6. Kambuh

7.2K 624 20
                                    

"Laki-laki itu yang dipegang tutur katanya, yang disegani perilaku dan sikapnya. Jangan sampai kamu menyakiti hati perempuan dan orangtua dengan kata-kata atau tindakan."

Bunda

~~~

19:00

Meninggalkan Jordan seorang diri menunggu di ruangan makan, hingga sampai pria itu menyusul Yuna yang tak kunjung turun bersama Edward,  niat awal Istrinya untuk mengajak Edward makan malam, Yuna malah ikut tertidur di samping Anak mereka, memang dia belum sempat istirahat sebelumnya, maka dari itu saat tubuhnya menyentuh tempat tidur rasanya nyaman sekali.

Saat mengetahui kedua orang tersayangnya itu tertidur di kasur kecil putranya tersebut, Jordan tersenyum merasakan kehangatan tersendiri di hatinya, ini adalah hal yang indah.

Jordan berjalan mendekat lalu menundukkan tubuhnya untuk mencium kening keduanya satu persatu. Setelah itu menghidupkan lampu tidur di nakas samping Yuna.

Keduanya terlihat sangat lelah, Jordan tidak tega meskipun rasanya ia ingin membangunkan Yuna agar berpindah ke kamar mereka bersama Edward di tempat tidur yang lebih besar.

Sebelum pergi dari kamar Edward, Jordan sedikit membenarkan selimut yang membungkus tubuh Yuna agar wanitanya itu tidak kedinginan di malam yang masih diguyuh hujan ini.

Jordan mematikan lampu utama dan menutup pintu setelah ke luar dari kamar Edward.

•••

03:20

Sebenarnya hari ini masih terlalu dini bagi Edward untuk membuka matanya dan tersadar sepenuhnya, namun dirinya harus terpaksa terbangun saat merasakan perutnya sakit.

Edward menoleh ke sampingnya saat merasakan dirinya tidak sendiri, ternyata Bundanya masih ada di sana.

"Bunda." Panggilnya pelan.

"Bunda tolong, Bunda." Suaranya terdengar kecil dengan sedikit rintihan.

Sudah melupakan acara marahnya, Edward memanggil Yuna. Ini kelemahannya, Edward sangat tidak suka jika maagnya kambuh, karena hal itu sangat menyakitkan.

Yuna mengerjap, matanya langsung bertabrakan dengan tatapan Anaknya yang terlihat kesakitan, melihat itu Yuna langsung terduduk panik.

"Kenapa, sayang?" Tanya Yuna sambil menangkup kedua pipi Edward.

"Perutku sakit," Balas Edward.

Ah, iya Yuna baru sadar jika dirinya ketiduran, seharusnya malam tadi ia tidak membiarkan Edward kembali tertidur dalam keadaan perut kosong, Anaknya ini sangat sensitif.

"Kayaknya maag kamu kambuh." Ucap Yuna.

Edward kembali merintih, perutnya sakit dan ingin muntah, punggungnya juga terasa sakit seperti pegal-pegal.

"Bunda ambilin obat dulu ya. Kamu tunggu di sini." Yuna segera beranjak dari tempat tidur Edward, lalu nyalakan lampu utama.

"Aduh." Rintih Edward, wajahnya merintih kesakitan.

Melihat itu Yuna benar-benar tidak tega, tahu betul apa yang dirasakan Edward, Anaknya ini tidak betah sakit.

"Bunda panggilin Ayah, ya?" Yuna menyeka keringat di dahi Edward pelan saat Anak itu mengangguk menjawab pertanyaannya.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang