya dengan Luna. Dia benar-benar ingin melepas semua hal yang tidak memiliki tempat lagi dalam hidupnya, dia hanya ingin membuka lembaran baru bersama Luna, wanita yang menjadi teman hidupnya sampai maut memisahkan nanti.



Visual Dio dan Luna!

Vote comment-nya bestie! ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote comment-nya bestie! ♡

Marriage Of Lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang