05:40
Tidak dikunci, Yuna bersyukur sekali karena putranya ini jarang sekali mengkunci pintu kamarnya.
Bahaya sekali jika Edward mengkunci kamarnya dipagi hari, Yuna lah yang akan dibuat kesusahan, Anaknya itu tidak akan bangun jika tidak dibangunkan.
Edward bukan tipe Anak yang sulit dibangunkan, namun tetap harus membutuhkan bantuan Bundanya untuk membangunkannya.
Sampai di dalam kamar Anak itu, Yuna dapat melihat Edward yang masih tidur dibalut selimut dengan posisi telentang.
Matahari di luar sudah terbit, meskipun belum terlalu terik dan membuat Edward terbangun saat Yuna membuka gorden di dalam kamarnya.
Yuna mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur milik putranya tersebut, lalu mematikan lampu tidur.
Tangannya terulur menyibak poni Edward yang sedikit menutupi wajahnya.
"Chandra." Panggil Yuna pelan, lalu tangannya berpindah mengelus pipi Edward pelan.
"Ayo bangun, kan mau sekolah." Ucap Yuna begitu melihat mata Anaknya sudah terbuka sayup.
"Jam berapa, Bunda?" Tanya Edward sedikit serak, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.
"Mau jam enam. Kamu mandi dulu terus siap-siap, kalau udah nanti sebelum berangkat harus sarapan dulu." Jelas Yuna.
Edward mengangguk meskipun rasanya tempat tidur masih terlalu berat untuk ditinggalkan.
"Bunda tinggal ke bawah. Kamu jangan tidur lagi." Yuna kembali berdiri setelah memastikan jika Edward sudah benar-benar bangun.
"Iya, Bunda." Balas Edward.
Yuna tersenyum lalu mengusap pelan puncak kepala Edward, dan setelahnya pergi dari kamar itu.
Sepergi Bundanya, Edward meregangkan tubuhnya lalu berdiri dan menata kembali tempat tidurnya.
Sebelumnya jangankan untuk mandi, bangun dijam sepagi ini saja Edward jarang sekali.
Mengambil handuk sebelum ke kamar mandi, Edward segera membersihkan tubuhnya dan setelah itu memakai seragam sekolahnya.
Ini perasaan yang baru, pagi hari ini Edward merasakan suasana baru dalam hidupnya.
Kembali memakai seragam sekolah setelah terakhir kali dirinya rasakan saat kelas empat sekolah dasar.
Edward turun ke lantai dasar sambil menenteng tas di tangan kanannya, lalu menaruh benda itu di sofa ruang keluarga di samping tas milik Ayahnya.
"Pagi, Bunda." Edward mendekati Yuna yang baru saja selesai menyiapkan sarapan, lalu mencium pipi kiri Bundanya tersebut.
"Pagi, sayang. Duduk sini." Yuna menarik kursi yang biasa diduduki Edward di samping Jordan.
"Pagi, Ayah." Sapa Edward begitu duduk di samping Jordan.
"Pagi. Cepetan makan biar bisa berangkat bentar lagi. Hari pertama nggak boleh telat." Ucap Jordan.
"Iya."
Edward tersenyum kepada Yuna saat wanita itu memberikannya segelas susu.
"Rambut kamu kenapa nggak disisir?" Tanya Yuna saat melihat rambut Edward yang berantakan.
"Biasanya juga kan gini." Balas Edward sambil mengunyah sarapannya.
"Beda dong, kan hari ini kamu sekolah." Yuna mencolek ujung hidung Edward gemas.
"Pakai pomade juga, tapi habisin sarapannya dulu." Ucap Yuna lalu duduk.
"Kayak mau kondangan harus pakai pomade." Balas Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarachandra
Teen Fiction🏅Haechan🏅Anaktunggal🏅Imyoona Melihat tumbuh kembang Tarachandra Edward Bimasena si anak tunggal kesayangan keluarga. 11.11.21 🏅NCTlokal 🏅Fullsun