08:00
Mengawali kegiatan pagi ini dengan berkendara, hari ini Jordan harus memfokuskan dirinya ke jalanan untuk waktu yang lebih lama dari biasanya. Perjalanan menuju rumah keluarga Yuna biasanya bisa ditempuh dalam waktu dua jam dari rumah mereka.
Rumah keluarga Maitreya berada di daerah pegunungan, jadi memerlukan fokus yang cukup untuk berkendara karena jalanan yang harus dilalui naik turun.
Yuna saja yang sudah tinggal di daerah ini sedari kecil masih takut jika harus melewati rute menuju rumahnya, meskipun memang jika sudah tiba di rumah keluarganya pemandangan yang disuguhkan tidak pernah mengecewakan.
"Bunda, aku mau roti." Ucap Edward di atas pangkuan Yuna.
Satu jam perjalan sudah berlalu dan Edward sudah hampir memakan habis camilan yang sengaja Yuna siapkan untuk perjalanan mereka pagi ini, atau lebih tepatnya camilan untuk Edward karena sedari tadi Anak itu tidak berhenti mengunyah.
Tetapi orangtua mana yang tidak ikut senang jika Anaknya makan begitu lahap? Yuna dan Jordan cukup bersyukur karena saat ini Edward lebih mudah untuk makan. Mungkin ini juga imbas dari kejadian waktu itu, di mana Edward untuk pertama kalinya merasakan sakit maag, yang membuat Anak itu menangis tidak kuat menahan rasa sakit.
"Aku mau tebak rasanya." Tangan kecil Edward menahan tangan Yuna sebelum Bundanya itu membuka bungkus roti.
Yuna tersenyum lalu menjauhkan tangannya, ada-ada saja tingah putranya ini.
"Ini rasa coklat." Edward menujuk sisi kue di sebelah kanannya.
"Yakin?" Tanya Yuna lalu membuka bungkus roti di tangannya.
Edward mengangguk dengan raut wajah serius, berharap tebakannya benar.
"Yaah salah." Ucap Tuna setelah menarik satu sisi roti yang di dalamnya ternyata terdapat selai berwarna merah stroberi.
"Padahal aku mau makan yang rasa coklat, tapi stroberi juga nggak apa-apa." Ucap Edward lalu menerima roti dari Bundanya menggunakan tangan kanan.
"Ayah mau?" Tanya Edward sambil mengulurkan roti di tangannya ke samping Jordan.
"Kamu makan aja, sayang." Sejak tadi Jordan fokus mengemudi sambil mendengarkan Edward yang terus bicara dan ditanggapi dengan sabar oleh Istrinya.
Edward mengangguk lalu mulai memakan roti di tangannya dengan tenang, sesekali Anak itu melihat ke luar kaca mobil yang memperlihatkan kendaraan lain di sekitarnya.
"Mau lagi?" Tanya Yuna
"Nanti aja, Bunda." Balas Edward setelah menyelesaikan suapan terakhirnya.
Mendegar itu Yuna kembali memasukkan roti tadi ke tempatnya, lalu mengambil tisu di dashboard mobil.
"Hadap sini dulu." Yuna memegang dagu Edward, membuat Anak itu mendongakkan kepalanya.
Sudah umur sepuluh tahun tapi saat makan masih sering belepotan. Mungkin karena mulut Edward itu kecil, sedangkan Anak itu selalu memaksa menyuapkan makanan dalam porsi besar ke mulutnya.
"Masih lama, Yah?" Tanya Edward.
"Masih satu jam lagi." Jawab Jordan.
"Terus aku harus ngapain?" Tanya Edward.
Jordan menoleh, melihat wajah bingung putranya tersebut. Edward ini heboh sekali.
"Tidur aja kalau ngantuk, nanti dibangunin kalau mau sampai." Tangan kiri Jordan terulur mengelus puncak kepala Edward pelan.
"Masa tidur lagi." Gerutu Edward sambil menyandarkan tubuhnya ke Yuna lalu melihat ke kaca bagian kiri.
Yuna mengencangkan lingkaran tangannya di perut Edward, lalu mengikuti arah pandang Anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarachandra
Teen Fiction🏅Haechan🏅Anaktunggal🏅Imyoona Melihat tumbuh kembang Tarachandra Edward Bimasena si anak tunggal kesayangan keluarga. 11.11.21 🏅NCTlokal 🏅Fullsun