13. Setelah Penantian Panjang

4.7K 522 27
                                    

10:00

Di depan pintu bercat putih yang tertutup di depannya, Yuna mengetuk pelan sebelum membuka benda itu. Jika ke putranya saja ia mengajarkan sopan santun, maka apa yang membuat dirinya bisa melupakan hal itu? Meskipun ingin masuk ke kamar Anaknya sendiri, Yuna akan tetap menghargai privasi Edward.

"Ada apa, Bunda?" Tanya Edward yang sedang duduk di meja belajarnya, melihat sang Bunda yang masih menyembulkan kepalanya di antara pintu yang masih terbuka sedikit.

"Bunda boleh masuk?" Tanya Yuna.

"Masuk aja, Bunda. Kenapa harus pakai tanya?" Edward tertawa pelan, lalu menghadapkan duduknya sepenuhnya ke arah Yuna berada.

"Peralatan kamu udah siap semua?" Tanya Yuna sambil mendekat, lalu melihat sebentar isi dari tas Edward.

"Udah, lagian hari pertama emangnya apa sih yang harus dibawa? Aku kan Anak baru." Balas Edward.

"Kalau gitu sekarang ikut Bunda ya." Ucap Yuna sambil menunjukkan senyum yang membujuk.

"Ke mana?" Tanya Edward sedikit memicingkan matanya melihat tatapan Bundanya.

"Cukur rambut kamu. Masa mau masuk sekolah rambutnya panjang gini, mana warnanya coklat." Tangan Yuna terulur mengelus pelan puncak kepala Edward.

"Kan Ayah yang nyuruh warnain, aku nurut aja." Balas Edward.

Yuna tahu jika putranya ini sangat suka dengan rambutnya saat ini, namun hal itu tidak diperbolehkan di sekolah, sedangkan besok Edward sudah harus masuk sekolah. Jadi mau tidak mau Anak itu harus mengubah gaya rambutnya.

"Sekarang dicukur dulu sama ganti warna rambut kamu. Nanti kalau lagi liburan sekolah terserah mau kamu warnain apa."

Meskipun tidak mengutarakan nada penolakan, Yuna tahu betul jika Edward tidak suka, tapi apa boleh buat jika peraturan yang ditetapkan sekolah memang seperti itu.

"Sekarang kamu ganti baju dulu. Bunda tunggu di bawah." Ucap Yuna, mengelus pelan pipi Edward dan setelah itu ke luar dari kamar putranya tersebut.

Sudah enam tahun berlalu semenjak Edward tidak mau pergi ke sekolah. Sekarang Anak itu sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan, perpaduan sempurna dari Ayah dan Bundanya.

Edward enam belas tahun, dia tumbuh menjadi Anak yang pintar dan juga penurut, kecerdasan otaknya mampu menyerap berbagai hal sampai terkadang dia tampak aneh.

"Aku yang nyetir ya, Bunda?" Edward menawarkan diri begitu sampai di samping mobil Yuna.

"Nggak boleh. Kamu kan belum cukup umur." Tolak Yuna lalu masuk terlebih dulu, dan setelah itu disusul oleh Edward.

"Tapi kan aku udah bisa bawa mobil." Balas Edward.

Memang semanjak umur lima belas tahun Jordan sudah mengajari putra satu-satunya ini untuk bisa mengendarai mobil, meskipun Yuna tidak setuju awalnya tapi apa pentingnya satu suara jika kedua laki-lakinya itu begitu antusias.

Nasib Edward pun sepertinya memang menjadi Anak tunggal. Anak laki-laki itu tidak pernah mempermasalahkan kenapa dirinya tidak mempunyai Saudara?

Karena Edward sudah cukup bahagia dengan keluarganya ini, mungkin tidak dengan orangtuanya yang masih mengharapkan Anak kembali.

"Nanti kalau udah punya SIM baru boleh bawa mobil sendiri." Ucap Yuna lalu melajukan kendaraannya.

Edward berdecak namun tak urung ikut tersenyum saat melihat wajah cantik Yuna di sampingnya.

Sudah memasuki umur kepala tiga Bundanya ini masih cantik saja. Edward jadi sering kali dibuat berpikir jika benar adanya seorang vampire, maka Bundanya adalah salah satunya.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang