40. Porsi Ujian

2K 347 21
                                    

06:30

Ini tidak menyenangkan, bersiap-siap dipagi hari untuk memulai aktivitas tentu akan membutuhkan niat yang cukup besar.

Menutup pintu kamarnya, Edward berjalan menuruni tangga menuju kedua orangtuanya di meja makan.

"Loh kok belum ganti baju?" Tanya Yuna begitu Edward sudah berdiri di depannya.

"Aku nggak sekolah hari ini." Jawabnya sambil menarik kursi.

"Kenapa?" Yuna memperhatikan Anaknya dari atas sampai bawah, takut-takut jika putranya tersebut sedang sakit.

"Iya, di rumah aja dulu." Jordan paham jika sedang ada sesuatu antara Edward dengan lingkungan sekolahnya.

"Mau ngurus SIM, biar aku bisa bawa mobil sendiri habis ini. Jadi Bunda nggak perlu jemput lagi." Balas Edward sambil sedikit tersenyum.

Yuna dalam tahap penyembuhan, Edward pikir jika dirinya bisa mendapatkan surat izin mengemudi secepatnya akan bisa menghilangkan beban Bundanya tersebut untuk menjemputnya setiap hari.

"Kenapa nggak tungguin Ayah aja? Biar Ayah yang anterin?" Protes Jordan. Sebelumnya ia sudah sering mengatakan jika akan mengantarkan Anaknya tersebut.

"Kelamaan, Yah. Biar aku urus sendiri aja." Ucap Edward.

Jordan memegang keningnya. Memang benar jika waktu terus berjalan semenjak ulang tahun Edward dan Anak itu mendapatkan mobilnya. Tentu saja Edward ingin mencoba hadiahnya tersebut.

"Ya udah nanti Ayah teleponin temen di sana biar prosesnya nggak dipersulit. Kalau sampai ada pungli bakal Ayah usut." Ucap Jordan sambil memegang ponselnya.

Edward duduk di kursinya, lalu menaruh kedua tangannya ke atas meja.

"Selama ini juga banyak pungli, tapi kenapa Ayah diem aja? Kenapa nggak diusut?" Tanya Edward.

"Nggak ada waktu buat diem-diem cari kerjaan tambahan, Edward. Pekerjaan utama Ayah aja udah selalu menanti." Jelas Jordan.

Edward mengangguk setuju. Banyak yang mengatakan jikaa dunia kerja tidak semudah berangkat, mengerjakan, pulang dan gajian, tidak semudah itu.

Edward tahu jika pekerjaan Jordan tidak mudah, dan dirinya ingin seperti Ayahnya.

Seperginya Jordan berangkat bekerja, Edward kembali ke kamarnya untuk membereskan dokumen-dokumen tentang dirinya yang sudah ia siapkan kemarin malam.

"Chandra." Panggil Yuna sambik berjalan pelan mendekati Edward yang sedang berdiri di depan meja belajarnya.

"Kenapa, Bunda?" Tanya Edward.

Anak itu meninggalkan tas kecil miliknya di atas meja, lalu memegang kedua pundak Yuna.

"Jangan jalan terlalu sering dulu, kakinya kan belum sembuh total." Ucap Edward lalu menuntun Bundanya tersebut untuk duduk di tempat tidurnya.

"Udah nggak apa-apa." Balas Yuna berusaha agar Anaknya tidak terlalu khawatir.

Edward memilih tidak menjawab. Ingat perkataan Ayahnya jika perempuan cenderung menyukai kata tidak apa-apa untuk segala hal.

Cukup unik, batin Edward.

"Kamu ada masalah di sekolah?" Tanya Yuna to the point.

Mendengar pertanyaan Yuna yang terlalu tiba-tiba, membuat Edward mengerutkan dahinya.

Bundanya terlalu peka untuk menjadi wanita.

"Kenapa nggak mau pergi ke sekolah hari ini? Kenapa juga keluar dari klub bola tiba-tiba padahal itu impian kamu selama ini?" Tanya Yuna menatap tepat mata Anaknya yang sedang berlutut di depannya tersebut.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang