Chapter 1.4

139 14 9
                                    

Guten malam!

Udah pada minum air putih belom hari ini?

Kalo belom, ayo minum dulu

Jangan lupa absen bestie!

Mari kita lanjutt



SUASANA yang sepi mendominasi dalam kamar milik Tia—istri dari Danu si pemilik perusahaan bercabang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUASANA yang sepi mendominasi dalam kamar milik Tia—istri dari Danu si pemilik perusahaan bercabang. Tidak ada yang salah, ini memang kamar Tia. Sejak pertama kali resmi menjadi sepasang suami istri, entah Tia memang belum siap atau tidak ingin satu ranjang dengan Danu.

Pintu kamar yang menjadi jalan pintas antara kamar miliknya dengan Danu terbuka. Danu berdiri di sana, menatap Tia dalam beberapa detik.

"Saya hanya ingin mengambil ini saja." ucap Danu seraya berjalan ke arah laci untuk mengambil charge miliknya.

Tia memanggutkan kepalanya, walau saat Danu membuka pintu tadi ia sedikit tersentak.

"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Danu.

"Belum ngantuk," jawab Tia.

Danu tersenyum pada Tia yang sudah berstatus menjadi istrinya sejak lima tahun lalu. Ya, tujuh tahun mereka tidur di kamarnya masing-masing.

"Besok kamu bisa datang kan? Ke dalam peresmian cabang perusahaan baru."

Tia memandang Danu dalam sepersekian detik, posisinya yang tengah berada di ranjang miliknya membuat kedua bola matanya sejajar dengan tubuh Danu yang jauh.

"Bisa, aku dateng nanti," balas Tia.

Danu bergegas untuk menuju kamar miliknya setelah tersenyum simpul saat mendapat balasan dari Tia.

Sedangkan Tia masih berada dalam posisinya. Ia mengutak-atik layar ponselnya, membuka room chat nya dengan seseorang. Voice note yang ada di dalamnya, ia putar satu-persatu.

"Suaranya masih teringat jelas di dalam ingatanku," gumamnya pelan.

Ia sangat menikmatinya, bahkan matanya sudah tertutup, tapi sudut bibirnya tak berhenti terangkat terus-menerus.

Malam ini, Tia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya untuk menikmati suara yang sangat candu baginya. Hangat sekali rasanya. Ah, ia sangat merindukannya.

Meski ia sudah mempunyai Danu yang hampir tak memiliki kekurangan, namun rasanya masih ada yang kurang. Apa karena hatinya yang belum terketuk untuk membuka jalan bagi Danu? Ah, sudahlah Tia tidak memperdulikannya.

Biarlah ia terhanyut dalam sebuah kenangan yang sangat indah. Biarlah ia tenggelam dalam lautan kerinduan.

Sudah banyak voice note yang terputar, dan kini Tia sudah terlelap dalam mimpinya, berharap sosok yang ia rindukan kehadirannya akan datang tanpa diundang.

๑~๑

DI waktu yang sama di kamar Danu, ia baru saja men men-charge ponselnya. Bersiap untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Piyama berwarna navy mengingatkannya pada sesuatu hal, tapi dengan cepat ia menghempas ingatan tersebut.

Danu jadi terpikirkan oleh pernikahannya, yang sudah berangsur tujuh tahun, namun Tia belum pernah ingin tidur sekamar dengan dirinya.

Padahal dulu, Tia setuju dengan pernikahan mereka, yang artinya Danu tidak pernah memaksa Tia untuk menjadi istrinya. Pertemuan mereka juga tidak pernah terduga.

Danu merasa bahwa dirinya seperti tidak pantas bersanding dengan Tia, bahkan dengan harta berlimpah, rumah mewah, atau pun reputasi keluarga yang baik. Itu semua seperti tak ada artinya di mata Tia.

Saat ingin menutup kedua matanya, jeritan dari kamar Tia terdengar. Dengan langkah yang cepat Danu langsung bergegas ke kamar Tia.

"Tia? Ada apa? Kenapa?" tanya Danu dengan raut wajah khawatir menghampiri Tia.

Tia ada di atas ranjangnya, keringat bercucuran di dahi dan pelipisnya, giginya saling beradu, bahkan ekspresi wajahnya sudah takut tak karuan.

Danu menarik Tia ke dalam pelukannya, menyalurkan rasa ketenangan. Ia ingin Tia tahu bahwa Danu ada di sampingnya.

Kali ini Tia tidak menolak pelukan hangat dari Danu, ia malah mengeratkan pelukannya.

Danu mengelus pelan rambut Tia. "Tia, saya di sini, jangan takut," ucapnya penuh kehangatan.

Tia yang masih dalam keadaan panik hanya mencoba dan terus berusaha untuk menetralisir rasa ketakutannya tadi. Perlahan degupan jantung pada Tia yang semula cepat, sekarang sudah stabil. Dan nafasnya sudah beraturan. Kelopak matanya tertutup, ia kembali tertidur dalam dekapan Danu yang sangat menenangkan.

Danu beralih menidurkan Tia pada ranjangnya agar Tia mendapatkan posisi ternyaman dalam tidurnya. Danu mengambil tepat di sebelah Tia yang sedang tertidur. Tatapannya yang lekat sangat mengisyaratkan sesuatu hal. Ia mengelus pelan rambut Tia yang tergerai.

"Apa kita harus menjalani seumur hidup kita seperti ini?" tanya Danu.

Ia mengulum senyumnya. "Tia, apa pun yang terjadi pada pernikahan ini, saya sudah pernah berjanji akan tetap mencintaimu, selamat malam." ucap Danu yang bangkit dari duduknya, lalu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Tia.



Visual Danu dan Tia!

Vote comment-nya bestie! ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote comment-nya bestie! ♡

Marriage Of Lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang