Chapter 3.2

73 11 11
                                    

Hay! Hay! Hay!

Ucapan untuk hari ini adalah

Selamat hari jumat untuk kamu yang memikat

Eakk, gombalbalabal

Happy reading bestie!


"TERNYATA kamu masih sering ke sini Dio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TERNYATA kamu masih sering ke sini Dio." ucap Hani seraya berjalan ke arah Dio yang tengah menatap pohon tua besar.

Dio menolehkan kepalanya ke belakang tepat dimana Hani berjalan ke arahnya.

"Kamu kacau Dio, apa istrimu mengecewakanmu?" tanya Hani dengan senyum meremehkan.

Namun Dio si lawan bicara hanya diam tanpa menggubris pertanyaan Hani.

"Ck, sepertinya memang benar. Aku sudah peringatkan bukan, bahwa aku lebih baik dari istrimu," lanjut Hani. "Siapa namanya? Ah, Luna!"

"Bisakah kamu menutup mulutmu Hani?" geram Dio.

Hani menepuk tangannya keras. "Wah, ternyata benar istrimu sudah mengecewakan dirimu." Ia maju beberapa langkah, telapak tangannya menggenggam lengan Dio. "Apa kamu sudah berfikir untuk kembali denganku Dio?"

Dio menepis kasar tangan Hani yang ada di lengannya. "Jangan pernah bermimpi Hani!" tegasnya.

Hani menatap tangannya yang telah ditepis oleh Dio. "Jangan munafik Dio. Kembalilah padaku jika kamu memang sudah muak dengan Luna."

Dio menatap Hani dengan sangat tajam. "Jangan pernah mengurusi hidupku lagi, ini peringatan untuk dirimu." telunjuk Dio sudah mengarah ke arah Hani.

Sedangkan Hani hanya tertawa pelan, seraya menatap Dio dengan tatapan prihatin. "Dio dio, entah sampai kapan kamu harus membohongi dirimu sendiri."

Hani kembali melangkah mendekati Dio. Tangannya sudah menangkup sebelah pipi Dio. "Aku sangat mencintaimu Dio, jadi tinggalkan dia." ucapnya dengan suara yang sangat lembut.

"Kamu gila Hani!" bentak Dio sembari menepis kasar tangan Hani untuk yang kedua kalinya.

Tapi Hani malah semakin gencar, kini tangannya sudah ia kalungkan pada tangan Dio. "Kamu juga mencintaiku Dio, katakanlah, aku tahu itu."

"Hani! Aku sudah cukup emosi dengan segala hal yang terjadi di pagi ini, jangan menambah semuanya semakin rumit. Aku tidak pernah mencintaimu lagi setelah semuanya selesai!" Dio meninggalkan Hani setelah ia menarik tangannya dari tangan Hani.

Hani benar-benar ditinggal untuk kesekian kalinya ditempat yang sama oleh orang yang sama. Tapi, bukan perasaan kecewa, senyum licik malah tercipta di wajahnya. "Teruslah mengelak, aku tau kamu mencintaiku Dio."

๑~๑

LUNA tidak berhenti menangis sedari tadi. Semenjak Dio pergi tanpa pamit, sampai sekarang. Bahkan ia memukul-mukul perutnya yang berisi darah daging Dio.

"Kenapa kamu harus ada hah!?"

Sambil terus terisak ia sangat membenci janin yang tumbuh dalam rahimnya. Dia benci untuk menerima kenyataan bahwa ia mengandung anak Dio. Ditambah Dio kini sangat marah padanya.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, itu karena Dio yang ingin masuk ke dalamnya. Sebentar, dalam tangan Dio terdapat sesuatu yang ia genggam. Luna sangat was-was benda apa yang tengah Dio bawa.

"D-Dio.." lirih Luna memanggil nama Dio dengan pelan. Ia cukup takut dengan keadaan Dio kali ini. Emosinya sedang memuncak.

Dio meremas benda yang ia bawa, bentuknya seperti sekaplet pil yang masih penuh. "Ini apa Luna?" tanya Dio dingin.

"I-itu vitamin Dio.." jawab Luna. Matanya tidak ia alihkan pada lantai.

Dio melempar sekaplet pil tadi ke lantai dengan kasar. "Mana ada vitamin seperti ini hah!?" bentak Dio. Percayalah Dio kali ini sangat menakutkan.
"Kamu sengaja Luna, pantas dalam waktu 7 tahun kita belum sama sekali memiliki keturunan," lanjut Dio.

"A-aku.." Luna menggantungkan ucapannya.

Dio menatap Luna dengan intens. "Aku apa?! Aku bahkan gak tau Luna, harus senang atau sedih. Senang ketika kamu akhirnya mengandung anakku, tapi dalam sekejap semua hilang saat aku tau jika kamu rutin meminum pil ini."

"Ternyata selama ini, kamu tidak pernah mencintaiku!" Dio berniat untuk meninggalkan Luna lagi. Namun, langkahnya terhenti saat Luna memeluknya dari belakang.

"Aku minta maaf Dio.." cicitnya pelan.

Dio menyingkirkan kedua tangan Luna yang tengah memeluknya. Dio hancur saat melihat Luna menangis, namun hatinya lebih hancur saat kenyataan pahit menamparnya, kenyataan bahwa selama ini Luna belum mencintai dirinya seutuhnya.

"Lepas Luna," ucap Dio.

"Dio, aku minta maaf aku tahu aku sal-" perkataan Luna terpotong.

"LEPAS!" kini suara Dio sudah sangat kencang, bahkan Luna sampai terlonjak kaget. Luna mundur beberapa langkah menjauhi Dio, sedangkan Dio sudah maju ke arah luar kamar.

Perasaannya berkecamuk menjadi satu. Ia meluapkan emosinya dengan memukul dinding yang keras.

"Jika saja Luna, jika saja kamu benar-benar mencintaiku.." rasa kecewanya pada Luna tidak dapat dibendung lagi terlalu lama.

Kejadian dua hari lalu saat ia tahu bahwa Luna jalan bersama pria lain yang notabene-nya adalah mantan kekasihnya itu sudah cukup sakit baginya, ditambah kejadian pagi ini saat ia kedatangan kurir yang mengantar pil tadi, meskipun dibalut dengan kotak, Dio tetap membukanya toh dia berhak tahu karena dia suaminya. Semakin kompleks saja rasa sakit pada hatinya ketika ia berhasil membuka kotaknya. Tujuh tahun lamanya ia menulis cerita dalam pernikahannya bersama wanita yang ia cintai, tapi tidak mencintai dirinya. Miris sekali.

Dio kembali keluar dari rumahnya. Meski niat awalnya ia pulang untuk membicarakannya baik baik dengan Luna. Namun, ternyata saat melihat Luna emosinya malah semakin memuncak.

Saat Dio telah masuk ke dalam mobil miliknya. Seseorang di sebrang rumah Dio yang berada dalam mobil sedang memperhatikannya, senyum puas serta licik ia persembahkan untuk Dio dengan Luna.

"Lebih cepat lebih baik. Jalan Pak."



Vote comment-nya bestiee!

Gimana, gimana?

Baru awal kok ini, masih awal banget malahan

Tetep stay di sini bestie akuu

Tungguin chapter selanjutnya yaaa ♡

Marriage Of Lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang