41. Cium Dulu

2.3K 366 45
                                    

Jordan pernah berkata, jika meminta maaf bukanlah suatu hal yang buruk, mencoba berdamai dengan keadaan adalah salah satu hal yang menunjukkan kedewasaan.

Jika dipikir-pikir, Edward memang merasa dirinya sudah menyakiti hati orang lain, tapi dia juga berpikir jika dirinya tidak sepenuhnya salah.

Entahlah, beberapa orang memang memiliki standar untuk dirinya sendiri.

"Untuk sikapku yang sebelumnya aku minta maaf. Mungkin kata-kataku udah menyakiti hati, aku minta maaf." Ucap Edward bersungguh-sungguh.

Edward berdiri di depan Raynar, sedangkan di samping kanannya terdapat Jaena dan Jendra yang sedang duduk.

"Sakit banget hati gue, Ward." Balas Raynar sambil memegang dadanya.

"Aduh tepos." Raynar malah mengelus-elus dadanya sendiri. Memang sedikit aneh.

"Ya iyalah lo kan cowok, bego." Celetuk Jaena yang memang benar, namun sedikit kasar.

"Cowok bego." Ucap Raynar kepada Jendra yang dibalas oleh laki-laki di samping Jaena itu dengan jari tengah.

Apakah ini artinya Edward sedang berada di lingkungan pertemanan yang tepat? Mereka bahkan saling mengolok.

"Kembali ke Edward." Raynar menghadapkan tubuhnya ke Edward di depannya.

"Ada syaratnya kalau mau dimaafin." Ucap laki-laki berdarah China Jogja tersebut.

"Apa?" Tanya Edward benar-benar serius. Dirinya ingin meminta maaf dan dimaafkan secara tulus agar bisa hati-hati di jalan.

"Cium dulu." Balasnya sambil mencondongkan kepalanya ke arah Edward, tidak lupa juga dengan senyum di wajah tampannya.

Senyum Raynar menang manis, namun tidak dengan akhlaknya, kira-kira seperti itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan laki-laki tersebut.

"Idih gay." Balas Jaena sambil berpura-pura bergidik ngeri.

"Dari dulu udah nggak bener." Jendra pun menyahuti ucapan Jaena.

"Di pipi aja." Raynar menunjuk-nunjuk pipi kanannya dengan jari telunjuk, matanya bahkan sudah terpejam dengan senyum yang lebar.

"Ya terus lo mau minta cium di mana anjirr?" Jaena tidak tahan meskipun sudah paham dengan sikap temannya yang satu ini, masalahnya kali ini Saudaranya yang menjadi objek keisengan dari Raynar.

Mungkin Edward akan menganggap serius hal ini.

"Ayo." Raynar masih menunjuk-nunjuk pipinya.

"Anjir si China gay." Celetuk siswi di kelas mereka sambil berlalu ke luar dari kelas.

"Tapi ini nggak bener, Gandhi." Ucap Edward pada akhirnya menanggapi.

Salahkan dirinya meminta maaf? Raynar memberikan persyaratan yang tidak masuk akal.

"Jangan dipikirin, Chan. Sesat dia." Ucap Jaena meluruskan. Saudaranya ini terlalu lurus untuk diajak bercanda secara brutal.

Raynar menjauhkan dirinya lalu tertawa, ternyata geli juga.

"Bercanda aja kali. Nggak usah minta maaf, gue udah biasa digituin sama Mas gue yang sekarang di China. Lagian gue tau kali mana orang yang lagi emosi sama yang bener-bener sikapnya kasar. Santai aja berteman sama kita-kita." Kali ini Raynar berkata dengan sikap dewasa, bahkan tangan kanannya juga menepuk lengan Edward untuk meyakinkan jika ini bukanlah masalah besar.

"Makasih-"

"Apa lo lihat-lihat? Ke luar sana kek." Belum juga Edward menyelesaikan ucapanya, Raynar sudah terlebih dulu berkata dengan keras kepada Shireen yang duduk sedikit jauh dari mereka.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang